Tentang SosioHumanitas Unla

SosioHumanitas Unla merupakan Jurnal Ilmu-ilmu Sosial & Humaniora Universitas Langlangbuana.

Sosiohumanitas berisi karya ilmiah hasil penelitian atau pemikiran berdasarkan kajian literatur yang dimuat dalam bentuk media cetak oleh LPPM Universitas Langlangbuana Bandung.

Materi yang dibahas mencakup masalah dan isu-isu yang aktual mengenai aspek sosial budaya dan kemanusiaan lainnya.

ISSN 1410-9263.

Analisis Resiko Kebakaran dan Gempa Bumi pada Bangunan Komersial dalam Rangka Meningkatkan Pemahaman Human Sebagai Penyelenggara Bangunan


Oleh:
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Ismeth S. Abidin, Esmeralda Ariyanie
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan



ABSTRAK

Dewasa ini, industri konstruksi di Indonesia berkembang dengan pesat. Namun tantangan yang akhir-akhir ini harus dihadapi adalah kemunculan bencana yang seolah tidak ada habisnya dan tidak terduga seperti kebakaran dan gempa. Data statistik menunjukkan adanya peningkatan frekuensi peristiwa kebakaran yang terjadi dari
tahun 2002 sampai sekarang khususnya pada gedung komersial. Selain kebakaran, resiko terhadap gempa juga telah menjadi isu yang sedang marak di Indonesia. Secara tektonik, wilayah Indonesia khususnya Jawa, merupakan wilayah yang tidak stabil dan hal ini menyebabkan kondisi tanah di beberapa daerah menjadi sulit diprediksi. Untuk menjawab permasalahan penelitian terhadap faktor-faktor keselamatan bangunan akan bahaya kebakaran dan gempa serta mencari penyebab, dampak dan penanggulangan resiko tersebut, maka penelitian ini akan menganalisis resiko keselamatan bangunan terhadap kebakaran dan gempa dengan metode kualitatif dan kuantitatif, sehingga pemahaman human yang melakukan proses penyelenggaraan bangunan semakin meningkat agar proses penyelenggaraan bangunan berjalan baik.
Kata kunci : human, resiko, kebakaran, gempa bumi, komersial, bangunan.


ABSTRACT

During these days, construction industry in Indonesia is growing in a good direction. But although the industry is making a good prospect, now people also have to face the occurrence of disasters which is never ended and unpredictable, such as fire and earthquake. There are lots of fires and earthquakes happened in Indonesia recently. Statistics shows that the frequency of fire happened since 2002 until now is increasing in buildings especially commercial buildings. In spite of fire risk, risk of earthquake is also a big issue in Indonesia. Tectonically, this region especially Java is highly unstable, and although the volcanic ash has resulted in fertile soils, it makes agricultural conditions unpredictable in some areas. In answering the research questions about the risk factors of fire risk and risk of earthquake and find the cause, effect and how to treat that both of risks, this research will analyze the risk of building safety against fire and earthquake based on qualitative and quantitative method, in order to increase the awareness of human who keep the building’s operation run well.
Keywords: human, risk, fire, earthquake, commercial, building.






PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Banyaknya pembangunan proyek yang terlihat dewasa ini menunjukkan telah bangkitnya dunia konstruksi di Indonesia khususnya di DKI Jakarta. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai pertambahan jumlah proyek yang telah selesai tercatat di Badan Statistik Indonesia yaitu dari tahun 2001 sebesar 72421 proyek sampai dengan tahun 2005 yaitu sebesar 81771 proyek. Namun, pertumbuhan proyek konstruksi ini juga diikuti dengan isu kecelakaan dan bencana yang berupa kebakaran dan gempa yang berkaitan dengan proyek atau bangunan tersebut. Pada kurun waktu 2002 s/d 2006 tercatat adanya kenaikan jumlah kebakaran dari 869 menjadi 902 kebakaran. Bahkan pada tahun 2007, mulai dari bulan Januari sampai dengan September 2007, Dinas Kebakaran DKI Jakarta telah mencatat 554 kebakaran yang terjadi di Jakarta. Dengan adanya fakta kebakaran tersebut dapat dipahami perencanaan suatu gedung masih kurang diperhatikan aspek sirkulasi dan aksesibilitas gedung terutama dalam hal perlindungan terhadap bahaya kebakaran. Mantan Kepala Dinas Pemadam DKI Jakarta bapak Suharso juga menyatakan dari banyaknya kasus kebakaran yang terjadi salah satu faktor penghambat  penanganan kebakaran pada satu lokasi secara efektif yaitu sulitnya akses bagi petugas pemadam kebakaran untuk masuk ke lokasi bangunan.
Selain kebakaran, isu gempa juga merupakan isu yang perlu diperhatikan mengingat banyaknya kejadian gempa akhir-akhir ini dan pengalaman gempa Yogyakarta. Pada kurun waktu 2000 s/d Agustus 2007, United States Geological Survey tahun 2007 telah mencatat sejumlah 29 peristiwa gempa di Indonesia dimana 17 diantaranya memiliki kekuatan > 7 SR. Resiko ini diperkuat dengan kondisi wilayah dan tektonik Indonesia yang terletak di lingkaran api (dilalui banyak gunung berapi yang masih aktif) dan merupakan pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia (di mana lempengan ini masih akan terus bergerak).
Penelitian ini selanjutnya akan mengambil sampel gedung komersial secara umum dan bangunan gedung mal secara khusus di Jakarta yang kemudian bertujuan untuk meningkat- kan pemahaman bagi human sebagai penyelenggara bangunan untuk mampu mengantisipasi bencana kebakaran maupun bencana gempa yang dapat terjadi setiap waktu. Pemilihan sampel ini berdasarkan jumlah kebakaran pada bangunan umum merupakan kebakaran kedua tertinggi setelah bangunan perumahan dalam kurun waktu 2002 sampai dan dengan 2006, serta adanya nilai ekonomis pada bangunan komersial. Badan Statistik Indonesia mencatat, nilai konstruksi dari tipe bangunan non residential pada tahun 2005 adalah yang tertinggi dibandingkan dengan tipe konstruksi lain yaitu sekitar Rp 12.478.204.000.000 dari total nilai Rp 44.578.130.000.000. Sedangkan dilihat dari tingkat hunian bangunan, bangunan komersial juga memiliki tingkat hunian yang tinggi. Pemilihan lokasi Jakarta disebabkan lokasi tersebut sebagai ibukota negara yang memiliki lahan terbatas sehingga sektor industri jasa konstruksi harus memperhatikan efektivitas peng- gunaan lahan sebagai konsekuensi keterbatasan lahan tersebut yang menjadikan pembangunan perkotaan cenderung kearah vertikal yakni dalam bentuk high rise building. Oleh karena itu faktor resiko keselamatan bangunan komersial harus benar-benar diperhatikan.

Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian ini yaitu: Faktor-faktor resiko keselamatan terhadap bahaya kebakaran dan bahaya gempa apa saja yang dapat terjadi pada bangunan gedung komersial di DKI Jakarta agar dapat meningkatkan pemahaman human sebagai penyelenggara bangunan?

TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan Komersial
Definisi bangunan gedung sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 bab 1 Pasal 1 yaitu wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan- nya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan- nya. Dalam penelitian ini, obyek penelitian merupakan bangunan gedung komersial di DKI Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, bangunan gedung komersial didefinisikan sebagai bangunan dimana lebih dari 50% luas lantainya digunakan untuk aktivitas komersial. Bangunan komersial atau bangunan usaha juga memiliki definisi menurut UU yaitu: bangunan yang berfungsi sebagai perkantoran, per- dagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan penyimpanan. Secara umum bangunan gedung komersial memiliki karak- teristik, yaitu: memiliki nilai ekonomi yang tinggi, memiliki public area dan service area, memiliki tingkat hunian atau kepadatan yang tinggi, memiliki fasilitas standar yang menjamin berlangsungnya kegiatan usaha atau perdagangan di tempat tersebut, memiliki sisi arsitektural yang cukup tinggi, struktur bangunan yang khusus karena umumnya memiliki bentuk vertikal, perlindungan terhadap bencana sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan bangunan mal merupakan gabungan dari beberapa department stores dan arcades (toko-toko yang lebih kecil) yang dihubungkan dengan area pejalan kaki atau dengan kata lain bangunan mal merupakan area belanja yang besar dalam satu bangunan yang terdiri dari berbagai toko-toko dan dikelilingi oleh area parkir. Bangunan mal memiliki karakteristik yaitu: terdiri dari berbagai macam toko atau pertokoan yang saling dihubungkan dengan area pedestrian, memiliki fasilitas yang hampir sama dengan bangunan komersial perkantoran, memiliki lokasi yang strategis seperti di pusat kota atau pusat keramaian, dan memiliki dimensi yang besar karena terdiri dari banyak toko yang umumnya indoor.

Keselamatan Bangunan
Persyaratan keselamatan gedung yang diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 yaitu meliputi persyaratan keamanan bangunan gedung untuk menahan beban muatan serta kemampuan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir. Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut, menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 pihak proyek harus memperhatikan struktur bangunan yang disesuaikan dengan pembebanan dan fungsi bangunan gedung, ketahanan struktur terhadap keruntuhan jika terjadi gempa misalnya, dan juga perlu diperhatikan penggunaan material dan sistem pengamanan.

Faktor Resiko Keselamatan Bangunan Terhadap Bahaya Kebakaran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan berbagai peraturan terkait lainnya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran antara lain:

a.    Faktor Resiko Sistem Proteksi Aktif
Sistem proteksi aktif merupakan sistem perlindungan bangunan terhadap kebakaran yang memerlukan sumber daya baik listrik maupun manusia untuk mengoperasikannya.  Sistem proteksi aktif lebih ditujukan untuk menanggulangi api pada saat kebakaran terjadi. Faktor-faktor dalam kelompok ini yaitu: alarm kebakaran, detektor asap, sistem pengendalian asap, sprinkler, hidran air, adanya persediaan atau cadangan air, pemadam api portable, penerangan darurat, sistim daya listrik darurat.

b.   Faktor Resiko Sistem Proteksi Pasif
Sistem proteksi pasif merupakan sistem proteksi yang melekat pada bangunan itu sendiri. Sistem ini bertujuan untuk membatasi penyebaran api dengan lebih menekankan pada pembatasan zona kebakaran atau dengan kata lain kompartemenisasi dan pengaturan struktur bangunan serta isinya. Yang termasuk dalam faktor resiko sistem proteksi pasif yaitu: jenis dan stabilitas struktur, kompar- temenisasi dalam bangunan, bukan pada lantai bangunan, perlindungan pada bukaan, penataan desain ruang, aksesibilitas untuk evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, evakuasi dengan lift, ruang terbuka di luar bangunan, material yang digunakan.

c.    Faktor Resiko Fire Safety Management
Fire safety management dapat didefinisikan sebagai pola pengelolaan atau pengendalian unsur-unsur manusia, sistem dan peralatan, informasi dan data teknis, serta kelengkapan lainnya secara holistik dengan tujuan untuk menjamin dan meningkatkan keselamatan total bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran. Faktor-faktor yang termasuk dalam Fire Safety Management berdasarkan Revisi Perda No 3 tahun 1992 yaitu: prosedur kerja yang aman, inspeksi dan perawatan sistem proteksi kebakaran, audit keselamatan terhadap kebakaran, pembentukan emergency response team, pelatihan fire safety dan fire fighting, latihan kebakaran (fire-drills), penyusunan emergency response manual, fire emergency plan, tanda rambu-rambu kebakaran, pembuatan brosur dan poster kebakaran.


Faktor Resiko Keselamatan Bangunan Terhadap Bahaya Gempa
Di dalam SNI terdapat aturan dasar bagi seluruh pihak untuk membangun sebuah bangunan yang dapat merespon bahaya gempa. Adapun faktor-faktor keselamatan bangunan terhadap bahaya gempa antara lain:

a.    Faktor Resiko Kondisi Tanah
Yang termasuk dalam kelompok faktor kondisi tanah adalah semua faktor yang berhubungan dengan keadaan dan kondisi tanah saat gempa terjadi. Faktor-faktor ini antara lain: intensitas pergerakan tanah, durasi pergerakan tanah, kecepatan pergerakan tanah.

b.   Faktor Resiko Desain
Faktor resiko desain berhubungan dengan semua hal yang perlu dipertimbangkan pada saat mendesain struktur bangunan agar tahan terhadap beban gempa sesuai dengan persyaratan bangunan yang ada. Faktor resiko desain terdiri dari: karakteristik frekuensi per- gerakan tanah rencana, tingkatan spektrum desain, kemampuan tarik-tekan struktur, periode alami dari getaran struktur, kapasitas dinamik bangunan, kemampuan daktilitas struktur, perkuatan interior struktur, perkuatan eksterior struktur, perhitungan kondisi pembebanan, tingkat kerusakan ijin, tingkat hunian bangunan, faktor resiko gempa, faktor histori gempa dan karakteristik gempa itu sendiri (keberadaan gunung berapi di sekitar lokasi, histori gempa di sekitar lokasi, rekuensi terjadinya gempa, magnitude gempa), faktor resiko lain-lain (tangga darurat, jalur darurat, petunjuk darurat, perkembangan teknologi).

METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini, yaitu dapat dilihat pada gambar 1:



Gambar 1.  Kerangka Berpikir


Manajemen Resiko
Adapun kegiatan manajemen resiko proyek berdasarkan AS4360 merupakan suatu proses sistematis yang terdiri dari: pengenalan dan pemahaman konteks resiko, tujuan dan faktor kinerja, proses identifikasi faktor dan variabel (resiko, dampak, dan penyebab), proses evaluasi dan analisis dengan data primer, sekunder dan verifikasi secara kualitatif dan kuantitatif, proses perumusan mitigasi atau tindakan koreksi, statistical dan simulasi mathematical modelling dan validasi untuk monitor pengendalian proses manajemen resiko, proses dokumentasi, lesson learned dan database seluruh kegiatan selama masa pelaksanaan manajemen resiko dan untuk masa mendatang.

Metode kualitatif
Metode kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan studi referensi awal dan pendekatan langsung kepada pihak yang berkaitan dengan bangunan gedung tersebut yang disebarkan kepada beberapa responden. Setelah studi referensi selesai dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kesela- matan bangunan, kemudian faktor-faktor tersebut dianalisis oleh pakar untuk divalidasi atau bahkan menambah hasil referensi sesuai faktor-faktor yang paling berpengaruh di lapangan Adapun kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu kuesioner untuk mencari model keselamatan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran dan terhadap bahaya gempa, dengan X sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kesela- matan bangunan terhadap kebakaran/ gempa dan faktor Y merupakan faktor tingkat keselamatan bangunan yang menunjukkan sejauh mana faktor X tersebut memiliki pengaruh terhadap keselamatan bangunan yang selanjut- nya diselasikan secara kuantitatif.

Metode Kuantitatif
Dengan metode kuantitatif, data dari kuesioner para pakar akan digunakan sebagai studi awal. Kemudian dibuat kuesioner kedua dengan memasukkan kembali semua variabel awal yang disebar pada para stakeholders yang kompeten di bidang sesuai tuntutan penelitian ini, untuk kemudian dibandingkan hasilnya.  Kemudian, dilakukan analisis data yang merupakan metode kuantitatif secara statistik dengan menggunakan software SPSS untuk mencari pemodelan optimal atas faktor-faktor keselamatan bangunan yang didapat dari hasil metode kualitatif.



6
 

Xkj atau Xlj
 



Gambar 2. Model Keselamatan Bangunan

Di mana :
Y1j   =  Tingkat keselamatan bangunan terhadap kebakaran pada responden ke j
Y2j   =  Tingkat keselamatan bangunan terhadap gempa pada responden ke j
Xkj   =  Variabel resiko kebakaran berpengaruh terhadap keselamatan bangunan
            ke k pada responden ke j
Xlkj =  Variabel resiko gempa berpengaruh terhadap keselamatan bangunan ke k pada
            responden ke j

Hasil analisis dengan model-model tersebut dengan menggunakan software SPSS dilakukan analisis korelasi dan interkorelasi, analisis variabel penentu, analisis regresi, uji model (R square dan Adjusted R Square (R2), multi collinearity, cek koefisien regresi, uji F dan uji t, Durbin Watson Test, simulasi. Setelah kedua pemodelan atas keselamatan bangunan terhadap kebakaran dan gempa didapat dan telah teruji kebenarannya dengan uji normalitas data, langkah terakhir yaitu melakukan simulasi. Simulasi ini dilakukan berdasarkan pemodelan yang didapat dengan menggunakan software Crystall Ball.


HASIL & PEMBAHASAN
Analisis Kuesioner I
Secara singkat, hasil dari kuesioner I adalah sebagai berikut:
a.    Faktor resiko kebakaran tereduksi menjadi 22 dari 30 variabel yang teridentifikasi.
b.    Faktor resiko gempa tereduksi menjadi 11 dari 22 variabel yang teridentifikasi.


Gambar 3. Faktor Resiko Kebakaran
 


Gambar 4. Faktor Resiko Gempa




Analisis Kuesioner II
Kuesioner II disebarkan sebagai kuesioner penelitian kepada responden yang lebih luas yaitu 31 stakeholders. Hasil pengisian para responden menjadi data yang diolah. Hasil pengisian tersebut disajikan dalam lampiran. Untuk tahapan analisis data ini dipergunakan software SPSS 13.0. Berturut-turut dilakukan analisis korelasi untuk mengukur tingkat kekuatan hubungan antara variabel-variabel Y dengan variabel X. Analisis korelasi dilakukan dengan metode korelasi pearson (product moment correlations). Kemudian dilakukan analisis regresi untuk mendapatkan model variabel resiko yang paling dominan. Terakhir kemudian dilakukan analisis simulasi untuk mencari keadaan-keadaan yang optimal untuk model yang dipilih.

Analisis Korelasi dan Regresi
Dengan menggunakan program SPSS 13.0 perhitungan model korelasi Pearson menunjukkan tingkat hubungan antar variabel terutama antar variabel dependent Y dengan independent X. Dari hasil tersebut, dipilih variabel-variabel bebas (independent) yang berhubungan dengan variabel terikat (dependent) dan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis. Pada penelitian ini digunakan nilai kritis 0,4. Semua variabel yang memiliki nilai korelasi lebih besar dari 0,4 akan diikut- sertakan untuk analisis regresi. Adapun hasil regresi yang telah divalidasi adalah:
Model untuk faktor resiko kebakaran yaitu :
Y = -0,713 + 0,204 X22 + 0,57 X2 + 0,342 X19 ….(1)
Di mana :      
X2     =  Detektor Asap
X19   =  Ketersediaan master point
X22   = Inspeksi dan Pemeliharaan Sistem Proteksi Kebakaran

Model untuk faktor resiko gempa yaitu :
Y = 8,54 – 0,075X2 – 0,063X3 – 0,212X4 - 0,36X6 - 0,665X8 ....(2)

Di mana :
X2     =  Durasi pergerakan tanah
X3     =  Kecepatan pergerakan tanah
X4     = Karakteristik frekuensi per- gerakan tanah rencana.
X6 = Kemampuan tarik tekan struktur
X8 = Kapasitas dinamik bangunan

Simulasi Model
Simulasi dilakukan dengan memasukkan model sebagai input beserta nilai mean, min, dan max dari variabel (Gambar 5). Kemudian dibuat beberapa kondisi untuk dilakukan replikasi data. Hasil simulasi akan memberikan kondisi yang paling kritis dalam bentuk grafik (Gambar 6).


Gambar 5. Simulasi Model



Gambar 6. Simulasi resiko yang paling kritis



Dampak, Penyebab dan Tindakan Koreksi
Faktor dampak, penyebab dan tindakan koreksi dari resiko kebakaran dan resiko gempa yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu:
a.    Resiko kebakaran
1)   Resiko detektor asap
-   Dampak: Kemunculan keba- karan tidak terdeteksi yang mengakibatkan  keterlambatan penanganan
-  Penyebab: Kurang baiknya perencanaan dan  tidak  adanya  perawatan   sehingga sistem tidak bekerja dengan baik
-  Koreksi:  Adanya perencanaan yang baik terhadap keter- sediaan, letak, dan dilakukan- nya perawatan sistem.
2)   Resiko master pont
-  Dampak: Tercerai-berainya penghuni bangunan yang hendak melakukan penyela- matan sehingga menyulitkan petugas dalam melakukan penyelamatan.
-  Penyebab:  Tidak tersedianya atau sulitnya menyediakan tempat berkumpul / master point pada bangunan Mal.
-  Koreksi:Harus lebih  diperhati- kan  perencanaan  ketersediaan  master point di luar bangunan.
3)   Resiko inspeksi dan perawatan sistem proteksi
-  Dampak: Sistem proteksi yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
-  Penyebab: Tidak dilakukannya inspeksi dan perawatan secara berkala.
-  Koreksi: Dibuatnya rencana inspeksi dan perawatan  sistem  proteksi secara berkala dan dilaksanakannya rencana tersebut.
b.    Resiko gempa
1)   Resiko durasi pergerakan tanah
-   Dampak: Menekan struktur sampai pada batas elastisitas- nya.
-   Penyebab: Kurangnya data seismologi dan geologi, kurang atau tidak dilakukannya penye- lidikan tanah yang memadai.
-   Koreksi: Pentingnya melibat- kan tim seismologi dan  geologi  dalam melakukan penyelidikan tanah.
2)   Resiko kecepatan pergerakan tanah
-  Dampak: Menekan struktur sampai pada batas elastisitas- nya.
-  Penyebab: Kurangnya data seismologi dan geologi.
-  Koreksi: Lebih memperhatikan kualitas penyelidikan tanah.
3)   Resiko karakteristik frekuensi pergerakan tanah rencana
-  Dampak: Kapasitas struktur yang tidak mampu menahan beban gempa.
-  Penyebab: Adanya perbedaan karakteristik yang dapat me- nimbulkan perbedaan dampak pada masing-masing lokasi.
-  Koreksi: Penyelidikan yang lebih dalam.
4)   Resiko kemampuan tarik tekan struktur
-  Dampak:  Kerusakan bangunan secara struktur atau bahkan sampai pada keruntuhan struktur.
-  Penyebab: Kesalahan dalam memperhitungkan kondisi pembebanan yang dapat di- akibatkan oleh kurangnya data atau kompetensi perencana.
-  Koreksi:  Perhitungan kondisi pembebanan lebih berhati-hati dengan memperhatikan kombi- nasi pembebanan.
5)   Resiko kapasitas dinamik bangunan
-  Dampak:  Kerusakan bangunan secara struktur atau bahkan sampai pada keruntuhan struktur.
-  Penyebab: Kurangnya pertim- bangan ketahanan material dalam merencanakan kondisi dinamik struktur.
-  Koreksi: Pada saat perenca- naan harus dibuat relasi  antara kapasitas dinamik struktur dengan tingkatan komponen dasar dari kriteria desain.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini yang memberikan kontribusi bagi human sebagai penyelenggara bangunan, yaitu:
a.    Faktor resiko kebakaran pada bangunan gedung komersial di DKI Jakarta, yaitu:  resiko detektor asap, master point/tempat berkumpul, inspeksi & perawatan sistem.
b.    Faktor resiko gempa pada bangunan gedung komersial di DKI Jakarta, yaitu: durasi pergerakan tanah, kecepatan pergerakan tanah, karakteristik frekuensi pergerakan tanah rencana, kemampuan tarik tekan struktur, kapasitas dinamik bangunan.
c.    Dari hasil penelitian ini, kontribusi bagi human sebagai subyek penyelenggara bangunan gedung komersial di DKI Jakarta, yaitu:
-  Terciptanya pemahaman bagi human terhadap risiko kebakaran dan gempa pada bangunan komersial.
-  Terhadap resiko kebakaran, human sebagai penyelenggara bangunan akan meningkatkan kepedulian terhadap inspeksi dan perawatan sistem proteksi kebakaran, sehingga bangunan dan seluruh penghuni tanggap terhadap risiko kebakaran yang dapat terjadi setiap waktu.
-  Terhadap resiko gempa hasil penelitian ini memberikan pemahaman agar human sebagai penyelenggara bangunan semakin tanggap terhadap penyebab gempa yang dapat terjadi setiap waktu.

Saran
Saran yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
a.    Para pemilik, pengelola, dan penghuni gedung komersial perlu meningkatkan kepedulian terhadap resiko kebakaran dan resiko gempa yang dapat terjadi setiap waktu melalui sosialisasi secara berkala ataupun melalui latihan penang- gulangan dalam keadaan darurat, sehingga semua pihak dapat men- cegah ataupun bahkan menang- gulangi resiko tersebut.
b.   Meningkatkan pemahaman human sebagai penyelenggara bangunan agar kualitas operasi dan perawatan bangunan secara berkala untuk dapat semakin baik mendeteksi sejak dini resiko kebakaran ataupun gempa yang dapat terjadi setiap waktu.
c.    Meningkatkan pemahaman human terhadap pentingnya kualitas desain bangunan komersial agar selain mampu menampung seluruh akti- vitas komersial yang direncanakan, namun mampu juga untuk menyelematkan penghuni ataupun asset yang ada pada bangunan komersil.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Statistik Indonesia., 2001-2005, Value of Construction Com- pleted by Type of Construction, Badan Statistik Indonesia, Jakarta.
Butcher, E.G. and A.C. Parnell, 1983, Designing for Fire Safety, John Wiley & Sons, Ltd, New York, USA.
Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, Data Kebakaran Periode tahun 2002 s/d 2006, Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, DKI Jakarta.
Evans, J.R. and L Olson, 1998, Introduction to Simulation and Risk Management, Decisio- neering, Inc, New York.
Suharso, 1998, Sistem Penanggu- langan Kebakaran Pada Bangunan, Majalah Jakarta Arsitektur, Jakarta.
Housner, G.W. and P.C. Jennings, Earthquake Design Criteria for Structures, California Institute of  Technology, California.
Liwang, Freddy, 2007, Teknologi Rumah Hunian Tahan Gempa, Kompas, Jakarta.
Mahalingam, E. and Levitt, 2007, Safety Issues on Global Projects,  ASCE Journal July, 133 (7)
Menteri PU, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT- /M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1992.
Rostiyanto. and Jessica, 2002, Studi Pemeliharaan Sistem Kebakaran Pada Mal dan Plaza di Jakarta, Jurnal Teknik Sipil Universitas Tarumanegara, 1.
Sarwidi, 2007, Perlu Rekayasa Agar Bangunan Tahan Gempa, Kompas 29 Mei 2007, Kompas, Jakarta.
Schexnayder and E. Mayo, 2004, Construction Management Fundamentals. McGraw-Hill, Inc, New York, USA.
Soeharto, Imam, 1999, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga. Jakarta
Winardi, A. dan G. Rahardjo, 2006, Gempa Jogja, Indonesia dan Dunia. Gramedia. Jakarta.
Zimmerman, D.S., 2005, Risks of Involvement In Contractor Safety. Occupational Health and Safety, Waco, USA.