Tentang SosioHumanitas Unla

SosioHumanitas Unla merupakan Jurnal Ilmu-ilmu Sosial & Humaniora Universitas Langlangbuana.

Sosiohumanitas berisi karya ilmiah hasil penelitian atau pemikiran berdasarkan kajian literatur yang dimuat dalam bentuk media cetak oleh LPPM Universitas Langlangbuana Bandung.

Materi yang dibahas mencakup masalah dan isu-isu yang aktual mengenai aspek sosial budaya dan kemanusiaan lainnya.

ISSN 1410-9263.

Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung


Oleh:
Dede Siti Rohmah
Jurusan Teknik Industri, Universitas Langlangbuana



ABSTRAK

Asumsi yang mendasari penelitian ini ialah hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh positif yang signifikan antara kepemimpinan, motivasi, pelatihan dan lingkungan kerja terhadap kinerja. Untuk menguji validitas dari hipetesis tersebut dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data tentang
opini pekerja mengenai kepemimpinan, motivasi, pelatihan dan lingkungan kerja terhadap kinerja. Data dieksplorasi berdasarkan pendapat dari 78 responden. Hasil dari analisis regresi adalah nilai F-hitung adalah 29,809 dengan nilai signifikansi 0,00; maka nilai R2 sebesar 0,620. Nilai tersebut menyatakan bahwa variabel tersebut dapat menjelaskan 62% dari kinerja dan sisanya 38% dapat dijelaskan dengan variabel lainnya. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja sedangkan kepemimpinan dan dan motivasi mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja.

Kata kunci: kepemimpinan, lingkungan kerja, kinerja


ABSTRACT

Assumption from this research reflected in hypothesis that suspects that there is a positive and significant influence from leadership, motivation, training, and working environment to performance. For testing the validity from that hypothesis it’s needed a related data from worker opinion about leadership, motivation, training, working environment, and performance. Data explored based one judgment and worker opinion from 78 respondents.The result of the regression analysis is the value of F is 29,809 with significant 0,00; R2 is 0,620. So the variable can explain 62% to performance and the rest 38% can be explained the other variables. From the research it can be concluded that training and working environment have positive influence to performance and then leadership and motivation have negative influence to performance.

Keyword: leadership, working environment, performance.




PENDAHULUAN
Semua perusahaan pasti me- merlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Tidak hanya pada sektor swasta, sektor publik juga memerlu- kan manajemen yang baik agar dapat memberikan pelayanan kepada publik atau masyarakat yang memerlukan dengan baik pula. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung oleh keberhasilannya dari pada individu organisasi itu sendiri dalam men- jalankan tugas mereka.
Berbagai macam hambatan pasti akan ditemui oleh para individu organisasi untuk bisa bekerja dengan baik sehingga kinerja mereka dapat diterima dengan baik oleh perusahaan dan masyarakat yang memerlukan. Banyak factor yang dapat mem- pengaruhi kinerja, antara lain: motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja, insentif, budaya kerja, komuni- kasi, jabatan, pemberian gizi karya- wan, pelatihan, dan masih banyak yang lainnya. Semua faktor itu pasti berpengaruh; ada yang dominan ada juga yang tidak.
Penelitian ini akan mengkaji bagaimana pengaruh motivasi, kepemimpinan, pelatihan, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Bagi organisasi yang memberikan pelayanan kepada publik, tentu saja kinerja karyawan itu dapat dilihat dari bagaimana organisasi ter- sebut dalam memberikan  pelayanan kepada publik, seperti pada Per- usahaan Daerah Air Minum Kota Bandung yang memberikan pelayanan mengenai fasilitas air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan kepada karyawan apalagi pada saat-saat sekarang ini di mana semua serba terbuka, maka kepe- mimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa memberdaya kan karyawannya. Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan motivasi kerja karyawan adalah kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para karyawan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.
Selain kepemimpinan, pelatihan juga penting bagi para karyawan. Oleh sebab itu, kualitas pelayanan pimpinan kepada karyawan perlu ditingkatkan.
Melalui pelatihan ini para karyawan bisa terbantu mengerjakan pekerjaan yang ada, dapat pula meningkatkan prestasi kerja karyawan. Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengeta- huan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Motivasi juga dapat memberikan sumbangan yang signifikan dalam peningkatan kualitas pelayanan. Seperti teori Maslow tentang motivasi adalah seperti kerucut, manusia akan termotivasi apabila kebutuhan yang menjadi sasaran hidupnya terpenuhi dengan baik mulai dari kebutuhan fisiologis sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri.
Semakin kebutuhannya ter- penuhi maka akan semakin besar  pula kinerja pegawai dalam melakukan tugas dan kewajibannya di perusa- haan. Lingkungan kerja di perusahaan juga mempengaruhi kinerja yang dilaksanakan oleh karyawan.
Lingkungan kerja ini sendiri terdiri atas fisik dan nonfisik yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha pengembangan kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang segar, nyaman, dan memenuhi standart kebutuhan layak akan memberikan kontribusi terhadap kenyamanan karyawan dalam melaku- kan tugasnya. Lingkungan kerja nonfisik yang meliputi keramahan sikap para karyawan, sikap saling menghargai di waktu berbeda pen- dapat, dan lain sebagainya adalah syarat wajib untuk terus membina kualitas pemikiran karyawan yang akhirnya bisa membina kinerja mereka secara terus-menerus.
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung berperan besar dalam penyediaan air yang bersih. Dengan meningkatnya jumlah penduduk yang semakin pesat maka semakin banyak pula masyarakat yang memerlukan fasilitas air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung. Berdasarkan pengamatan penulis dari kenyataan dan juga banyaknya keluhan masyarakat di media massa yang ditujukan ke PDAM, ternyata kualitas pelayanan dari dinas tersebut kurang memuaskan. Hal ini berdasar- kan banyaknya kritik maupun keluhan masyarakat sebagai pengguna jasa baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung seperti kelam- banan dalam menangani masalah, diskriminasi, kurangnya tanggapan terhadap keluhan masyarakat, dan lain sebagainya. Belum maksimalnya pelayanan itu tentu tidak lepas dari faktor kepemimpinan yang diterapkan, motivasi kepada karyawan, pelatihan maupun lingkungan kerja, serta faktor-faktor yang lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung.

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi menunjukkan keadaan dan jumlah objek penelitian secara keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu (Teguh, 1999). Dalam populasi terdapat unit-unit populasi ataupun jumlah bagian-bagian populasi. Populasi penelitian ini adalah semua pegawai di dinas PDAM Kota Bandung yang berjumlah 265 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Besarnya sampel amat tergantung dari populasi- nya. Untuk menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui dapat digunkan rumus Slovin (dalam Kuncoro, 2001)







Keterangan :
n   =   Ukuran sampel
N  =   Ukuran populasi
e   =   Persen kelonggaran ketidak- telitian karena kesalahan peng- ambilan   sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Besarnya e yang digunakan di sini adalah 10%.

Berdasarkan teori di atas, hasil sampel penelitian adalah 78,26 sehingga dibulatkan menjadi 78. Dengan demikian, sampel yang diambil adalah 78 orang atau sekitar 29,33% dari populasi. Jumlah sampel tersebut sudah mewakili semua bagian jabatan yang ada di Dinas PDAM Kota Bandung.

Data dan Sumber Data
a.         Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan melakukan survey lapangan melalui pembagian kuesioner kepada responden.
b.        Data sekunder data yang diperoleh berdasarkan literatur-literatur maupun dokumentasi yang dimiliki Kantor PDAM Bandung yang dapat menunjang penelitian ini.

Definisi Operasional Variabel
a.        Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah serang- kaian upaya dari pemimpin dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya dapat bekerja dengan baik, bersemangat tinggi, dan mempunyai disiplin serta tanggung jawab yang tinggi pula terhadap atasan.
Indikatornya adalah: (1) kejelasan pimpinan dalam memberi perintah; (2) pandai membaca situasi dan peka terhadap saran dan masukan; (3) pemberian penghargaan, teguran maupun ujian; (4) tinggi rendahnya tingkat kreativitas pimpinan dalam menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik; (5) menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok; dan (6) kesediaan pihak atasan dalam memberikan bimbingan, pengarahan, maupun contoh-contoh kepada bawahan.

b.        Motivasi
Motivasi adalah keinginan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, dimana keinginan tersebut dapat merangsang dan membuat seseorang mau melakukan pekerjaan atau apa yang mengakibatkan timbulnya motivasi kerja. Untuk mengukur tingkat motivasi pegawai maka ada beberapa indikator yang akan diteliti yaitu sikap pegawai yang mencermin- kan motivasi mereka dalam melaku- kan pekerjaan, yang meliputi: (1) adanya sikap yang mencerminkan kebutuhan pegawai akan prestasi dan adanya motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik; (2) menunjukkan sikap tabah, jujur dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam pekerjaan mereka; dan (3) menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet jika mengalami kegagalan.

c.         Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah keadaan di mana tempat kerja memiliki kondisi yang baik meliputi fisik dan nonfisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan, aman, tentram, perasaan betah/- kerasan, dan lain sebagainya. Indikator nya adalah: (1) perlengkapan kerja, yang meliputi sarana dan prasarana penunjang kerja seperti komputer, mesin ketik, mesin pengganda, dan lain sebagainya; (2) Pelayanan kepada pegawai atau penyedia tempat ibadah, sarana kesehatan, koperasi sampai pada kamar kecil; (3) kondisi kerja, seperti ruang, suhu, penerangan, dan ventilasi udara; (4) hubungan personal yang meliputi kerjasama antar pegawai, dan atasan.


d.        Pelatihan
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pegawai pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Indikator yang akan diteliti meliputi: (1) pelatihan sebagai pengalaman untuk belajar bagi pegawai; (2) pelatihan merupakan aktivitas yang terencana; (3) pelatihan dapat memberikan jawaban atas persoalan yang ada.

e.         Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan adalah kemampuan kinerja yang dicapai dan diinginkan dari perilaku pegawai dalam melaksanakan dan menyelesai- kan tugas-tugas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab secara individu ataupun  kelompok. Indikator yang akan diteliti adalah (1) kemampuan dalam menyusun rencana kerja; (2) kemampuan merealisasikan rencana kerja; (3) kemampuan melaksanakan perintah atau instruksi atasan; (4) kemampuan memberikan pelayanan kepada masyarakat; (5) kemampuan dalam kualitas kerja, meliputi ketelitian, kerapian, kece- patan, ketepatan, dan keterampilan dalam melakukan tugas; dan (6) kemampuan pegawai dalam mencapai target kerja atau hasil kerja yang diinginkan.

Teknik Analisis Data
Untuk melakukan analisis data digunakan regresi linier berganda (multiple regression) dan dilakukan dengan bantuan program aplikasi SPSS. Adapun persamaan regresinya adalah:
Kinerja = a + b1 K+ b2 M+ b3 P+ b4 LK + eD
Keterangan:
a     = parameter konstanta.
b1,b2,b,b4 = parameter penduga.
e D = variabel pengganggu.
K    = kepemimpinan (X1).
M    = motivasi (X2).
P     = pelatihan (X3).
LK = lingkungan kerja (X4).
Berdasarkan model regresi tersebut dapat dilakukan beberapa pengujian statistik, yaitu:

a.        Uji-T
Uji-t ini untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen (X1, X2, X3, X4) secara individu terhadap variabel dependen (Y) dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan (Kuncoro, 2001). Langkah-langkah pengujian diawali dengan membuat formulasi hipotesis sebagai berikut:
1)        Menentukan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
Ho: bi = 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel inde- penden (Xi) terhadap variabel dependen (Y).
Ha: bi < 0, artinya ada pengaruh negatif antara variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y).
Ha: bi > 0, artinya ada pengaruh positif antara variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y).
2)        Menentukan tingkat signifikan dengan table
3)        Mencari t hitung dengan rumus:
                        thitung = bi/Sebi
Keterangan:
bi       = koefisien  regresi variable  independen ke i.
Sebi   = standart  error  koefisien  regresi variabel independen ke i.
4)        Keputusan
Ho :  diterima bila  t hitung  <  t tabel, Ha ditolak.
Ha : diterima bila t hitung > t tabel,  Ho ditolak.

b.        Uji-F
Uji-F ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen (X1, X2, X3, X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Kuncoro 2001). Langkah-langkah pengujian diawali dengan membuat formulasi hipotesis sebagai berikut:
1)        Menentukan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
Ho: b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha: b1; b2; b3; b4 H D0, artinya variabel independen secara ber- sama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
2)        Menentukan tingkat signifikan dengan F-tabel.
3)        Mencari F-hitung dengan rumus:
F hitung = 
Keterangan:
 R2  =   koefisien determinasi majemuk.
K    =   jumlah variabel independen yang digunakan.
N    =   jumlah sampel.
4)        Kesimpulan
Ho: diterima bila F hitung < F tabel, Ha ditolak.
Ha: diterima bila F hitung > F tabel, Ho ditolak.

c.         Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) di- gunakan untuk mengetahui persentase variabel independen secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependen (Kuncoro, 2001). Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Jika koefisien determinasi (R2) = 1, artinya variable- variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Jika koefisien determinasi (R2) = 0, artinya variable independen tidak mampu menjelaskan variasi-variasi dependen.
Selain uji statistik, perlu juga dilakukan uji asumsi klasik karena beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi digunakan. Uji asumsi klasik ini meliputi:



1.    Uji Autokorelasi (Autocorelation)
Autokorelasi adalah hubungan antara data pada suatu waktu dengan data pada waktu sebelumnya. Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan waktu (data deretan waktu) atau ruang (cross-sectional data). Uji ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson dengan rumus:
D-W =
Keterangan:
t    = periode waktu.
N = jumlah observasi.
et = error pada periode t.

2.        Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal (Santoso, 2001). Jika sebuah sampel acak berukuran n telah diambil dengan rata-rata = X dan simpangan baku = S, maka kurva normal yang cocok atau sesuai dengan data tersebut (untuk keperluan ini data harus disusun dalam daftar distribusi frekuensi), yang terdiri atas k buah kelas interval, untuk keperluan pengujian, maka harus menghitung teoritik Ei dan mengetahui frekuensi nyata atau hasil pengamatan Oi. Frekuensi Oi jelas dapat dari sampel, masing-masing menyatakan frekuensi dalam tiap kelas interval.
Harga Ei, frekuensi teoritik, didapat dari hasil kali antara n dengan peluang atau luas di bawah kurva normal untuk interval yang ber- sangkutan. Selanjutnya statistik X2 dihitung dengan rumus:
 atau Ei
Kriteria pengujian:
Tolak Ho, jika X2 hitung >X2 tabel (1.a)(k-3)
Terima Ho, jika X2 hitung <X2 tabel(1.a)(k-3)

3.        Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi regresi heteros- kedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika variannya berbeda, disebut heteros- kedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000).  Deteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidak- nya pola tertentu pada grafik, di mana sumbu x adalah y yang telah diprediksi dan sumbu x adalah residual (y prediksi –y sesungguh- nya) yang telah di-studentized.
Adapun dasar pengambilan keputusan adalah:
a.         Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas;
b.        Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteros- kedastisitas.

4.        Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan yang kuat antara variable independen dari pada hubungan antara variabel independen dengan variable dependen. Multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linear pasti. Multi- kolinieritas menyebabkan regresi tidak efisien atau penyimpangannya besar (Gujarati, 1999). Uji multikolinieritas adalah dengan VIF (Variance Inflation Factor) dan CI (Condition Index), jika VIF < 10 atau CI < 10, tidak terdapat multi- kolinieritas.

ANALISIS PEMBAHASAN
1.        Analisis Regresi Ganda
Hasil analisis data, selanjutnya dapat disusun persamaan regresi ganda
sebagai berikut:
Y=3,679+0,120X1-0,04498X2+0,444X3+0,419 X4
     (1,597)  (-0,527)   (4,403)** (4,016)**
** signifikan pada tingkat a1%

R2     = 0,620
F       = 29,809 Signifikan F = 0,000
D.W = 1,649
Keterangan:
Y    = kinerja karyawan
X1 = kepemimpinan
X2 = motivasi
X3 = pelatihan
X4 = lingkungan kerja

Secara teoretis konstanta sebesar 3,679 menyatakan bahwa jika tidak ada X1, X2, X3, X4 maka kinerja adalah sebesar 3,679 satuan. Angka koefisien variabel kepemimpinan (X1) sebesar 0,120; koefisien variabel motivasi (X2) sebesar -0,04498; koefisien variabel pelatihan (X3) sebesar 0,444; koefisien variabel lingkungan kerja (X4) sebesar 0,419. Angka-angka tersebut merupakan angka koefisien masing-masing varia- bel dan menunjukkan pengaruhnya terhadap variabel kinerja karyawan.

2.        Hasil Pengujian Hipotesis
a.         Hasil analisis regresi menunjuk- kan bahwa hasil t-hitung yang signifikan hanya pada variabel pelatihan (X3) dan variabel lingkungan kerja (X4).
Angka t-hitung kedua variabel tersebut lebih besar dari angka t-tabel pada N = 78, a= 5%, yaitu 1,665 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel pelatihan dan lingkungan kerja secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada dinas PDAM Kota Bandung. Koefisien regresi variabel kepemimpinan dan motivasi ternyata secara signifikan tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan karena t-hitung nya lebih kecil dari t-tabel.
b.        F-hitung sebesar 29.809. Hasil perhitungan tersebut selanjutnya dibanding kan dengan F-tabel pada N = 78, a = 5%, dan df = 4, yaitu 3,11.
Berhubung F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa secara signifikan kepemimpinan, moti- vasi, pelatihan, dan lingkungan kerja secara bersama-sama ber- pengaruh terhadap kualitas pelayanan pada dinas PDAM Kota Bandung.
c.         Hasil perhitungan nilai R2 adalah sebesar 0,620. Hasil ini artinya bahwa apabila terjadi perubahan pada kualitas pelayanan pada Dinas PDAM Kota Bandung,  62% dapat dijelaskan melalui perubahan yang terjadi pada variabel kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja, sedangkan sisanya atau 38% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
3.        Uji Asumsi Klasik
a.         Autokorelasi; cara pengujiannya adalah dengan melihat nilai D-W yang kemudian dibandingkan dengan pedoman pada klasifikasi nilai D-W (Iqbal, 1999), sebagai tabel 1:

Tabel 1 : Klasifikasi nilai D – W
Nilai d
Keterangan
< 1.10
Ada Autokorelasi positip
1.10 – 1.54
Tidak ada kesimpulan
1.55 – 2.46
Tidak ada Autokorelasi
2.47 – 2.90
Tidak ada kesimpulan
>2.91
Ada Autokorelasi positip

Dari hasil uji didapat nilai D-W sebesar 1.649, kemudian disesuai- kan dengan tabel di mana nilai tersebut terletak antara 1.55 – 2.46, yang artinya tidak ada autokorelasi.
b.        Heteroskedastisitas; dari hasil analisis menunjukkan grafiknya tidak terdapat pola yang jelas, melainkan titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c.         Multikolinearitas; mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat jika nilai VIF lebih besar dari 10. Hasil pengolahan didapat nilai VIF sebagai berikut:
1)   Kepemimpinan = 1,182.
2)   Motivasi = 1,721.
3)   Pelatihan = 1,788.
4)   Lingkungan kerja = 2,125.
Nilai VIF di atas jika di- bandingkan dengan batasan VIF yang sebesar 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
d.        Normalitas; uji normalitas ber- tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mem- punyai distribusi normal atau tidak.

Dari hasil perhitungan di dapat   bahwa :
X2 hitung  = 3,67, sedangkan X2 tabel = 9,49 dengan a= 5%, artinya bahwa data tersebut berdistribusi normal.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analissis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.        Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pelatihan dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, Variabel kepemimpinan dan motivasi menurut analisa data ternyata tidak signifikan sehingga tidak berpengaruh pada kinerja karyawan.
2.        Nilai F-hitung sebesar 29,809. Artinya bahwa secara bersama-sama faktor kepemimpinan, moti- vasi, pelatihan, dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
3.        Koefisien Determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,620. Hal ini berarti variable independen (kepe- mimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja) mampu menjelaskan 62% terhadap variabel dependennya (kinerja karyawan), sedangkan sisanya sebesar 38% dijelaskan oleh variabel lain.





DAFTAR PUSTAKA

Gujarati, D. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis, Yogyakarta, AMP YKPN
Santoso, S. 2001. SPSS Versi 10,01, Mengolah Data Statistik, Jakarta, Elex Media Komputindo.
Teguh, M. 1999. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.