Tentang SosioHumanitas Unla

SosioHumanitas Unla merupakan Jurnal Ilmu-ilmu Sosial & Humaniora Universitas Langlangbuana.

Sosiohumanitas berisi karya ilmiah hasil penelitian atau pemikiran berdasarkan kajian literatur yang dimuat dalam bentuk media cetak oleh LPPM Universitas Langlangbuana Bandung.

Materi yang dibahas mencakup masalah dan isu-isu yang aktual mengenai aspek sosial budaya dan kemanusiaan lainnya.

ISSN 1410-9263.

Kajian Jembatan Penyeberangan Orang (Jpo) Pada Zona Pendidikan Di Kota Bandung


(Studi kasus: JPO di Jalan H.H. Mustopha dan di Jalan Merdeka)

Oleh:
Sri Sularti, Fauzia Mulyawati
Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung



ABSTRAK

Jalur pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. Keberadaan pejalan kaki  biasanya terkonsentrasi pada fasilitas umum seperti pusat pendidikan. Jembatan penyeberangan merupakan salah satu fasilitas penyeberangan tak sebidang bagi
pejalan kaki untuk dapat beralih ke sisi lain jalan raya tanpa terganggu oleh lalu lintas yang ada. Fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) diperlukan apabila jalur penyeberangan dengan menggunakan zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan dan lokasi berada pada ruas jalan yang mempunyai arus lalulintas serta arus pejalan kaki yang padat. Peryaratan JPO harus memenuhi aspek keselamatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pejalan kaki.  Penelitian dilakukan dengan membuat kajian dari 2  JPO yang berada pada zona pendidikan, yaitu JPO-1 pada lokasi Jalan PHH Mustopha dan JPO-2 pada lokasi Jalan Merdeka Bandung. Tujuan penelitian untuk mengetahui keberadaan 2 JPO yang ditinjau dari aspek perkotaan & kriteria rancangan, identifikasi dari aspek struktur&konstruksi, identifikasi dari aspek keamanan dan kenyamanan serta aspek estetika kota. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa keberadaan JPO-1 dan JPO-2 masih diperlukan.  Identifikasi aspek struktur dan konstruksi JPO-1 sebagian besar memenuhi persyaratan, JPO-2 memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek keamanan & kenyamanan JPO-1 kurang memenuhi peryaratan, JPO-2 sebagian besar memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek estetika kota JPO-1 sangat kurang memenuhi persyaratan ,JPO-2 memenuhi persyaratan.
Kata Kunci : JPO, lokasi, struktur & konstruksi, aman & nyaman, estetika kota.


ABSTRACT

Pedestrian path is one of the most important traffic components, especially in urban area. Pedestrian are usually concentrated on public facilities such as educational center. A pedestrian bridge is a facility for pedestrian so they can move to the other side of the road safely without being distracted by the existing traffic. This pedestrian crossing bridge (Jembatan Penyeberangan Orang- JPO) is required if another road crossing facility (such as zebra cross and pelican) is disrupting the traffic or located in a crowded area. Pedestrian crossing bridge must meet the requirements of safety, comfort and convenience for pedestrians. Research carried out by studying two pedestrian crossing bridge at educational zones, JPO-1 on JL PHH Mustopha and JPO-2 on Jl Merdeka. The purposes of this research is to determined all aspects of these 2 bridge, viewed from design, structure & construction, safety & comfort, and city aesthetic side. The result showed that the presence of both bridges is still needed. From the structure & construction criteria, both JPO-1 and JPO-2 comply. In security & comfort aspect, JPO-1 haven’t complied, JPO-2 comply. In aesthetic aspect, JPO-1 haven’t complied, JPO-2 comply.
Keyword : pedestrian crossing bridge, location, structure & construction, safety & comfort, aesthetic.




PENDAHULUAN                 
Latar Belakang
Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas manusia, baik kegiatan pekerjaan rutin, bisnis, pendidikan, sosial dan lain sebagainya. Peningkatan sistem transportasi memerlukan penanganan secara menyeluruh, mengingat bahwa transportasi timbul karena adanya perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Meningkat nya perpindahan tersebut dituntut penyediaan fasilitas penunjang laju perpindahan manusia dan barang yang memenuhi ketentuan keselamatan, salah satunya adalah bagi pejalan kaki, dimana pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. Pergerakan pejalan kaki meliputi per- gerakan-pergerakan menyusuri jalan, memotong jalan dan persimpangan.  Keberadaan pejalan kaki ini biasanya terkonsentrasi pada fasilitas umum seperti terminal, pusat pertokoan, pusat pendidikan serta tempat-tempat fasilitas umum lainnya. Keberadaan pejalan kaki tersebut memerlukan fasilitas, termasuk fasilitas penye- berangan jalan seperti zebra cross, pelikan cross atau Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
JPO dipasang apabila diharuskan tidak ada pertemuan sebidang antara arus pejalan kaki dengan arus lalu lintas. Agar pejalan kaki mau untuk menggunakan JPO harus dijamin keamanan dan jarak berjalan tidak terlalu bertambah jauh. JPO dirancang dengan kriteria tertentu. Selain dapat memenuhi dari segi fungsi, stardar konstruksi, keamanan juga faktor estetika yang berhubungan dengan keindahan kota maupun kelengkapan street furniture dari lokasi jalan tersebut.
Dari beberapa artikel dikoran maupun penelitian JPO antara lain menyebutkan bahwa JPO kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh pejalan kaki. Dari persepsi para pengguna antara lain menyebutkan alasan kurang aman dan kurang nyaman. Belum pernah dilakuan tinjauan fisik dari JPO sendiri apakah sudah memenuhi standar keamanan, kenyamanan dan kriteria rancangan bangunannya.  Dari  pengamatan di kota Bandung ada beberapa JPO yang sudah ada, tetapi kondisi fisik dan penempatannya seperti kurang terencana dengan baik.
Pada penelitian ini akan dilakukan kajian fisik  JPO di Kota Bandung yang berada dizona pendidikan pada dua lokasi yaitu: didepan kompleks Yayasan Atikan Sunda (YAS) dijalan  PHH.Mustopha dan didepan kompleks SD Banjarsari, dijalan Merdeka. Lokasi tersebut dipilih karena pada lokasi pertama terdapat tiga buah unit jenjang pendidikan  (SD, SMP, SMA) dan lokasi kedua terdiri dari enam buah unit SD  (SD Negeri 1 s/d SD Negeri 6) sehingga pada zona tersebut  terkonsentrasi jumlah orang yang banyak, terutama anak-anak sekolah.

Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
a.       Bagaimana keberadaan 2 buah JPO dengan lokasi yang berbeda dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan.
b.      Bagaimana kondisi fisik JPO dilihat dari aspek persyaratan teknik dan konstruksi.
c.       Bagaimana kondisi fisik JPO di lihat dilihat dari aspek persyaratan keamanan dan kenyamanan bangunan.
d.      Bagaimana ekspresi  JPO dilihat aspek estetika dan keindahan kota.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah:
a.       Mengidentifikasi  keberadaan 2 buah JPO dengan lokasi yang ber- beda dilihat dari aspek perkotaan kriteria rancangan.
b.      Mengidentifikasi kondisi fisik JPO dilihat dilihat dari aspek per- syaratan teknik dan konstruksi.
c.       Mengidentifikasi kondisi fisik JPO dilihat dilihat dari aspek keamanan dan kenyamanan bangunan.
d.      Mengidentifikasi  ekspresi  JPO di lihat aspek estetika dan keindahan kota.

Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini di- harapkan:
a.       Hasil penelitian diharapkan men- jadi awal bagi penelitian selanjut- nya dengan semakin lengkap dan teruji.
b.      Hasil penelitian berupa diskripsi yang berisi evaluasi kondisi fisik, bentuk dan ekspresi dari JPO dipakai sebagai pertimbangan untuk perancangan berikutnya.
c.       Manfaat lain diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat menjadi masukan bagi perancang dan Pemda untuk merancang bangunan sejenis
d.      Untuk menambah atau melengkapi teori-teori yang telah ada tentang JPO, juga supaya pemerintah lebih memperhatikan fasilitas umum bagi masyarakat khususnya mengenai JPO.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perancangan Kota
Menurut Lynch (1960) elemen-elemen pembetuk ruang kota atau biasa disebut dengan citra kota dibagi dalam lima elemen, yaitu:
1)      Path (Jalur)
Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran dan lain sebagainya. Karakteristik Path meliputi Pola Jaringan jalan, Pencapaian bangunan, dan kekhasan Jalan.
2)      Edges
Edges adalah elemen linier yang tidak dipakai sebagai path. Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linier, misalnya: pantai, tembok, lintasan jalan, dan jalur kereta api.
3)      District (kawasan)
Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, orang akan merasa harus mengakhiri atau memulainya. District mempunyai identitas yang baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert atau ekstrovert; berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain). Citra distrik ini tidak boleh hilang, karena bila hal ini terjadi akan mengaburkan citra kawasan.
4)      Nodes (Simpul)
Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis yang arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat dirubah ke arah atau ke aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, pasar, taman dan lain sebagai- nya. Adalah suatu tempat yang orang mempunyai perasaan “masuk” dan “keluar” dalam tempat yang sama. Nodes mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas karena lebih mudah diingat serta tampilan berbeda dari lingkungannya.
5)    Landmark (Tanda)
Landmark merupakan titik referensi, atau elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang paling menonjol dari sebuah kota. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, ada sekuens dari beberapa landmark serta ada perbedaan skala.
 
Tinjauan Jembatan Penyeberangan Orang  (JPO)
Jembatan Penyeberangan Orang adalah jembatan yang letaknya bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada di atas kedua objek tersebut, dan hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki yang melintas atau menyeberang jalan raya dan jalur kereta api. JPO juga dapat diartikan sebagai fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar, menyeberang  jalan tol, atau jalur kereta api dengan menggunakan jembatan tersebut, sehingga alur sirkulasi orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik dan kemungkinan terjadi kecelakaan dapat dikurangi.  Karena posisinya yang lebih tinggi dari tanah, untuk memberikan akses kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda, di dekat tangga jembatan terdapat ramp dengan kelandaian tertentu. Langkah lain yang juga dilakukan untuk memberikan kemudahan akses bagi penderita cacat adalah dengan menggunakan tangga berjalan ataupun dengan  menggunakan lift.

Tata Cara Perencanaan Jem- batan Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki di Perkotaan (Ditjen Bina Marga, 1995)
Tata cara ini memuat ketentuan-ketentuan tentang perencanaan teknik jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan, yang melintas di atas jalan raya atau jalan kereta api meliputi bangunan atas, bangunan bawah, pondasi dan tangga penghubung serta lingkungan di sekitarnya.
Tujuan tata cara ini adalah untuk menjamin perencanaan teknis jembatan penyeberangan yang memenuhi ketentuan kekuatan dan estetika, keseragaman bentuk dan tipe, serta keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan teknik jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan berdasarkan ketentuan  tata cara perencanaan adalah sebagai berikut:
1)      Ketentuan pembangunan JPO dari aspek lokasi disarankan memenuhi kriteria sebagai berikut :
a)    Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan zebra cross dan pelikan cross sudah mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada.
b)   Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup tinggi.
c)    Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang tinggi, serta arus kendaraan memiliki kecepatan tinggi.
2)   Pelaksanaan Jembatan penye- berangan untuk pejalan kaki
a)    Pelaksanaannya cepat dan lebih mudah
b)   Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas
c)     Memenuhi kriteria keselamatan dan kenyamanan para pemakai    jembatan  serta keamanan bagi pemakai jalan yang melintas di bawahnya
d)   Pemeliharaan cepat dan mudah tidak perlu dilakukan secara intensif.
3)   Memenuhi tuntutan estetika dan keserasian dengan lingkungan dan sekitarnya.
4)   Standar ketinggian bagian bawah jembatan penyeberangan orang (JPO):            
a)    Jalan Raya: 4,6 meter (tidak dilalui bus tingkat)/5,1 meter (dilalui bus tingkat)
b)   Jalur kereta: 6,5 meter
5)   Ketentuan jembatan penyeberangan yang melintas di atas jalan raya:
a)    Tangga dan kepala jembatan diletakkan di luar jalur trotoar
b)   Pilar tengah diletakkan di tengan median.

6)   Ketentuan lebar badan jembatan
a)    Pada kedua sisi jalur pejalan kaki dan tangga harus dipasang sandaran yang mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang berlaku.
b)   Pada jembatan penyeberangan pejalan kaki yang melintas di atas jalan, sepanjang bagian bawah sisi luar sandaran dapat dipasang elemen yang berfungsi untuk menanam tanaman hias yang bentuk dan dimensinya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
7)   Perencanaan sandaran
Perencanaan sandaran jembatan penyeberangan pejalan kaki harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a.    Tinggi minimum sandaran jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki adalah 1,35 m terhitung mulai dari permukaan lantai sampai dengan tepi atas sandaran.
b.    Setiap batang sandaran harus diperhitungkan mampu memikul gaya vertikal dan horizontal yang bekerja secara bersamaan sebesar 0,75 kN/m
c.    Tipe sandaran dapat dipilih salah satu dari bentuk yang tercantum dalam standar dari pipa logam, alloy yang menumpu di atas beton.  
8)   Pada jembatan penyeberangan yang melintas di atas jalan raya dengan lalu lintas kecepatan tinggi, struktur sandaran harus berfungsi sebagai dinding pengaman yang dilapisi kawat kasa 12 x 12 mm serta tinggi minimum 3 m.
9)   Bila panjang jembatan lebih dari  40 m, harus dipasang pelindung terhadap panas  matahari dan hujan
10)    Persyaratan Mutu Bahan
Perencanaan tumpuan gelagar jembatan penyeberangan harus mengacu pada ketentuan sebagai berikut:
a.    Pemilihan tipe tumpuan harus dilakukan dengan pertimbangan
-  Memenuhi kriteria kekuatan, keawetan, dan deformasi maksimum  selama  masa pelayanan.
-  Pemeliharaan sedikit mungkin.
-  Penggantian dapat dilakukan dengan cepat dan mudah
b.    Penggunaan tumpuan tipe bantalan elestomer dari neoprane maupun karet alam harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada Standard Specification for Highway Bridges 1992 Section 18
11)    Perencanaan tangga
Perencanaan tangga penghubung jembatan penyeberangan harus dilakukan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a.  Tangga direncanakan untuk memikul beban hidup nominal sebesar 5 kPa.
b.  Lebar bebas untuk jalur pejalan kaki minimum adalah 2 m.
c.  Perencanaan dimensi tanjakan dan injakan harus mengacu pada ketentuan:
- Tinggi tanjakan minimum 15 cm dan maksimum 21,5 cm
- Lebar injakan minimum 21,5 cm dan maksimum adalah 30,5 cm
- Jumlah tanjakan dan injakan ditetapkan berdasarkan tinggi lantai jembatan yang di- rencanakan.
Dimensi perencanaan tangga dapat dilihat pada grafik Gambar 2.1.



Gambar 2.1.
Grafik Perencanaan Tangga JPO



METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi zona pendidikan yaitu:
1)      Lokasi didepan kompleks Yayasan Atikan Sunda (YAS) di jalan  PHH. Mustopha Bandung (JPO-1).
2)      Lokasi di depan kompleks SD Banjarsari, di jalan Merdeka, Bandung (JPO-2).
Pengukuran (pengambilan data di lapangan) dilakukan sekitar 3 minggu. Analisis dilakukan selama 4 minggu, dan Pembahasan dengan laporan dilakukan selama 5 minggu. Semua kegiatan tahapan penelitian dilakukan secara fast track atau secara tumpang tindih (overlapping) waktu, sehingga keseluruhan penelitian direncanakan berlangsung tiga bulan, dilaksanakan dari tanggal 26 Mei sampai dengan 25 Agustus 2011.

Alat Penelitian
Alat yang digunakan :
·         Kamera Nikon Coolpix2, diguna- kan untuk dokumentasi.
·         Alat tulis
·         Perangkat PC
·         Printer HP Deskjet F 2276
·         Roll Meter, Leica Disto, untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi jembatan.
·         Stigmat, untuk mengukur diameter besi.

Metoda Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Data kuantitatif akan dianalisis dengan tabulasi dan data kualitatif dianalisis secara naratif.  Pengumpulan data akan menggunakan pengukuran langsung, pengamatan lapangan,  serta studi literatur.

Rancangan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksana- kan sesuai dengan rancangan penelitian   seperti yang terlihat di dalam Gambar 3.1.
 


                                                                                                     

Gambar 3.1. Diagram Rancangan Penelitian





Cara Kerja
Cara Pengumpulan data
Cara mengumpulkan data dari penelitian ini sebagai berikut:
1)        Data primer
Data primer diperoleh dari:
·      Pengukuran langsung bangunan JPO dengan menggunakan alat-alat: roll meter, Leyca Disto untuk panjang, lebar, dan tinggi  JPO.
·      Pengukuran situasi lahan pada lokasi JPO
·      Pengukuran detail-detail konstruksi menggunakan meteran dan stigmat
·      Penggambaran menggunakan program AutoCad.
·      Foto-foto dokumentasi

2)        Data sekunder
Untuk memperoleh data sekunder, dilakukan penelitian dengan metode library research (studi pustaka), yaitu mengumpulkan data-data dari sumber pustaka maupun hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.



Cara  analisis data
Data kuantitatif akan dianalisis dengan tabulasi dan data kualitatif dianalisis secara naratif. Data yang diperoleh di analisis dengan cara mengelompokan dari berbagai apek yang ditinjau yaitu aspek perkotaan &  kriteria rancangan, aspek persyaratan teknik dan konstruksi, aspek per- syaratan keamanan dan  kenyamanan bangunan dan  aspek estetika kota.

Cara analisis hasil penelitian
Data yang telah disusun dalam tabel dianalisis dengan cara mem- bandingkan kondisi fisik yang ditinjau dari berbagai aspek yang telah ditetapkan dengan dengan persyaratan -persyaratan atau kriteria dari Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki di Perkotaan   (Ditjen Bina Marga, 1995) dan  acuan dari buku pustaka.







HASIL PENELITIN
Evaluasi JPO-1 dibandingkan dengan standar persyaratan
1.    Keberadaan JPO-1 dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan
Lokasi JPO-1 terletak pada zona pendidikan, terdapat kompleks Sekolah Yas yang meliputi SD, SMP dan SMA. Situasi jalan P.H.H. Mustopha sangat padat tetapi dari segi  fungsi tetap berjalan, walaupun  kemacetan sering terjadi. Pada ruas jalan tersebut  mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang cukup padat,  dengan penyeberangan menggunakan zebra sangat meng- ganggu lalu lintas kendaraan yang ada.  Dari fungsi pokok sebagai fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar, peranan jembatan penyeberangan pada lokasi tersebut masih sangat dibutuhkan, karena dapat menjadi alternative keselamatan dalam menghindari kecelakaan lalu-lintas dan kemacetan jalan.
Dilihat dari persyaratan jalan masih ada kekurangan fasilitas pejalan kaki dan kelengkapan jalan (street furniture). Akses ke JPO kurang terlihat dengan jelas, sempit dan tertutup kaki lima dan akses tidak lewat trotoar.
Posisi tangga berada di atas sungai yang memotong jalan PHH. Mustopha sangat berbahaya apabila ada yang terperosok. Tipe tangga lurus tanpa bordes, naik tangga menjadi capai. Idealnya ketinggian tangga yang sudah melebihi 2.00 m harus ada tempat pemberhentian sementara atau bordes. Dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan kurang memenuhi persyaratan, khususnya untuk  lokasi tangga tidak memenuhi persyaratan, lahan untuk JPO kurang luas.

2.    Kondisi fisik JPO-1 ditinjau dari aspek teknik dan konstruksi
Untuk jalan kolektor geometri jalan sudah memenuhi ROW minimal 15.00 m, tetapi untuk kelengkapan jalan yaitu trotoar, bahu jalan dan saluran drainase masih kurang dan belum tertata dengan baik. Struktur dan konstruksi Jembatan memenuhi peryaratan.  Struktur dan konstruksi  tangga juga memenuhi persyaratan, hanya kurang nyaman karena tidak ada bordes. Akses kearah tangga  kurang  jelas dan kurang terlihat, tidak ada ruang bebas dikaki jembatan. Orang enggan untuk melewati JPO karena arah masuknya tidak kelihatan.
Jembatan dinaungi atap, dengan konstruksi rangka baja siku, penutup atap polycarbonat, diatasnya terpasang papan iklan berupa billboard, dibuat dari rangka baja siku dan didepannya dipasang  cat walk dari pipa besi untuk pijakan perawatan. Kondisi ini memenuhi peryaratan konstruksi  yang dianjurkan.

3.    Kondisi fisik JPO-1 ditinjau   dari aspek keamanan dan kenyamanan
Kondisi  JPO aman karena memenuhi semua persyaratan standar ukuran, lebar lembatan minimum 2.00 meter, standar ketinggian bagian bawah  JPO 4,6 meter. Akses ke JPS kurang nyaman.
Konstruksi tangga  kokoh karena sudah sesuai dengan persyaratan dan aman karena ada sandaran, railing serta balustrade. Nyaman karena ada penutup atap yang melindungi dari panas dan hujan. Akses ke tangga tidak nyaman karena arah masuk kurang terlihat, dan  naik tangga kurang nyaman karena tidak ada bordes.

4.    Kondisi ditinjau dari aspek estetika kota
Selain fungsi pokok, jembatan penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting, yaitu sebagai elemen pembentuk ruang kota/citra kota, street furniture dan pelengkap kota.  Di samping itu JPO berperan sebagai sarana komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/iklan yang dipasang pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya.  Sebaiknya bentuk dan ekspresi JPO dapat mevisualkan peran-peran tersebut. Bentuk JPO di Jl.PHH. Mustopha sangat standar, kurang megah dan kurang menarik. Area lokasi JPO sangat terbatas, bahkan ruang tangga dipaksakan pada  posisi diatas sungai yang ada. Trotoar sebagai jalur kaki tidak tertata dengan baik, satu sisi berupa perkerasan paving, sisi lain berupa jalan tanah. Fasilitas street furniture tidak ada. Situasi lingkungan belum tertata dengan baik, banyak bangunan liar dipinggir jalan dan kesan semrawut, tidak ada peng- hijauan dan view tidak bagus.
Posisi papan iklan berupa billboard berada diatas atap jembatan dengan tinggi bebas pandangan 2.40m, sehingga pengguna bisa menikmati view dari atas jembatan tanpa terhalang.
                  
Evaluasi JPO-2 dibandingkan dengan standar persyaratan
1)      Keberadaan  JPO-1 dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan
Lokasi JPO-2 terletak pada zona pendidikan, perkantoran dan pusat pemerintahan kota Bandung. Terdapat kompleks Sekolah SD. Banjarsari (terdapat 6 SD), kompleks Sekolah Santa Angela (terdiri dari SD, SMP dan SMA). Situasi jalan PHH. Mustopha sangat padat tetapi dari segi  fungsi tetap berjalan, walaupun  kemacetan sering terjadi.  Pada ruas jalan tersebut mempunyai arus lalu lintas  satu arah dan arus pejalan kaki yang cukup padat, dengan penyeberangan menggunakan zebra sangat mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada. Dari fungsi pokok sebagai fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar, peranan jembatan penyeberangan pada lokasi tersebut masih sangat dibutuhkan, karena dapat menjadi alternative keselamatan dalam menghindari kecelakaan lalu-lintas dan kemacetan jalan.
Dilihat dari persyaratan jalan, fasilitas pejalan kaki dan kelengkapan jalan (street furniture) cukup memadai. Ditepi jalan terdapat trotoar, bahu jalan dan saluran drainase.  Akses ke JPO melalui halaman Sekolah, trotoar  dan halaman Taman Balaikota.  Akses dari trotoar  kurang terlihat dengan jelas, walaupun ada ruang bebas dikaki tangga tetapi agak sempit. Akses dari Taman cukup baik karena area taman luas, sehigga dapat digunakan dengan nyaman.   
Posisi tangga berada  di halaman sekolah, trotoar dan taman balaikota, cukup mudah diakses oleh pejalan kaki. Tipe tangga lurus L dengan  bordes, pengguna naik tangga ada kesempatan untuk bernafas sejenak. Persyaratan ukuran anak tinggi kurang baik, karena sudut kemiringan 35o, walaupun masih masuk dalan range kemiringan tangga dipersyaratkan, tapi hal ini membuat pengguna cepat capai, apalagi sebagian pengguna adalah anak-anak SD dan SMP yang mempunyai standar ergonomic  yang berbeda dengan orang dewasa.  Dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan memenuhi persyaratan,  lokasi tangga terlihat jelas dan lahan cukup luas, hanya perlu melengkapi kekurangan yang ada.

2)      Kondisi fisik JPO-2 ditinjau  dari aspek teknik dan konstruksi
Ditinjau dari aspek teknik dan konstruksi, untuk jalan kolektor geometri jalan sedikit kurang  memenuhi ROW minimal 15.00 m, tetapi untuk kelengkapan jalan yaitu trotoar, bahu jalan dan saluran drainase sudah tertata dengan baik. Struktur dan konstruksi Jembatan memenuhi peryaratan. Struktur dan konstruksi secara teknis tangga juga memenuhi persyaratan, hanya kurang nyaman karena sudut kemiringan tangga cukup besar. Akses kearah tangga cukup terlihat, ada ruang bebas dikaki jembatan walaupun agak sempit.
Jembatan dinaungi atap, dengan konstruksi rangka baja siku, penutup Atap Polycarbonat, diatasnya ter- pasang papan iklan berupa billboard, dibuat dari rangka baja siku, tidak ada  cat walk untuk pijakan perawatan. Kondisi ini memenuhi peryaratan konstruksi yang dianjurkan.

3)      Kondisi fisik JPO-1 ditinjau  dari aspek keamanan dan kenyamanan
Ditinjau  dari aspek keamanan dan kenyamanan, kondisi  JPO aman karena memenuhi semua persyaratan standar ukuran, Lebar Jembatan minimum 2.00 meter, standar ketinggian bagian bawah JPO 4,6 meter. Akses ke JPS cukup nyaman.
Konstruksi tangga kokoh karena sudah sesuai dengan persyaratan dan aman karena ada sandaran, railing serta balustrade. Nyaman karena ada penurtup atap yang melindungi dari panas dan hujan. Akses ke tangga cukup nyaman karena arah masuk  terlihat dengan baik, dan  naik tangga agak kurang nyaman karena kemiringan tangga yang agak tinggi.

4)      Kondisi ditinjau dari aspek estetika kota
Selain fungsi pokok, jembatan penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting, yaitu sebagai elemen pembentuk ruang kota/ citra kota, street furniture dan pelengkap kota. Disamping itu JPO berperan sebagai sarana komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/iklan yang ditempatkan pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya.  Sebaiknya bentuk dan ekspresi JPO dapat mevisualkan peran-peran tersebut. Bentuk JPO di Jalan Merdeka, cukup megah, tetapi kurang terlihat dengan jelas karena rimbunnya pepohonan dari Taman Balaikota yang menutupi. Area lokasi JPO cukup memenuhi persyaratan. Trotoar sebagai jalur kaki sudah tertata dengan baik, yang  berupa perkerasan paving, dan fasilitas street furniture ada, berupa lampu-lampu, bak bunga dan halte. Situasi lingkungan sudah tertata dengan baik, tidak ada bangunan liar dipinggir jalan dan kesan rapi. Penghijauan dan  view pada lokasi tersebut bagus.
Posisi papan iklan berupa billboard berada diatas atap jembatan agak rendah, dengan tinggi bebas pandangan 1.20 m, sehingga meng- halangi pandangan pengguna untuk  menikmati view dari atas jembatan. Padahal lokasi tersebut mempunya view yang bagus, sehingga kurang bisa dinikmati.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan   
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 
1)      Keberadaan 2 buah JPO dengan lokasi yang berbeda dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan adalah sebagai berikut:
a.       Keberadaan JPO-1 di Jalan PHH Mustopha masih diperlu- kan, tetapi lokasi dan penempatan  kurang memenuhi persyaratan.
b.      Keberadaan JPO-2 di Jalan Merdeka masih diperlukan,  lokasi dan penempatan  memenuhi persyaratan.
2)      Identifikasi kondisi fisik JPO dilihat dari aspek persyaratan teknik dan konstruksi adalah sebagai berikut:
a.       Lokasi JPO-1 di Jalan PHH. Mustopha ditinjau dari aspek teknik dan konstruksi me- menuhi peryaratan.  Struktur dan konstruksi tangga secara teknis juga memenuhi per- syaratan, hanya kurang nyaman karena tidak ada bordes.  Akses ke arah tangga  kurang jelas dan kurang terlihat, tidak ada ruang bebas di kaki jembatan. Konstruksi penutup atap dan kelengkapan- nya memenuhi peryaratan konstruksi  yang dianjurkan.
b.      Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka  ditinjau  dari aspek teknik dan konstruksi memenuhi per- syaratan. Struktur dan konstruksi tangga secara teknis  juga memenuhi persyaratan, hanya kurang nyaman karena kemiringan tangga cukup besar. Akses ke JPO melalui halaman sekolah, trotoar  dan halaman Taman Balaikota ada yang kurang terlihat dengan jelas, walaupun ada ruang bebas dikaki tangga tetapi agak sempit. Konstruksi penutup atap dan kelengkapannya me- menuhi peryaratan konstruksi  yang dianjurkan.
3)      Identifikasi kondisi fisik JPO dilihat dari aspek keamanan dan kenyamanan bangunan
a.       Lokasi JPO-1 di Jalan PHH. Mustopha ditinjau  dari aspek kemanan dan kenyamanan adalah: konstruksi tangga  kokoh karena sudah sesuai dengan persyaratan dan aman karena ada sandaran, railing serta balustrade. Nyaman karena ada penurtup atap yang melindungi dari panas dan hujan. Akses ke tangga tidak nyaman karena arah masuk kurang terlihat, dan naik tangga kurang nyaman karena tidak ada bordes.
b.      Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka adalah konstruksi tangga  kokoh karena sudah sesuai dengan persyaratan dan aman karena ada sandaran, railing serta balustrade. Nyaman karena ada penurtup atap yang melindungi dari panas dan hujan. Akses kearah tangga  cukup terlihat, ada ruang bebas dikaki jembatan walaupun agak sempit tetapi  naik tangga kurang nyaman karena  sudut kemiringan tangga cukup besar, padahal pengguna jembatan sebagian besar anak-anak yang mempunyai standar ergonomic berbeda dengan orang dewasa.
4)      Identifikasi  ekspresi  JPO dilihat aspek estetika dan keindahan kota
a.       Lokasi JPO-1 di Jalan PHH. Mustopha ditinjau  dari aspek estetika dan keindahan kota adalah sebagai berikut:
·         Selain fungsi pokok,  jembatan penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting, yaitu sebagai elemen pembentuk ruang kota/citra kota, street furniture dan pelengkap kota. Di samping itu JPO berperan sebagai sarana komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/iklan yang ditempatkan pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya.   Bentuk dan ekspresi JPO kurang  mevisualkan peran -peran tersebut.
·         Bentuk JPO di Jl.PHH. Mustopha sangat standar, kurang megah dan kurang menarik.
·         Fasilitas street furniture tidak ada. Situasi ling- kungan belum tertata dengan baik, banyak bangunan liar dipinggir jalan dan kesan semrawut, tidak ada penghijauan, view buruk.
·         Posisi papan iklan berupa billboard berada diatas atap jembatan dengan tinggi bebas pandangan 2.40 m, sehingga pengguna bisa menikmati view dari atas jembatan tanpa terhalang.
b.      Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka ditinjau  dari aspek estetika dan keindahan kota adalah sebagai berikut:
·         Selain fungsi pokok,  jembatan penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting, yaitu sebagai elemen pembentuk ruang kota/citra kota, street furniture dan pelengkap kota. Di samping itu JPO berperan sebagai sarana komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/ iklan yang ditempatkan pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya.   Bentuk dan ekspresi JPO kurang  mevisualkan peran -peran tersebut.
·         Bentuk JPO di Jalan Merdeka cukup megah, tetapi kurang terlihat dengan jelas karena rimbun nya pepohonan dari Taman Balaikota yang menutupi. Area lokasi JPO cukup memenuhi persyaratan. Trotoar sebagai jalur kaki sudah tertata dengan baik, yang berupa perkerasan paving, dan fasilitas street furniture   ada, berupa lampu-lampu, bak bunga dan halte.  Situasi lingkungan sudah tertata dengan baik, tidak ada bangunan liar dipinggir jalan dan kesan rapi. Penghijauan dan view pada lokasi tersebut bagus.
·         Posisi papan iklan berupa billboard berada di atas atap jembatan agak rendah, dengan tinggi bebas pan- dangan 1.20m, sehingga menghalangi  pandangan pengguna untuk  menik- mati view dari atas jembatan. Padahal lokasi tersebut mempunya view yang bagus, sehingga kurang bisa dinikmati.
Dari hasil penelitian  2 buah JPO tersebut bahwa masing-masing mem- punyai kekurangan dan kelebihan, sehingga  perlu dioptimalkan jembatan yang sudah ada dengan dilakukan renovasi dan memperbaiki kekurangan yang ada  yang berupa fisik teknis dengan menyesuaikan standar per- syaratan yang ideal. Untuk estetika perlu finishing yang lebih baik dengan melibatkan ahlinya.
Untuk lokasi JPO-1diusahakan perluasan area lokasi yang lebih memadai dan penataan yang lebih baik. Apabila perluasan lahan tidak memungkinkan, dengan bertahan pada lahan lebih sempit akses menggunakan tangga diusulkan diganti dengan lift.
Untuk peran sekunder, khususnya sarana reklame perlu penertiban dan perbaikan dan koordinasi  pengelolaan yang intergral dengan pengelola JPO.

Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan dirasakan masih jauh dari sempurna, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan yang mencakup aspek-aspek lain yang lebih lengkap. Untuk mendapatkan kontribusi yang lebih luas dapat dilakukan penelitian JPO seluruh kota Bandung dengan penegelompokan zona yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Lynch, K., (1960). The Image of the City, MIT Press, Cambridge MA.
Direktorat Jenderal Binamarga, (1995).  Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan untuk Pejalan kaki di perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum.