(Studi
kasus: JPO di Jalan H.H. Mustopha dan di Jalan
Merdeka)
Oleh:
Sri Sularti, Fauzia Mulyawati
Fakultas Teknik Universitas
Langlangbuana Bandung
ABSTRAK
Jalur pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang
sangat penting terutama di perkotaan. Keberadaan pejalan kaki biasanya terkonsentrasi pada fasilitas umum
seperti pusat pendidikan. Jembatan penyeberangan merupakan salah satu
fasilitas penyeberangan tak sebidang bagi
pejalan kaki untuk dapat beralih ke sisi lain jalan raya tanpa terganggu oleh lalu lintas yang ada. Fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) diperlukan apabila jalur penyeberangan dengan menggunakan zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan dan lokasi berada pada ruas jalan yang mempunyai arus lalulintas serta arus pejalan kaki yang padat. Peryaratan JPO harus memenuhi aspek keselamatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pejalan kaki. Penelitian dilakukan dengan membuat kajian dari 2 JPO yang berada pada zona pendidikan, yaitu JPO-1 pada lokasi Jalan PHH Mustopha dan JPO-2 pada lokasi Jalan Merdeka Bandung. Tujuan penelitian untuk mengetahui keberadaan 2 JPO yang ditinjau dari aspek perkotaan & kriteria rancangan, identifikasi dari aspek struktur&konstruksi, identifikasi dari aspek keamanan dan kenyamanan serta aspek estetika kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan JPO-1 dan JPO-2 masih diperlukan. Identifikasi aspek struktur dan konstruksi JPO-1 sebagian besar memenuhi persyaratan, JPO-2 memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek keamanan & kenyamanan JPO-1 kurang memenuhi peryaratan, JPO-2 sebagian besar memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek estetika kota JPO-1 sangat kurang memenuhi persyaratan ,JPO-2 memenuhi persyaratan.
pejalan kaki untuk dapat beralih ke sisi lain jalan raya tanpa terganggu oleh lalu lintas yang ada. Fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) diperlukan apabila jalur penyeberangan dengan menggunakan zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan dan lokasi berada pada ruas jalan yang mempunyai arus lalulintas serta arus pejalan kaki yang padat. Peryaratan JPO harus memenuhi aspek keselamatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pejalan kaki. Penelitian dilakukan dengan membuat kajian dari 2 JPO yang berada pada zona pendidikan, yaitu JPO-1 pada lokasi Jalan PHH Mustopha dan JPO-2 pada lokasi Jalan Merdeka Bandung. Tujuan penelitian untuk mengetahui keberadaan 2 JPO yang ditinjau dari aspek perkotaan & kriteria rancangan, identifikasi dari aspek struktur&konstruksi, identifikasi dari aspek keamanan dan kenyamanan serta aspek estetika kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan JPO-1 dan JPO-2 masih diperlukan. Identifikasi aspek struktur dan konstruksi JPO-1 sebagian besar memenuhi persyaratan, JPO-2 memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek keamanan & kenyamanan JPO-1 kurang memenuhi peryaratan, JPO-2 sebagian besar memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek estetika kota JPO-1 sangat kurang memenuhi persyaratan ,JPO-2 memenuhi persyaratan.
Kata
Kunci
: JPO, lokasi, struktur & konstruksi, aman & nyaman, estetika kota.
ABSTRACT
Pedestrian
path is one of the most important traffic components, especially in urban area.
Pedestrian are usually concentrated on public facilities such as educational
center. A pedestrian bridge is a facility for pedestrian so they can move to
the other side of the road safely without being distracted by the existing
traffic. This pedestrian crossing bridge (Jembatan Penyeberangan Orang- JPO) is
required if another road crossing facility (such as zebra cross and pelican) is
disrupting the traffic or located in a crowded area. Pedestrian crossing bridge
must meet the requirements of safety, comfort and convenience for pedestrians.
Research carried out by studying two pedestrian crossing bridge at educational
zones, JPO-1 on JL PHH Mustopha and JPO-2 on Jl Merdeka. The purposes of this
research is to determined all aspects of these 2 bridge, viewed from design,
structure & construction, safety & comfort, and city aesthetic side.
The result showed that the presence of both bridges is still needed. From the
structure & construction criteria, both JPO-1 and JPO-2 comply. In security
& comfort aspect, JPO-1 haven’t complied, JPO-2 comply. In aesthetic aspect,
JPO-1 haven’t complied, JPO-2 comply.
Keyword : pedestrian crossing
bridge, location, structure & construction, safety & comfort, aesthetic.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas
manusia, baik kegiatan pekerjaan rutin, bisnis, pendidikan, sosial dan lain
sebagainya. Peningkatan sistem transportasi memerlukan penanganan secara
menyeluruh, mengingat bahwa transportasi timbul karena adanya perpindahan
manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Meningkat nya perpindahan tersebut dituntut penyediaan fasilitas penunjang
laju perpindahan manusia dan barang yang memenuhi ketentuan keselamatan, salah
satunya adalah bagi pejalan kaki, dimana pejalan kaki merupakan salah satu komponen
lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. Pergerakan pejalan kaki
meliputi per- gerakan-pergerakan menyusuri jalan, memotong
jalan dan persimpangan. Keberadaan
pejalan kaki ini biasanya terkonsentrasi pada fasilitas umum seperti terminal,
pusat pertokoan, pusat pendidikan serta tempat-tempat fasilitas umum lainnya.
Keberadaan pejalan kaki tersebut memerlukan fasilitas, termasuk fasilitas penye- berangan jalan
seperti zebra cross, pelikan cross atau Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO).
JPO dipasang apabila diharuskan tidak ada pertemuan sebidang
antara arus pejalan kaki dengan arus lalu lintas. Agar pejalan kaki mau untuk
menggunakan JPO harus dijamin keamanan dan jarak berjalan tidak terlalu
bertambah jauh. JPO dirancang dengan kriteria tertentu. Selain dapat memenuhi
dari segi fungsi, stardar konstruksi, keamanan juga faktor estetika yang
berhubungan dengan keindahan kota maupun kelengkapan street furniture dari lokasi jalan tersebut.
Dari beberapa artikel
dikoran maupun penelitian JPO antara lain menyebutkan bahwa JPO kurang
dimanfaatkan secara maksimal oleh pejalan kaki. Dari persepsi para pengguna
antara lain menyebutkan alasan kurang aman dan kurang nyaman. Belum pernah
dilakuan tinjauan fisik dari JPO sendiri apakah sudah memenuhi standar
keamanan, kenyamanan dan kriteria rancangan bangunannya. Dari
pengamatan di kota Bandung ada beberapa JPO yang sudah ada, tetapi
kondisi fisik dan penempatannya
seperti kurang terencana dengan baik.
Pada penelitian ini akan dilakukan kajian
fisik JPO di Kota Bandung yang berada
dizona pendidikan pada dua lokasi yaitu: didepan kompleks Yayasan Atikan Sunda (YAS)
dijalan PHH.Mustopha dan didepan
kompleks SD Banjarsari, dijalan Merdeka. Lokasi tersebut dipilih karena pada lokasi pertama terdapat tiga buah unit jenjang
pendidikan (SD, SMP, SMA) dan lokasi
kedua terdiri dari enam buah unit SD (SD
Negeri 1 s/d SD Negeri 6) sehingga pada zona tersebut terkonsentrasi jumlah orang yang banyak,
terutama anak-anak sekolah.
Perumusan
Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
a. Bagaimana keberadaan 2
buah JPO dengan lokasi yang berbeda dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria
rancangan.
b. Bagaimana kondisi fisik
JPO dilihat dari aspek persyaratan teknik dan konstruksi.
c. Bagaimana kondisi fisik
JPO di lihat dilihat dari aspek persyaratan keamanan dan kenyamanan
bangunan.
d.
Bagaimana ekspresi JPO
dilihat aspek estetika dan keindahan kota.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
ialah:
a.
Mengidentifikasi keberadaan 2 buah JPO dengan lokasi yang ber- beda dilihat dari aspek
perkotaan kriteria rancangan.
b. Mengidentifikasi kondisi
fisik JPO dilihat dilihat dari aspek per- syaratan teknik dan konstruksi.
c. Mengidentifikasi kondisi
fisik JPO dilihat dilihat dari aspek keamanan dan kenyamanan bangunan.
d.
Mengidentifikasi
ekspresi JPO di lihat aspek estetika dan
keindahan kota.
Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini di- harapkan:
a.
Hasil penelitian diharapkan men- jadi awal bagi penelitian selanjut- nya dengan semakin lengkap
dan teruji.
b.
Hasil penelitian berupa diskripsi yang berisi evaluasi
kondisi fisik, bentuk dan ekspresi dari JPO dipakai sebagai pertimbangan untuk
perancangan berikutnya.
c.
Manfaat lain diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
dapat menjadi masukan bagi perancang dan Pemda untuk merancang bangunan sejenis
d.
Untuk menambah atau melengkapi teori-teori
yang telah ada tentang JPO, juga supaya pemerintah lebih memperhatikan
fasilitas umum bagi masyarakat khususnya mengenai JPO.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perancangan Kota
Menurut Lynch (1960)
elemen-elemen pembetuk ruang kota atau biasa disebut dengan citra kota dibagi
dalam lima elemen, yaitu:
1)
Path (Jalur)
Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang
untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan
transit, lintasan kereta api, saluran dan lain sebagainya. Karakteristik Path meliputi Pola Jaringan jalan,
Pencapaian bangunan, dan kekhasan Jalan.
2)
Edges
Edges adalah elemen linier yang tidak dipakai sebagai path.
Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai
pemutus linier, misalnya: pantai, tembok, lintasan jalan, dan jalur kereta api.
3)
District (kawasan)
Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan
wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, orang akan merasa harus mengakhiri atau
memulainya. District mempunyai identitas yang baik jika batasnya
dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan
posisinya jelas (introvert atau
ekstrovert; berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).
Citra distrik ini tidak boleh hilang, karena bila hal ini terjadi akan
mengaburkan citra kawasan.
4)
Nodes (Simpul)
Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis yang
arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat dirubah ke arah atau ke
aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, pasar, taman dan lain
sebagai- nya.
Adalah suatu tempat yang orang mempunyai perasaan “masuk” dan “keluar” dalam
tempat yang sama. Nodes mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya
memiliki bentuk yang jelas karena lebih mudah diingat serta tampilan berbeda
dari lingkungannya.
5)
Landmark (Tanda)
Landmark merupakan titik referensi, atau elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang paling menonjol dari sebuah kota. Landmark adalah elemen penting dari
bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan
membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark
mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam
lingkungannya, ada sekuens dari beberapa landmark serta ada perbedaan skala.
Tinjauan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Jembatan Penyeberangan Orang adalah jembatan yang
letaknya bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada
di atas kedua objek tersebut, dan hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki yang
melintas atau menyeberang jalan raya dan jalur kereta api. JPO juga dapat
diartikan sebagai fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan
lebar, menyeberang jalan tol, atau jalur
kereta api dengan menggunakan jembatan tersebut, sehingga alur sirkulasi orang
dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik dan kemungkinan terjadi
kecelakaan dapat dikurangi. Karena
posisinya yang lebih tinggi dari tanah, untuk memberikan akses kepada penderita
cacat yang menggunakan kursi roda, di dekat tangga jembatan terdapat ramp dengan kelandaian tertentu. Langkah
lain yang juga dilakukan untuk memberikan kemudahan akses bagi penderita cacat
adalah dengan menggunakan tangga berjalan ataupun dengan menggunakan lift.
Tata Cara Perencanaan Jem- batan Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki di Perkotaan (Ditjen
Bina Marga, 1995)
Tata cara ini
memuat ketentuan-ketentuan tentang perencanaan teknik jembatan penyeberangan
untuk pejalan kaki di perkotaan, yang melintas di atas jalan raya atau jalan
kereta api meliputi bangunan atas, bangunan bawah, pondasi dan tangga
penghubung serta lingkungan di sekitarnya.
Tujuan tata cara ini adalah untuk
menjamin perencanaan teknis jembatan penyeberangan yang memenuhi ketentuan
kekuatan dan estetika, keseragaman bentuk dan tipe, serta keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan.
Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan teknik jembatan penyeberangan untuk pejalan
kaki di perkotaan berdasarkan ketentuan
tata cara perencanaan adalah sebagai berikut:
1)
Ketentuan pembangunan JPO dari aspek lokasi disarankan
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Bila fasilitas penyeberangan
dengan menggunakan zebra cross dan pelikan cross sudah mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada.
b) Pada ruas jalan dimana
frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup tinggi.
c) Pada ruas jalan yang
mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang tinggi, serta arus
kendaraan memiliki kecepatan tinggi.
2) Pelaksanaan Jembatan penye- berangan untuk pejalan
kaki
a) Pelaksanaannya cepat dan
lebih mudah
b) Tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas
c) Memenuhi kriteria
keselamatan dan kenyamanan para pemakai
jembatan serta keamanan bagi
pemakai jalan yang melintas di bawahnya
d) Pemeliharaan cepat dan
mudah tidak perlu dilakukan secara intensif.
3) Memenuhi tuntutan estetika
dan keserasian dengan lingkungan dan sekitarnya.
4) Standar ketinggian bagian
bawah jembatan penyeberangan orang (JPO):
a) Jalan Raya: 4,6 meter
(tidak dilalui bus tingkat)/5,1 meter (dilalui bus tingkat)
b) Jalur kereta: 6,5 meter
5) Ketentuan jembatan
penyeberangan yang melintas di atas jalan raya:
a) Tangga dan kepala jembatan
diletakkan di luar jalur trotoar
b) Pilar tengah diletakkan di
tengan median.
6) Ketentuan lebar badan
jembatan
a) Pada kedua sisi jalur
pejalan kaki dan tangga harus dipasang sandaran yang mempunyai ukuran sesuai
ketentuan yang berlaku.
b) Pada jembatan
penyeberangan pejalan kaki yang melintas di atas jalan, sepanjang bagian bawah
sisi luar sandaran dapat dipasang elemen yang berfungsi untuk menanam tanaman
hias yang bentuk dan dimensinya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
7) Perencanaan sandaran
Perencanaan sandaran jembatan penyeberangan pejalan
kaki harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Tinggi minimum sandaran
jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki adalah 1,35 m terhitung mulai dari
permukaan lantai sampai dengan tepi atas sandaran.
b. Setiap batang sandaran
harus diperhitungkan mampu memikul gaya vertikal dan horizontal yang bekerja
secara bersamaan sebesar 0,75 kN/m
c. Tipe sandaran dapat
dipilih salah satu dari bentuk yang tercantum dalam standar dari pipa logam,
alloy yang menumpu di atas beton.
8) Pada jembatan
penyeberangan yang melintas di atas jalan raya dengan lalu lintas kecepatan
tinggi, struktur sandaran harus berfungsi sebagai dinding pengaman yang
dilapisi kawat kasa 12 x 12 mm serta tinggi minimum 3 m.
9) Bila panjang jembatan
lebih dari 40 m, harus dipasang
pelindung terhadap panas matahari dan
hujan
10) Persyaratan Mutu Bahan
Perencanaan tumpuan gelagar jembatan penyeberangan
harus mengacu pada ketentuan sebagai berikut:
a. Pemilihan tipe tumpuan
harus dilakukan dengan pertimbangan
- Memenuhi kriteria kekuatan,
keawetan, dan deformasi maksimum
selama masa pelayanan.
-
Pemeliharaan sedikit mungkin.
-
Penggantian dapat dilakukan dengan cepat dan mudah
b. Penggunaan tumpuan tipe
bantalan elestomer dari neoprane maupun karet alam harus memenuhi ketentuan
yang tercantum pada Standard Specification for Highway Bridges 1992 Section 18
11) Perencanaan tangga
Perencanaan tangga penghubung jembatan penyeberangan harus
dilakukan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Tangga direncanakan untuk
memikul beban hidup nominal sebesar 5 kPa.
b. Lebar
bebas untuk jalur pejalan kaki minimum adalah 2 m.
c. Perencanaan dimensi tanjakan dan injakan harus mengacu pada
ketentuan:
- Tinggi tanjakan minimum 15 cm dan
maksimum 21,5 cm
- Lebar injakan minimum 21,5 cm dan
maksimum adalah 30,5 cm
- Jumlah tanjakan dan injakan
ditetapkan berdasarkan tinggi lantai jembatan yang di- rencanakan.
Dimensi perencanaan tangga dapat
dilihat pada grafik Gambar 2.1.
Gambar 2.1.
Grafik Perencanaan Tangga JPO
METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi zona
pendidikan yaitu:
1)
Lokasi didepan kompleks Yayasan Atikan Sunda (YAS) di jalan PHH. Mustopha Bandung (JPO-1).
2)
Lokasi di depan kompleks SD Banjarsari, di jalan Merdeka, Bandung (JPO-2).
Pengukuran (pengambilan
data di lapangan) dilakukan sekitar 3 minggu. Analisis dilakukan selama 4
minggu, dan Pembahasan dengan laporan dilakukan selama 5 minggu. Semua kegiatan
tahapan penelitian dilakukan secara fast
track atau secara tumpang tindih (overlapping)
waktu, sehingga keseluruhan penelitian direncanakan berlangsung tiga bulan,
dilaksanakan dari tanggal 26 Mei sampai dengan 25 Agustus 2011.
Alat Penelitian
Alat yang
digunakan :
·
Kamera Nikon Coolpix2, diguna- kan
untuk dokumentasi.
·
Alat tulis
·
Perangkat PC
·
Printer HP Deskjet F 2276
·
Roll Meter, Leica Disto, untuk mengukur panjang, lebar dan
tinggi jembatan.
·
Stigmat, untuk mengukur diameter besi.
Metoda Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Data kuantitatif akan
dianalisis dengan tabulasi dan data kualitatif dianalisis secara naratif. Pengumpulan data akan menggunakan pengukuran
langsung, pengamatan lapangan, serta
studi literatur.
Rancangan Penelitian
Proses
penelitian ini dilaksana- kan sesuai dengan rancangan penelitian seperti yang terlihat di dalam Gambar 3.1.
Cara Kerja
Cara Pengumpulan data
Cara
mengumpulkan data dari penelitian ini sebagai berikut:
1)
Data primer
Data primer diperoleh dari:
·
Pengukuran langsung bangunan JPO dengan menggunakan alat-alat:
roll meter, Leyca Disto untuk panjang, lebar, dan tinggi JPO.
·
Pengukuran situasi lahan pada lokasi JPO
·
Pengukuran detail-detail konstruksi menggunakan meteran dan
stigmat
·
Penggambaran menggunakan program AutoCad.
·
Foto-foto dokumentasi
2)
Data sekunder
Untuk
memperoleh data sekunder, dilakukan penelitian dengan metode library
research (studi pustaka), yaitu mengumpulkan data-data dari sumber pustaka
maupun hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Cara analisis data
Data
kuantitatif akan dianalisis dengan tabulasi dan data kualitatif dianalisis
secara naratif. Data yang diperoleh di analisis dengan cara mengelompokan dari
berbagai apek yang ditinjau yaitu aspek perkotaan & kriteria rancangan, aspek persyaratan teknik
dan konstruksi, aspek per- syaratan keamanan dan
kenyamanan bangunan dan aspek
estetika kota.
Cara analisis hasil penelitian
Data yang
telah disusun dalam tabel dianalisis dengan cara mem- bandingkan kondisi fisik
yang ditinjau dari berbagai aspek yang telah ditetapkan dengan dengan
persyaratan -persyaratan
atau kriteria dari Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan Untuk Pejalan
Kaki di Perkotaan (Ditjen Bina Marga,
1995) dan acuan dari buku pustaka.
HASIL PENELITIN
Evaluasi JPO-1 dibandingkan dengan standar persyaratan
1.
Keberadaan JPO-1 dilihat
dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan
Lokasi JPO-1 terletak pada zona
pendidikan, terdapat kompleks Sekolah Yas yang meliputi SD, SMP dan SMA.
Situasi jalan P.H.H. Mustopha sangat padat tetapi dari segi fungsi tetap berjalan, walaupun kemacetan sering terjadi. Pada ruas jalan
tersebut mempunyai arus lalu lintas dan
arus pejalan kaki yang cukup padat,
dengan penyeberangan menggunakan zebra sangat meng- ganggu lalu lintas
kendaraan yang ada. Dari fungsi pokok
sebagai fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar, peranan
jembatan penyeberangan pada lokasi tersebut masih sangat dibutuhkan, karena
dapat menjadi alternative keselamatan dalam menghindari kecelakaan lalu-lintas
dan kemacetan jalan.
Dilihat dari persyaratan jalan masih
ada kekurangan fasilitas pejalan kaki dan kelengkapan jalan (street furniture). Akses ke JPO kurang
terlihat dengan jelas, sempit dan tertutup kaki lima dan akses tidak lewat
trotoar.
Posisi tangga berada di atas sungai yang memotong
jalan PHH. Mustopha sangat berbahaya apabila ada yang terperosok. Tipe tangga
lurus tanpa bordes, naik tangga menjadi capai. Idealnya ketinggian tangga yang
sudah melebihi 2.00 m harus ada tempat pemberhentian sementara atau bordes.
Dilihat dari aspek perkotaan dan kriteria rancangan kurang memenuhi persyaratan,
khususnya untuk lokasi tangga tidak
memenuhi persyaratan, lahan untuk JPO kurang luas.
2. Kondisi fisik JPO-1 ditinjau dari aspek teknik dan konstruksi
Untuk jalan kolektor geometri jalan
sudah memenuhi ROW minimal 15.00 m, tetapi untuk kelengkapan jalan yaitu
trotoar, bahu jalan dan saluran drainase masih kurang dan belum tertata dengan
baik. Struktur dan konstruksi Jembatan memenuhi peryaratan. Struktur dan konstruksi tangga juga memenuhi persyaratan, hanya
kurang nyaman karena tidak ada bordes. Akses kearah tangga kurang jelas dan kurang terlihat, tidak ada ruang
bebas dikaki jembatan. Orang enggan untuk melewati JPO karena arah masuknya
tidak kelihatan.
Jembatan dinaungi atap,
dengan konstruksi rangka baja siku, penutup atap polycarbonat, diatasnya
terpasang papan iklan berupa billboard, dibuat dari rangka baja siku dan
didepannya dipasang cat walk dari pipa besi untuk pijakan
perawatan. Kondisi ini memenuhi peryaratan konstruksi yang dianjurkan.
3. Kondisi fisik JPO-1 ditinjau dari aspek
keamanan dan kenyamanan
Kondisi JPO aman karena memenuhi semua persyaratan
standar ukuran, lebar lembatan minimum 2.00 meter, standar ketinggian bagian
bawah JPO 4,6 meter. Akses ke JPS kurang
nyaman.
Konstruksi tangga kokoh karena sudah sesuai dengan persyaratan
dan aman karena ada sandaran, railing serta balustrade. Nyaman karena ada penutup
atap yang melindungi dari panas dan hujan. Akses ke tangga tidak nyaman karena
arah masuk kurang terlihat, dan naik
tangga kurang nyaman karena tidak ada bordes.
4. Kondisi ditinjau dari aspek estetika kota
Selain fungsi pokok, jembatan
penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting, yaitu sebagai
elemen pembentuk ruang kota/citra kota, street
furniture dan pelengkap kota. Di samping itu JPO berperan
sebagai sarana komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/iklan yang
dipasang pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya. Sebaiknya bentuk dan ekspresi JPO dapat
mevisualkan peran-peran tersebut. Bentuk JPO di Jl.PHH. Mustopha sangat standar,
kurang megah dan kurang menarik. Area lokasi JPO sangat terbatas, bahkan ruang
tangga dipaksakan pada posisi diatas
sungai yang ada. Trotoar sebagai jalur kaki tidak tertata dengan baik, satu
sisi berupa perkerasan paving, sisi lain berupa jalan tanah. Fasilitas street furniture tidak ada. Situasi
lingkungan belum tertata dengan baik, banyak bangunan liar dipinggir jalan dan
kesan semrawut, tidak ada peng- hijauan dan view tidak bagus.
Posisi papan iklan berupa billboard
berada diatas atap jembatan dengan tinggi bebas pandangan 2.40m, sehingga
pengguna bisa menikmati view dari atas jembatan tanpa terhalang.
Evaluasi JPO-2 dibandingkan dengan standar persyaratan
1)
Keberadaan JPO-1 dilihat dari aspek perkotaan dan
kriteria rancangan
Lokasi JPO-2 terletak pada zona
pendidikan, perkantoran dan pusat pemerintahan kota Bandung. Terdapat kompleks
Sekolah SD. Banjarsari (terdapat 6 SD), kompleks Sekolah Santa Angela (terdiri
dari SD, SMP dan SMA). Situasi jalan PHH. Mustopha sangat padat tetapi dari
segi fungsi tetap berjalan,
walaupun kemacetan sering terjadi. Pada ruas jalan tersebut mempunyai arus lalu
lintas satu arah dan arus pejalan kaki
yang cukup padat, dengan penyeberangan menggunakan zebra sangat mengganggu lalu
lintas kendaraan yang ada. Dari fungsi pokok sebagai fasilitas pejalan kaki
untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar, peranan jembatan penyeberangan
pada lokasi tersebut masih sangat dibutuhkan, karena dapat menjadi alternative
keselamatan dalam menghindari kecelakaan lalu-lintas dan kemacetan jalan.
Dilihat dari persyaratan jalan,
fasilitas pejalan kaki dan kelengkapan jalan (street furniture) cukup memadai. Ditepi jalan terdapat trotoar,
bahu jalan dan saluran drainase. Akses
ke JPO melalui halaman Sekolah, trotoar
dan halaman Taman Balaikota.
Akses dari trotoar kurang
terlihat dengan jelas, walaupun ada ruang bebas dikaki tangga tetapi agak sempit.
Akses dari Taman cukup baik karena area taman luas, sehigga dapat digunakan
dengan nyaman.
Posisi tangga berada di halaman sekolah, trotoar dan taman balaikota,
cukup mudah diakses oleh pejalan kaki. Tipe tangga lurus L dengan bordes, pengguna naik tangga ada kesempatan
untuk bernafas sejenak. Persyaratan ukuran anak tinggi kurang baik, karena
sudut kemiringan 35o, walaupun masih masuk dalan range kemiringan
tangga dipersyaratkan, tapi hal ini membuat pengguna cepat capai, apalagi
sebagian pengguna adalah anak-anak SD dan SMP yang mempunyai standar
ergonomic yang berbeda dengan orang
dewasa. Dilihat dari aspek perkotaan dan
kriteria rancangan memenuhi persyaratan,
lokasi tangga terlihat jelas dan lahan cukup luas, hanya perlu
melengkapi kekurangan yang ada.
2)
Kondisi fisik JPO-2
ditinjau dari aspek teknik dan
konstruksi
Ditinjau dari aspek teknik dan konstruksi,
untuk jalan kolektor geometri jalan sedikit kurang memenuhi ROW minimal 15.00 m, tetapi untuk
kelengkapan jalan yaitu trotoar, bahu jalan dan saluran drainase sudah tertata
dengan baik. Struktur dan konstruksi Jembatan memenuhi peryaratan. Struktur dan
konstruksi secara teknis tangga juga memenuhi persyaratan, hanya kurang nyaman
karena sudut kemiringan tangga cukup besar. Akses kearah tangga cukup terlihat,
ada ruang bebas dikaki jembatan walaupun agak sempit.
Jembatan
dinaungi atap, dengan konstruksi rangka baja siku, penutup Atap Polycarbonat,
diatasnya ter- pasang
papan iklan berupa billboard, dibuat dari rangka baja siku, tidak ada cat
walk untuk pijakan perawatan. Kondisi ini memenuhi peryaratan konstruksi
yang dianjurkan.
3)
Kondisi fisik JPO-1
ditinjau dari aspek keamanan dan
kenyamanan
Ditinjau dari aspek keamanan dan kenyamanan,
kondisi JPO aman karena memenuhi semua
persyaratan standar ukuran, Lebar Jembatan minimum 2.00 meter, standar
ketinggian bagian bawah JPO 4,6 meter. Akses ke JPS cukup nyaman.
Konstruksi tangga kokoh karena sudah sesuai dengan persyaratan dan aman
karena ada sandaran, railing serta balustrade. Nyaman karena ada penurtup atap
yang melindungi dari panas dan hujan. Akses ke tangga cukup nyaman karena arah
masuk terlihat dengan baik, dan naik tangga agak kurang nyaman karena
kemiringan tangga yang agak tinggi.
4)
Kondisi ditinjau dari
aspek estetika kota
Selain fungsi pokok, jembatan
penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting, yaitu sebagai
elemen pembentuk ruang kota/ citra kota, street
furniture dan pelengkap kota. Disamping itu JPO berperan sebagai sarana
komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/iklan yang ditempatkan
pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya. Sebaiknya bentuk dan ekspresi JPO dapat
mevisualkan peran-peran tersebut. Bentuk JPO di Jalan Merdeka, cukup megah,
tetapi kurang terlihat dengan jelas karena rimbunnya pepohonan dari Taman
Balaikota yang menutupi. Area lokasi JPO cukup memenuhi persyaratan. Trotoar
sebagai jalur kaki sudah tertata dengan baik, yang berupa perkerasan paving, dan fasilitas street furniture ada, berupa
lampu-lampu, bak bunga dan halte. Situasi lingkungan sudah tertata dengan baik,
tidak ada bangunan liar dipinggir jalan dan kesan rapi. Penghijauan dan view pada lokasi tersebut bagus.
Posisi papan iklan berupa billboard
berada diatas atap jembatan agak rendah, dengan tinggi bebas pandangan 1.20 m,
sehingga meng- halangi
pandangan pengguna untuk menikmati view
dari atas jembatan. Padahal lokasi tersebut mempunya view yang bagus, sehingga
kurang bisa dinikmati.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1)
Keberadaan 2 buah JPO dengan lokasi yang berbeda dilihat dari
aspek perkotaan dan kriteria rancangan adalah sebagai berikut:
a.
Keberadaan JPO-1 di Jalan PHH Mustopha masih diperlu- kan, tetapi lokasi dan
penempatan kurang memenuhi persyaratan.
b.
Keberadaan JPO-2 di Jalan Merdeka masih diperlukan, lokasi dan penempatan memenuhi persyaratan.
2)
Identifikasi kondisi fisik JPO dilihat dari aspek persyaratan
teknik dan konstruksi adalah sebagai berikut:
a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.
Mustopha ditinjau dari aspek teknik dan konstruksi me- menuhi peryaratan. Struktur dan konstruksi tangga secara teknis
juga memenuhi per- syaratan, hanya kurang nyaman karena tidak ada bordes. Akses ke arah tangga kurang jelas dan kurang terlihat, tidak ada
ruang bebas di kaki jembatan. Konstruksi penutup atap dan kelengkapan- nya memenuhi peryaratan
konstruksi yang dianjurkan.
b. Lokasi JPO-2 di Jalan
Merdeka ditinjau dari aspek teknik dan konstruksi memenuhi per- syaratan. Struktur dan
konstruksi tangga secara teknis juga
memenuhi persyaratan, hanya kurang nyaman karena kemiringan tangga cukup besar.
Akses ke JPO melalui halaman sekolah, trotoar
dan halaman Taman Balaikota ada yang kurang terlihat dengan jelas,
walaupun ada ruang bebas dikaki tangga tetapi agak sempit. Konstruksi penutup
atap dan kelengkapannya me- menuhi peryaratan konstruksi
yang dianjurkan.
3)
Identifikasi kondisi fisik JPO dilihat dari aspek keamanan
dan kenyamanan bangunan
a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.
Mustopha ditinjau dari aspek kemanan dan
kenyamanan adalah: konstruksi tangga
kokoh karena sudah sesuai dengan persyaratan dan aman karena ada
sandaran, railing serta balustrade. Nyaman karena ada penurtup atap yang
melindungi dari panas dan hujan. Akses ke tangga tidak nyaman karena arah masuk
kurang terlihat, dan naik tangga kurang nyaman karena tidak ada bordes.
b. Lokasi JPO-2 di Jalan
Merdeka adalah konstruksi tangga kokoh
karena sudah sesuai dengan persyaratan dan aman karena ada sandaran, railing
serta balustrade. Nyaman karena ada penurtup atap yang melindungi dari panas
dan hujan. Akses kearah tangga cukup
terlihat, ada ruang bebas dikaki jembatan walaupun agak sempit tetapi naik tangga kurang nyaman karena sudut kemiringan tangga cukup besar, padahal
pengguna jembatan sebagian besar anak-anak yang mempunyai standar ergonomic
berbeda dengan orang dewasa.
4)
Identifikasi
ekspresi JPO dilihat aspek
estetika dan keindahan kota
a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.
Mustopha ditinjau dari aspek estetika
dan keindahan kota adalah sebagai berikut:
·
Selain fungsi pokok,
jembatan penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting,
yaitu sebagai elemen pembentuk ruang kota/citra kota, street furniture dan pelengkap kota. Di samping itu JPO berperan
sebagai sarana komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/iklan yang
ditempatkan pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya. Bentuk dan ekspresi JPO kurang mevisualkan peran -peran tersebut.
·
Bentuk JPO di Jl.PHH. Mustopha sangat standar, kurang megah
dan kurang menarik.
·
Fasilitas street
furniture tidak ada. Situasi ling- kungan belum tertata dengan baik,
banyak bangunan liar dipinggir jalan dan kesan semrawut, tidak ada penghijauan,
view buruk.
·
Posisi papan iklan berupa billboard berada diatas atap
jembatan dengan tinggi bebas pandangan 2.40 m, sehingga pengguna bisa
menikmati view dari atas jembatan tanpa terhalang.
b. Lokasi JPO-2 di Jalan
Merdeka ditinjau dari aspek estetika dan
keindahan kota adalah sebagai berikut:
·
Selain fungsi pokok,
jembatan penyeberangan mempunyai peranan sekunder yang cukup penting,
yaitu sebagai elemen pembentuk ruang kota/citra kota, street furniture dan pelengkap kota. Di samping itu JPO berperan
sebagai sarana komersial, dengan ditempatkannya papan-papan reklame/ iklan yang
ditempatkan pada badan jembatan yang menghadap keluar pada kedua sisinya. Bentuk dan ekspresi JPO kurang mevisualkan peran -peran tersebut.
·
Bentuk JPO di Jalan Merdeka cukup megah, tetapi kurang
terlihat dengan jelas karena rimbun nya pepohonan dari Taman Balaikota
yang menutupi. Area lokasi JPO cukup memenuhi persyaratan. Trotoar sebagai
jalur kaki sudah tertata dengan baik, yang berupa perkerasan paving, dan
fasilitas street furniture ada, berupa lampu-lampu, bak bunga dan
halte. Situasi lingkungan sudah tertata
dengan baik, tidak ada bangunan liar dipinggir jalan dan kesan rapi.
Penghijauan dan view pada lokasi tersebut bagus.
·
Posisi papan iklan berupa billboard berada di atas atap jembatan agak
rendah, dengan tinggi bebas pan- dangan 1.20m, sehingga menghalangi pandangan pengguna untuk menik- mati view dari atas jembatan. Padahal
lokasi tersebut mempunya view yang bagus, sehingga kurang bisa dinikmati.
Dari hasil
penelitian 2 buah JPO tersebut bahwa
masing-masing mem- punyai kekurangan dan kelebihan, sehingga perlu dioptimalkan jembatan yang sudah ada
dengan dilakukan renovasi dan memperbaiki kekurangan yang ada yang berupa fisik teknis dengan menyesuaikan
standar per- syaratan
yang ideal. Untuk estetika perlu finishing yang lebih baik dengan melibatkan
ahlinya.
Untuk lokasi
JPO-1diusahakan perluasan area lokasi yang lebih memadai dan penataan yang
lebih baik. Apabila perluasan lahan tidak memungkinkan, dengan bertahan pada
lahan lebih sempit akses menggunakan tangga diusulkan diganti dengan lift.
Untuk peran sekunder,
khususnya sarana reklame perlu penertiban dan perbaikan dan koordinasi pengelolaan yang intergral dengan pengelola
JPO.
Saran
Hasil
penelitian yang telah dilakukan dirasakan masih jauh dari sempurna, maka perlu
dilakukan penelitian lanjutan yang mencakup aspek-aspek lain yang lebih lengkap. Untuk
mendapatkan kontribusi yang lebih luas dapat dilakukan penelitian JPO seluruh
kota Bandung dengan penegelompokan zona yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Jenderal Binamarga, (1995). Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan
untuk Pejalan kaki di perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum.