Tentang SosioHumanitas Unla

SosioHumanitas Unla merupakan Jurnal Ilmu-ilmu Sosial & Humaniora Universitas Langlangbuana.

Sosiohumanitas berisi karya ilmiah hasil penelitian atau pemikiran berdasarkan kajian literatur yang dimuat dalam bentuk media cetak oleh LPPM Universitas Langlangbuana Bandung.

Materi yang dibahas mencakup masalah dan isu-isu yang aktual mengenai aspek sosial budaya dan kemanusiaan lainnya.

ISSN 1410-9263.

Pengujian Mesin Rol Plat Alumunium

Oleh:
Junial Heri(1) dan Andriana(2)
(1)Fakultas Teknik Universitas Tujuhbelas Agustus Cirebon
(2)Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung
Email: junial26.heri@gmail.com, nana_zoel@yahoo.com




ABSTRAK

Pada penelitian ini dilakukan proses pengerolan logam dengan material plat tembaga dan alumunium. Berdasarkan hasil pengukuran awal material tembaga dan alumunium tidak seragam maka dilakukan penelitian pada setiap titik material. Pengerolan pada setiap titik berbeda karena material tembaga
dan alumunium tidak seragam. Reduksi yang dihasilkan pada setiap titik material berbeda karena kurangnya daya putaran motor. Pada material tembaga dan alumunium terjadi cacat produk  karena dari hasil pengerolan material membengkok. Rata-rata reduksi yang dihasilkan pada setiap satu kali pengerolan hanya 0,01 mm. Kurangnya daya putaran motor menyebabkan material tembaga dan alumunium tidak mengalami perubahan reduksi yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini kurangnya daya putaran motor menyebabkan plat alumunium dan tembaga hanya mengalami reduksi 0,01 mm dalam satu kali pengerolan.

Kata Kunci : Pengerolan, Tembaga, Alumunium


ABSTRACT

In this research, metal rolling process with copper and aluminum plate material was done. Initial measurement of copper and aluminum materials are not uniform then this research was done on every material point. Rolling process at each point is different for copper and aluminum materials because they are not uniform. The resulting reduction of material at each point are different because of the lack of motor power. There are defects on copper and aluminum material product because they were bent. The average reduction on every single time rolling is only 0.01 mm. Lack of motor rotation causes the material resources of copper and aluminum do not change the signification reduction. Based on these results lack power motor rotation causes the aluminum plate and copper and only reduced 0.01 mm in a single rolling.

Keywords: Rolling, Copper, Aluminum



PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses pembentukan logam adalah proses mengubah bentuk dan sifat logam dengan cara mendeformasi plastis. Gaya pembentukan yang digunakan dalam proses deformasi plastik bentuk bisa berupa gaya tunggal yaitu penarikan, penekanan dan penekukan, juga bisa berupa kombinasi gaya-gaya tersebut. Dalam teknologi proses produksi, proses pembentukan meliputi proses pengerolan (rolling), penempaan (forging), ektrusi (extrusi), penarikan (drawing), dan penekukan (bending). Material yang sering diproses melalui proses pembentukan meliputi logam ferrous dan logam non ferrous (Soejono, 1994).

Pengerolan merupakan proses pembentukan yang menggunakan kombinasi gaya penekanan dan gesekan dengan cara melewatkan benda kerja melalui dua buah rol atau lebih secara lurus atau bolak balik. Tujuan proses pengerolan  yaitu untuk mereduksi ketebalan penampang dan juga untuk membentuk profil tertentu (pengerolan bentuk). Reduksi penampang bisa digunakan pada bloom, billet, slab, strip dan pelat untuk membentuk sheet, pelat, strip yang lebih tipis. Sedangkan rol bentuk digunakan untuk membentuk profil tertentu seperti proses pembuatan rail dan tabung.

Berdasarkan temperatur kerja- nya, proses pengerolan dapat dibagi dalam dua proses yaitu rol panas dan rol dingin (Siswosuwarno, 1991). Perbedaan rol panas dan dingin awalnya hanya dibedakan pada ada atau tidaknya pemanasan, tetapi definisi terkini pembedaan tersebut didasarkan pada perubahan struktur secara metalurgis. Secara metalurgi, pemanasan memang berkaitan dengan ada atau tidaknya proses perubahan struktur kristal logam yang ber- pengaruh terhadap pelunakan. Secara metalurgis rol panas adalah proses rol pada suhu di atas temperatur rekristalisasi, sedangkan rol dingin adalah proses rol dibawah temperatur rekristalisasi (0,45 Tcair (K)).

Proses rol panas digunakan untuk proses reduksi yang besar seperti roll bloom dan billet menjadi slab, pelat, strip dan rol bentuk seperti rail. Sedangkan, proses rol dingin digunakan untuk reduksi yang kecil dan rol bentuk dengan tujuan kualitas hasil permukaan yang baik.

Mesin Pengerolan (rolling machine) adalah mesin yang diguna- kan untuk mereduksi ketebalan pelat (Dieter, 1976). Prinsip dasar mesin rolling adalah menekan bahan dasar dengan menggunakan 2 rol atau lebih dengan arah putaran yang berlawanan sehingga terjadi perubahan dimensi. Besar gaya pengerolan yang harus diberikan selama proses harus lebih besar dari tegangan luluh (yield) material yang dirol sehingga terjadi perubahan bentuk material yang dirol secara permanen (deformasi plastis) setelah beban yang bekerja ditiadakan. Dalam proses pengerolan ini terdapat berbagai faktor yang berpengaruh terhadap sifat mampu bentuk, sedangkan besarnya deformasi yang dapat diberikan tergantung pada sifat-sifat bahan dan proses yang dilakukan.

Dalam penelitian ini dilakukan perancangan dan pembuatan mesin rol pelat datar (flat rolling). Mesin rol yang dibuat adalah mesin rol dingin untuk strip (ketebalan lebih dari 6 mm) dan sheet (ketebalan minimum 2 mm) dari material alumunium dan tembaga. Setelah mesin rol tersebut selesai dibuat, maka mesin rol tersebut harus diuji agar dapat mengetahui performa mesin dan untuk mengetahui seberapa efektif reduksi yang dihasil- kan oleh mesin roll tersebut.

Berdasarkan latar belakang ter- sebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian mesin rolling dengan menggunakan material tembaga (Cu) murni dan alumunium. Penggunaan kedua material ini sesuai dengan spesifikasi perancangan awal.


Perumusan Masalah

a. Seberapa efektif reduksi yang dihasilkan mesin dalam mereduksi Alumuium dan Tembaga ?
b. Bagaimana performa mesin ter- hadap benda uji (gaya rol, perubahan dimensi rol, dan kekuatan motor) ?
c. Bagaimana performa hasil rol yang dihasilkan terhadap kedua material uji ?


Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui efektifitas reduksi dari jumlah tahapan pada pengerolan dengan proses cold working.
b. Mengetahui performa mesin rol yang dirancang bangun terutama fenomena-fenomena yang terjadi pada proses rolling tembaga dari aspek metalurgi mekanik pada strip.


Batasan Masalah

Penelitian dibatasi yakni sebagai berikut :.
a. Reduksi maksimum dibatasi pada spesifikasi maksimum reduksi pada rancangan awal yaitu 0.5 mm.
b. Dimensi yang diukur meliputi panjang, lebar dan ketebalan benda uji sebelum dan sesudah reduksi.


Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Performa mesin stabil.
b. Kondisi lingkungan pengujian ideal.
c. Getaran selama pengujian tidak terjadi.
d. Roll sangat bulat dan halus serta tidak menjadi potensi cacat bagi benda kerja.



TEORI DASAR

1. Pengerolan Logam (Rolling Mill)

Suatu pengerolan logam pada dasarnya terdiri atas: rol, bantalan, dan rumah untuk tempat komponen-komponen tersebut, serta pengendali untuk mengatur catu daya untuk rol dan untuk mengendalikan kecepatan- nya. Gaya yang terlibat pada pengerolan dapat dengan mudah mencapai beberapa juta pound. Oleh karena itu diperlukan konstruksi yang sangat kokoh, dan diperlukan motor yang sangat besar untuk memperoleh gaya daya yang diinginkan. Apabila kebutuhan ini dikalikan beberapa kali untuk membangun susunan pengerol logam kontinyu, maka dengan mudah dapat dilihat bahwa instalasi pengerol logam yang moderen memerlukan biaya investasi jutaan dolar, tenaga ahli yang terlatih untuk rancangan teknik dan konstruksi.

Pengerolan logam pada umum- nya dapat digolongkan berdasarkan jumlah dan susunan rol (Gambar 1). tipe pengerol logam yang paling sederhana dan paling banyak dipergunakan adalah pengerol logam dua tingkat (Gambar 1a) dengan rol dengan ukuran yang sama diputar hanya pada satu arah. Untuk meningkatkan kecepatan, digunakan rol bolak-balik dua tingkat, dimana benda kerja dapat digerakkan maju dan mundur melalui rol-rol yang arah putarannya dapat dibalik (Gambar 1b). Cara lain adalah menggunakan rol tiga tingkat (Gambar 1c), terdiri atas rol atas dan rol bawah sebagai sumber gerak dan rol tengah yang bergerak akibat gesekan.

Pemakaian diameter rol yang kecil sangat banyak menurunkan pemakaian daya. Akan tetapi karena rol berdiameter kecil mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah dibanding rol besar, maka rol berdiameter kecil harus ditopang oleh rol berdiameter besar. Tipe pengerol logam yang paling sederhana adalah rol empat tingkat (Gambar 1d). Lembaran yang sangat tipis dapat dirol menjadi lebih tipis lagi pada pengerolan dengan diameter rol yang kecil. Rol tandan (Gambar 1e), pengerolan benda kerja didukung oleh dua rol lainnya adalah tipe yang mampu melakukan hal demikian. Rol sendzimir merupakan suatu modifikasi dari rol tandan, yang sangat baik untuk mengerol lembaran-lembaran tipis atau foil dari paduan-paduan yang berkekuatan tinggi.




Gambar 1 Susunan Rol Untuk Pengerol Logam. a. Searah, Dua Tingkat ;b. Dua Tingkat, Bolak-Balik;c. Tiga Tingkat; d. Empat Tingkat; e. Tandem (Cluster).

Dalam meningkatkan hasil yang berkualitas tinggi, biasanya disusun rangkaian mesin rol logam secara seri (Gambar 2.). setiap pasang rol dinamakan tahapan (stan). Karena pada setiap tahap terdapat reduksi yang berbeda-beda, maka lembaran akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda pada setiap tahapnya. Kecepatan pada setiap pasang rol saling disesuaikan sedemikian hingga kecepatan masukan pada tiap tahap sama dengan kecepatan luaran pada tahap sebelumnya. Pelepas gulungan dan penggulung produk akhir tidak hanya berfungsi sebagai pengumpan ke pengerol dan pengumpul hasil pengerolan, tetapi juga dapat di- gunakan sebagai penegang balik dan penegang depan strip.





Gambar 2  Gambaran Skematis Pengerolan Strip, dengan Rol Empat Tingkat yang Kontinu


Suatu rancangan mesin rol yang lain adalah mesin rol planet (planetary mill) (Gambar 3).




Gambar 3 Susunan Rol Pada Mesin Rol Planet


a. Pengerolan Panas (Hot Rolling)
Proses pengerolan panas pertama untuk sebagian besar produk baja dilakukan pada mesin rol kasar primer (primary roughing mill) kadang-kadang dinamakan mesin rol bloom mesin slab atau mesin rol.cog. Mesin-mesin ini biasanya berupa mesin bolak-balik dua tingkat yang mempunyai rol berdiameter antara 24 hingga 54 inci.
Pada pengerolan panas baja, slab mula-mula dipanasi pada suhu 2000 hingga 2400°F. suhu pada tahap akhir bervariasi antara 1300 hingga 1600°F, tetapi harus lebih tinggi dari suhu kritis atas untuk menghasilkan butiran-butiran ferit sesumbu (equiaxed) yang seragam.

b. Pengerolan Dingin (Cold Rolling)
Pengerolan dingin diperguna- kan untuk menghasilkan lembaran dan strip yang memiliki kualitas akhir yang lebih baik serta kesalahan dimensional yang lebih kecil di banding hasil proses pengerolan panas. Selain itu, pengerasan regang yang diperoleh dari reduksi dingin dapat digunakan untuk menaikkan kekuatan.

c. Gaya-gaya dan Hubungan Geo- metri Pada Pengerolan
Prinsip kerja proses pengerolan pada mesin rol yaitu ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 ini memper- lihatkan sejumlah hubungan antara geometri pengerolan dan gaya-gaya yang terlibat pada deformasi rol logam. Suatu lembaran logam dengan tebal   masuk sela rol pada bidang masukan XX dengan kecepatan  . Lembaran tersebut melewati celah rol dan meninggalkan ujung YY dengan tebal. Sebagai pendekatan pertama, anggaplah tidak terjadi penambahan lebar, jadi penekanan logam dalam arah vertikal diubah menjadi perpanjangan pada arah pengerolan.
Karena volume melalui titik tertentu logam tiap satuan waktu harus sama, maka di dapat persamaan:
Di mana : b = lebar lembaran
V = kecepatan pada sembarang ketebalan   antara




Gambar 4  Gaya-gaya yang Bekerja Selama Pengerolan


Pada titik a (Gambar 2.5) pada logam bekerja 2 buah gaya, gaya ini merupakan gaya radial Pr dan gaya gesek tangensial F. Antara bidang masuk dan titik netral, lembaran bergerak lebih lambat dibanding permukaan rol dan terjadi gaya gesekan pada arah yang ditunjukan pada (Gambar 4) sehingga logam tertarik diantara rol. Pada daerah sebelah kanan titik N gerak lembaran lebih cepat dari pada permukaan rol. Kemudian arah gaya gesekan berbalik sehingga berfungsi sebagai hambatan terhadap arah gerak lembaran yang meninggalkan rol.

Komponen vertikal dinamakan beban pengerolan P. beban pengerolan adalah gaya rol untuk menekan logam karena gaya ini juga sama dengan gaya reaksi dari logam yang mendorong rol, maka gaya ini juga dinamakan gaya pemisah (separating force). tekanan rol spesifik p adalah beban pengerolan dibagi luas permukaan kontak. luas permukaan kontak antara logam dan rol sama dengan perkalian antara lebar lembaran b dan panjang proyeksi busur kontak Lp.

Oleh karena itu, besaran tekanan rol spesifik diberikan oleh:
Persamaan beban pengerolan berupa:  dan karena   maka

d. Pengerolan Batang dan Profil (Shapes)
Batang dengan penampang berbentuk lingkaran dan profil struktural, misal balok 1, saluran, rel kereta api, diproduksi dalam jumlah yang besar dengan cara pengerolan panas dalam rol yang diberi alur (Gambar 5). Sebetulnya, pengerolan panas ingot menjadi bentuk-bentuk bloom termasuk kelompok ini karena adanya rol alur untuk mengkontrol perubahan bentuk selama proses pembentukan bloom (blooming).



Gambar 5.  Pengerolan Batang Profil Struktur


Pengerolan batang dan profil berbeda dengan pengerolan lembaran dan strip, karena di sini pengurangan luas penampang lintang terjadi dalam 2 arah. Akan tetapi, logam seringkali dikompresi pada satu arah saja setiap tahapnya. Pada tahapan berikutnya logam diputar 90°. Karena pada pengerolan panas penyebaran logam jauh lebih besar dibanding pengerolan dingin, maka persoalan perancangan pas yang cukup penting adalah memberikan ruangan yang cukup bagi penyebaran tersebut. Suatu metode khusus untuk mereduksi billet persegi menjadi batang adalah melewatkannya melalui alur berbentuk oval dan persegi. Rangcangan untuk pengerolan bentuk-bentuk profil jauh lebih rumit dan memerlukan pengalaman kerja. Karena untuk logam yang berbeda, maka biasanya tidak mungkin melakukan pengerolan dengan perbedaan karakteristik yang cukup banyak, pada mesin rol yang sama.





e. Klasifikasi Proses Pengerjaan Logam
Salah satu klasifikasi dari proses pengerjaan logam adalah didasarkan pada temperatur pengerjaan. Berdasar- kan temperatur pengerjaannya, proses pembentukan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. Pengerjaan Panas (Hot Working)
2. Pengerjaan Dingin (Cold Working)

Tujuan proses pembentukan logam yang utama ada dua hal, yaitu:
1. Mengubah bentuk benda kerja menjadi bentuk yang dikehendaki.
2. Memperbaiki sifat logam dengan jalan memperbaiki struktur mikro- nya, misalnya dengan meng- homogenkan dan menghaluskan butir, memecah dan mendistribusi kan inklusi, menutup rongga cacat coran, serta memperkuat logam dengan mekanisme pengerasan regangan (strain hardening)


METODOLOGI

1. Diagram Alir Pengujian
Pengujian mengikuti diagram alir yang dapat dilihat pada Gambar 6.




Gambar 6.  Diagram Alir  Pengujian


2. Persiapan Penelitian

a. Bahan spesimen yang diuji
1) Tembaga
Bahan yang digunakan dalam pengujian pengerolan (rolling) adalah tembaga. Sifat-sifat utama tembaga adalah mempunyai warna coklat kemerah-merahan dan mempunyai konduktivitas elektrik yang tinggi.

2) Aluminium
Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainya sebagai sifat logam. Sebagai tambahan terhadap, kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, dan Ni. secara satu persatu atau bersama-sama, memberi juga sifat-sifat baik lainya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian dan sebagai- nya. Material ini dipergunakan di dalam bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga tetapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, kontruksi dsb.
Gambar 7 memperlihatkan bahan spesimen yang akan diuji.




Gambar 7. Plat Alumunium dan Tembaga Sebelum Dirol.


b. Modulus Elastisitas (Modulus Young )
Modulus Young dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Modulus Elastisitas


c. Sifat Mekanik Bahan Alumi- nium dan Tembaga (Cu) Murni
Sifat mekanik bahan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sifat Mekanik Bahan


d. Koefisien Gesek Antara Bebe- rapa Permukaan
Koefisien gesek dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3. Koefisien Gesek


e. Peralatan
Peralatan dalam pengujian pengerolan dingin adalah mesin rol dengan spesifikasi yang dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Spesifikasi mesin rol
Rolling Machine
Daya

Putaran 1500 rpm
Alat-Alat yang digunakan dalam pengukuran bahan
- Mikrometer
- Puller gauge

3. Teknik dan Prosedur Pengujian dalam Proses Pengerolan
Adapun langkah-langkah dalam mempersiapkan pengujian tembaga dan aluminium adalah sebagai berikut:
1. Posisi rol seluruhnya harus pada kondisi sejajar.
2. Siapkan bahan tembaga dan alumunium
3. Starting Mesin Pengerolan
4. Kemudian pengerolan dilakukan secara bertahap sampai seluruh sisi pelat mengalami proses pengerolan.


PEMBAHASAN DAN ANALISIS

1. Gaya-gaya yang Bekerja selama Pengerolan
Mesin rol yang dirancang dan dibuat dapat dilihat pada Gambar 8. Mesin ini akan diuji performanya untuk pengerolan alumunium dan tembaga. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa mesin apakah sesuai dengan rencana rancangan dan untuk mengetahui performa hasil pengujian pada pelat tembaga dan alumunium.
Spesimen pengujian, yaitu tembaga dan Alumunium ditunjukkan ditunjukkan pada Gambar 9:





Gambar 8. Mesin Rol yang Dirancang dan Dibuat dalam Penelitian




Gambar 9 Spesimen Tembaga dan Alumunium untuk Pengujian Performa Mesin Keterangan. a. Spesimen Tembaga b. Spesimen Alumunium


Prinsip kerja proses pengerolan pada mesin rol yaitu ditunjukan pada Gambar 10 ini memperlihatkan sejumlah hubungan antara geometri pengerolan dan gaya-gaya yang terlibat pada deformasi rol logam. Suatu lembaran logam dengan tebal   masuk sela rol pada bidang masukan XX dengan kecepatan   Lembaran tersebut melewati celah rol dan meninggalkan ujung YY dengan tebal  . Sebagai pendekatan pertama, anggaplah tidak terjadi penambahan lebar, jadi penekanan logam dalam arah vertikal diubah menjadi per- panjangan pada arah pengerolan.




Gambar 10  Gaya-gaya yang bekerja selama pengerolan


Di mana:
p = tekanan rol spesifik
P = beban pengerolan/gaya penekanan
Lp = panjang proyeksi busur kontak rol dengan plat
b = lebar pelat
  =  reduksi
  =  keadaan awal bahan uji
  =  keadaan akhir bahan uji
  =  koefisien gesek


Data Pengujian
Spesimen bahan yang diuji
a. Pengujian Tembaga
Data Awal :
Keterangan :
Panjang (P) = 15 cm
Lebar (b) = 9,21 mm
Tebal (h) = 1,43 mm





Tabel 4.1 merupakan data peng- ujian reduksi tembaga.

Tabel 4.1 Pengujian Plat Tembaga
Titik peng-amatan
Tebal awal (mm)
Reduksi 1

Reduksi 2

Tebal setelah dirol (mm)
Tebal setelah   dirol (mm)
1
1,43
1,30
1,29
2
1,41
1,35
1,26
3
1,47
1,34
1,21



Titik 1
Reduksi 1:

         
         
             
Berdasarkan hasil perhitungan dari pengujian dengan reduksi 1 dititik 1 gaya pengerolannya adalah : 3439,6590  N


Dengan cara yang sama didapatkan hasil pengujian seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Tembaga

Titik pengama-tan
Reduksi 1
Reduksi 2
Gaya pengerol-an (N)
R’ (mm)
Gaya pengerol-an (N)
R’ (mm)
1
3439,659
40,146
550,060
41,743
2
1414,789
40,317
272,207
40,193
3
2344,164
40,146
2260,341
30,007



b. Pengujian Alumunium
Data Awal :


Keterangan :
Panjang(P) =  21,5 cm
Lebar (b) =  2,3 cm
Tebal (h) =  2,34 mm








Dengan cara yang sama seperti pada pengujian tembaga maka data pengujian alumunium dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.



Tabel 4.3. Pengujian Plat Alumun
Titik pengamatan
Tebal awal

Reduksi 1

Reduksi 2

Reduksi 3

Reduksi 4

Tebal setelah dirol
Tebal
setelah   dirol
Tebal setelah dirol
Tebal setelah dirol
1
2,34 mm
2,31
2,30 mm
2,29 mm
2,27 mm
2
2,36 mm
2,35
2,34 mm
2,30 mm
2,23 mm
3
2,32 mm
2,30
2,26 mm
2,25 mm
2,12 mm



Tabel 4.4 Hasil Pengujian Aluminium
Titik pengama-tan
Reduksi 1
Reduksi 2
Reduksi 3
Reduksi 4
Gaya pengerolan (N)
R’ (mm)
Gaya pengerolan (N)
R’ (mm)
Gaya pengerolan (N)
R’ (mm)
Gaya pengerolan (N)
R’ (mm)
1
861,095
42,60
507,416
47,80
491,126
47,80
746,663
44,47
2
490,728
47,80
359,297
47,80
1025,463
41,95
1399,201
41,11
3
746,120
43,90
1027,0466
43,90
491,575
47,80
2002,359
40,60



2. Analisa Hasil Pengujian Alumu- nium Dan Tembaga
Pada gambar 11 memperlihatkan material yang sudah mengalami proses pengerolan.





Gambar 11. Plat Alumunium dan Tembaga Setelah Mengalami Proses Pengerolan

Dari hasil analisis dapat di- simpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh ukuran material awal tidak seragam. Sehingga dilakukan pengujian pada tiga titik untuk Alumunium dan tembaga.
2. Dari setiap titik material hasil pengerolan tidak sama karena material tidak rata.
3. Setiap titik yang di rol perubahan ketebalan tidak merata karena tekanan tidak merata.
4. Pada material alumunium regangan bidang terjadi karena perubahan lebar tidak mengalami perubahan. Sebaliknya material tembaga mengalami tidak meng- alami regangan bidang.
5. Pada kedua material dapat disimpulkan bahwa material mengalami cacat khusus karena plat alumunium dan tembaga pada setiap titik berbeda.
6. Dari semua titik pengamatan material tembaga, semua titik berbeda. Dari titik pengamatan 1 material awal 1,43 mm dan setelah mengalami reduksi 1 maka men- jadi 1,30 mm dengan reduksi 0,13. Kemudian setelah mengalami reduksi 2 menjadi 1,29 mm dengan reduksi 0,01.
7. Dari semua titik pengamatan material alumunium, semua titik berbeda. Dari titik pengamatan 1 material awal 2,34 mm dan setelah mengalami reduksi 1, maka menjadi 1,31 mm dengan reduksi 0,03
8. Apabila material lebih dari 3 mm pengerolan tidak terjadi karena daya motor kecil sehingga tidak mampu untuk mengerol alumu- nium. Untuk material batas tebal maksimum adalah 2 mm.



KESIMPULAN


Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses Pengerjaan pembentukan rol dingin terhadap plat strip alumunium dan tembaga mem- punyai reduksi tinggi 13%, tidak mengalami retakan tanda kega- galan. Jadi plat strip alumunium dan tembaga mempunyai mampu bentuk baik.
2. Dalam proses pengerolan plat strip alumunium dan tembaga, proses perubahan bentuk material hanya mengalami penipisan tebal sekitar 0,01 mm dalam 1 x pengerolan.
3. Kurangnya daya putaran motor menyebabkan plat alumunium dan tembaga tidak mengalami proses perubahan bentuk yang signifikan.
4. Pada semua titik material tidak merata sehingga pengerolan di setiap titik berbeda dan reduksi yang dihasilkan pun berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Dieter, G.E., (1976). Mechanical metallurgy, New York, McGraw Hill.
Soejono T., (1994). Teknik Pembentukan Logam, Jakarta, Penerbit Tata S.
Siswosuwarno, M. (1991). Teknik Pengerolan Logam, Bandung, Penerbit ITB.