Oleh:
Dede Siti Rohmah
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi, dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Untuk menganalisis pengaruh tersebut,
data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan
teknik analisis kuantitatif yaitu regresi linear sederhana dengan
menggunakan variabel moderator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi dan kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja yang ditunjukkan oleh nilai t hitung variabel kompensasi sebesar 2,34 dan t hitung variabel kepemimpinan sebesar 6,267. Kedua nilai r hitung tersebut lebih besar dari nilai r tabel pada tingkat alpha 5% yaitu 1,664. Dengan melibatkan variabel lingkungan kerja sebagai variabel moderator, diperoleh hasil bahwa lingkungan kerja yang baik mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh variabel kompensasi dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. Variabel kompensasi hanya mampu menjelaskan perubahan kepuasan kerja sebesar 6,4%, sedangkan kepemimpinan mampu menjelaskan 32,9% perubahan kepuasan kerja karyawan. Hal ini menunjukkan masih terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yang tidak diteliti. Berdasar hasil penelitian ini, maka disarankan agar pertama, besarnya kompensasi/balas jasa yang diberikan setiap pegawai hendaknya disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis dan resiko pekerjaan, tanggung jawab serta tidak hanya mendasarkan pada pangkat, golongan, masa kerja dan jabatan semata. Kedua, seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Ketiga, lingkungan kerja yang sudah kondusif hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan.
menggunakan variabel moderator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi dan kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja yang ditunjukkan oleh nilai t hitung variabel kompensasi sebesar 2,34 dan t hitung variabel kepemimpinan sebesar 6,267. Kedua nilai r hitung tersebut lebih besar dari nilai r tabel pada tingkat alpha 5% yaitu 1,664. Dengan melibatkan variabel lingkungan kerja sebagai variabel moderator, diperoleh hasil bahwa lingkungan kerja yang baik mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh variabel kompensasi dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. Variabel kompensasi hanya mampu menjelaskan perubahan kepuasan kerja sebesar 6,4%, sedangkan kepemimpinan mampu menjelaskan 32,9% perubahan kepuasan kerja karyawan. Hal ini menunjukkan masih terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yang tidak diteliti. Berdasar hasil penelitian ini, maka disarankan agar pertama, besarnya kompensasi/balas jasa yang diberikan setiap pegawai hendaknya disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis dan resiko pekerjaan, tanggung jawab serta tidak hanya mendasarkan pada pangkat, golongan, masa kerja dan jabatan semata. Kedua, seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Ketiga, lingkungan kerja yang sudah kondusif hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan.
Kata kunci:
lingkungan kerja, kompensasi, kepemimpinan, kepuasan kerja karyawan.
ABSTRACT
This study aim to
determine the effect of Leadership, Compensation, and Work Environment on Job
Satisfaction. To analyze the effect, the data were analyzed by using
quantitative analysis techniques are simple linear regression using moderator
variables. The results showed that compensation and leadership significantly
influence job satisfaction indicated by a t value of 2.34 and a variable
compensation variable t count the leadership of 6.267. Both the
value of
r count is greater than the value of r table at the alpha level of 5% is 1.664.
By involving variable work environment as a moderator variable, the result that
a good working environment capable of moderate (strengthen) the effect of
variable compensation and leadership on job satisfaction. Variable compensation
is only able to explain the changes in job satisfaction by 6.4% while the
leadership was able to explain 32.9% change in employee job satisfaction. This
suggests there are other factors that influence job satisfaction of employees
who had not been examined. Based on these results, it recommended first order,
the amount of compensation / remuneration given to every employee should be
adjusted to job performance, job type and risk, and responsibility, not only
based on rank, class, period of employment and occupation alone. Second, a
leader must be able to provide examples of good, well disciplined, honest, fair
and appropriate words with deeds. With the example of good leadership,
discipline subordinates to grow and develop properly anyway. Third, the working
environment is conducive should be maintained and improved.
Keywords: work environment, compensation,
leadership, job satisfaction.
PENDAHULUAN
Dalam kondisi
perekonomian yang
tidak menentu menempatkan pegawai
negeri sipil pada suatu posisi
dirasakan serba
dilematis. Di satu sisi sebagai individu,
pegawai tersebut harus memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya. Padahal
gaji yang di terima relatif kecil
jika dibandingkan jenis pekerjaan
yang lain.
Di sisi lain, sebagai
abdi negara dan
abdi masyarakat, pegawai negeri sipil
dituntut tanggung jawab yang tinggi
dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Akibat kondisi tersebut,
sebagian dari pegawai negeri sipil
terpaksa harus mencari pekerjaan
sampingan
untuk memperoleh tam-
bahan penghasilan.
Untuk menjawab
permasalahan tersebut
diperlukan kesamaan persepsi terhadap
motivasi kerja yang diberikan organisasi
dan budaya kerja yang ada di
organisasi itu sendiri sehingga diperoleh
hasil kinerja dan kepuasan kerja
karyawan.
Hal ini penting untuk dilakukan dalam rangka memperbaiki citra aparatur pemerintah yang jauh ter- tinggal. Apabila ditelusuri dan dicari penyebabnya yang menonjol karena adanya sikap individu karyawan yang negatif terhadap pekerjaannya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan yang diterima sehingga menimbulkan rasa tidak puas.
Pada dasarnya kepuasan
kerja merupakan hal yang bersifat indivi- dual. Setiap individu akan memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada
dirinya.
Hal ini disebab- kan karena adanya
perbedaan pada masing-masing individu (Munandar, 2001).
Studi tentang kepuasan kerja (job satisfaction) telah
dilakukan
sejak lama dan jumlahnya cukup
banyak dikaitkan dengan
tingkat
produktivitas maupun kinerja karyawan.
Indikator kepuasan kerja biasanya dikaitkan dengan tingkat absensi dan tingkat perputaran tenaga kerja dimana kedua hal tersebut merupakan biaya yang tinggi dalam organisasi. Oleh karena itu harus dipahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.
Menurut Greenberg &
Baron (1995) faktor-faktor yang mempenga- ruhi kepuasan kerja antara lain,
sistem gaji, kualitas
dari supervisi, desentrali- sasi kekuasaan, tingkat kerja dan dorongan kerja,
kondisi kerja yang menyenangkan, variabel kepribadian, status dan senioritas,
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kepuasan hidup.
Kesesuaian antara
besarnya tanggung jawab
dan besarnya gaji ini menjadi bahan
pertimbangan bagi karyawan untuk
menerima atau menolak sebuah pekerjaan.
Faktor kedua adalah perilaku pemimpin, di mana perilaku pemimpin memiliki dampak yang signifikan terhadap sikap karyawan, perilaku dan kinerja karyawan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah lingkungan kerja. Hubungan kerja yang erat dan saling membantu antara sesama pegawai, antar bawahan dengan
atasan akan mempunyai pengaruh yang baik pula terhadap kepuasan kerja
pegawai.
Lingkungan kerja yang
kondusif seperti hubungan antara karyawan dengan karyawan, karyawan dengan atasan dapat tercipta dengan pem- berian kompensasi yang layak
dan perilaku kepemimpinan yang menela- dani akan dapat
mempengaruhi kepu-
asan kerja.
Akan
tetapi hal itu
juga dapat memperkuat
pengaruh ling- kungan kerja,
kompensasi dan kepe- mimpinan terhadap
kepuasan kerja.
Kantor Pelayanan Pajak
mem- punyai tugas
mengumpulkan dana dari masyarakat
untuk kepentingan APBN di
Kantor Pelayanan Pajak Majalaya khususnya
dibutuhkan perilaku organi- sasi
yang
kondusif guna menciptakan manajemen
organisasi yang memper- hatikan aspek
sumber daya manusia secara
utuh.
Apabila setiap pegawai dalam hal ini di Dinas Kantor Pelayanan Pajak dapat
terpenuhi
kebutuhan baik secara fisik maupun
psikis, maka mereka akan mempunyai
motivasi kerja yang tinggi,
kemudian motivasi kerja akan mempengaruhi
tingkat kepuasan kerja pegawai
dan pada gilirannya akan tinggi
pula produkti- vitas kinerjanya.
Melihat begitu luas dan kompleksnya tugas dan fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak, maka di dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi
tersebut sangat membutuhkan pegawai
sebagai aparatur pemerintah yang
mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Indikator-indikator
yang menun- jukkan kurangnya motivasi kerja pegawai antara lain adalah ke disiplinan. Berdasarkan
pengamatan sehari-hari
kedisiplinan pegawai di Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya belum
dilaksanakan secara optimal.
Hal ini ditandai dengan
banyak- nya pegawai
yang kurang taat dan kurang menyadari
terhadap ketentuan jam kerja
dinas.
Banyak pegawai yang masuk
kerja terlambat dan pulang
kerja lebih awal, sering meninggalkan
tempat kerja pada waktu
jam kerja tanpa seijin dari pimpinan,
mengguna-
kan
sarana investasi kantor yang tidak sesuai dengan ketentuan, banyaknya pegawai yang mangkir ditempat-tempat
tertentu, tidak betah tinggal di ruangan kerjanya, malas bekerja dan lain
sebagainya.
Untuk itu perlu dicari
akar permasalahan serta perlu diupayakan pemecahan masalah yang tepat untuk
menanganinya. Dengan demikian, penting untuk diketahui pengaruh kompensasi dan
kepemimpinan ter- hadap kepuasan kerja aparatur Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya.
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Kompensasi
Menurut Hasibuan
(2002) Kom- pensasi diartikan ”sebagai semua pen- dapatan yang berbentuk
uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai
imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.
Kompensasi berbentuk uang, artinya gaji dibayar
dengan sejumlah uang kartal kepada karyawan yang bersangkutan. Kompensasi
berbentuk barang, artinya gaji dibayar dengan barang. Misalnya gaji dibayar 10%
dari produksi yang dihasilkan.
Kompensasi merupakan istilah yang berkaitan dengan imbalan-imbalan
finansial (financial reward) yang di terima
oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah organisasi.
Pada umumnya bentuk kompen- sasi berupa finansial karena pengelu- aran
moneter yang dilakukan oleh organisasi. Kompensasi bisa langsung diberikan
kepada karyawan, atau pun tidak langsung, di mana karyawan menerima kompensasi
dalam bentuk-bentuk non moneter.
Indikator kompensasi dalam penelitian ini adalah gaji (salary), karakteristik pekerjaan atau beban tugas, bonus dan upah insentif.
2.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
peng- gunaan pengaruh untuk memotivasi karyawan agar mencapai sasaran
organisasi. Menurut Chris Rowley & Keith Jackson (2012), kepemimpinan adalah sebuah hubungan
yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan peru-
bahan nyata dan
mencerminkan tujuan bersamanya.
Dalam upaya
melaksanakan kepemimpinan
yang efektif, selain memiliki kemampuan dan keteram- pilan dalam kepemimpinan,
seorang pemimpin sebaiknya menentukan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai
dengan situasi dan kondisi anggota kelompok.
Banyak studi ilmiah
yang dilakukan oleh banyak ahli mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa
teori-teori tentang kepemimpinan, sehingga teori-teori yang muncul menunjukkan
perbedaan.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: memberikan arahan tugas, menghargai prestasi, menentukan promosi jabatan berdasar- kan
aturan, memberikan keteladanan, dan memperingatkan sanksi dengan tegas.
Berdasarkan tinjauan
pustaka, maka hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
a. Terdapat
pengaruh signifikan positif
antara kompensasi terhadap kepuasan
kerja aparatur Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya.
b. Terdapat
pengaruh signifikan posi-
tif antara kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja aparatur Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya.
c. Pengaruh
signifikan positif antara
kompensasi
kerja terhadap kepu-
asan kerja aparatur Kantor
Pel-a yanan Pajak Majalaya yang
diper- kuat oleh
Lingkungan Kerja yang baik.
d. Pengaruh
signifikan positif antara
kepemimpinan
kerja terhadap kepuasan
kerja aparatur Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya yang
diperkuat oleh
Lingkungan Kerja yang baik.
METODOLOGI
PENELITIAN
1.
Sampel
Penelitian
Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua Pegawai Negeri Sipil Kantor Pelayanan Pajak Majalaya
yang struktural
sebanyak 75 orang
pegawai.
2.
Jenis
dan Sumber Data
Data yang digunakan
terutama adalah data primer yang diperoleh
dari observasi, wawancara dan jawaban kuesioner dari para pegawai negeri sipil yang terpilih sebagai sampel.
Di samping juga wawancara lebih men-
dalam terhadap para personal
kunci atau
atasan dari responden dari pihak-pihak
yang
berkompeten.
Kuesioner atau daftar pertanyaan memiliki
lima pilihan jawaban, yaitu sangat
setuju “SS”, setuju “S”, netral “N”, tidak
setuju
“TS”, sangat tidak setuju “STS”.
Di
samping data primer, juga digunakan
data sekunder dari dokumentasi yang
ada di Kantor Pelayanan Pajak Majalaya
yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
3.
Teknik
Analisa Data
a.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan
untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011).
Untuk mengetahui uji
validitas ini
menggunakan korelasi product moment.
Jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka akan ada
korelasi yang nyata
antara kedua variabel tersebut sehingga
alat ukur ini valid untuk sahih
dan sebaliknya.
b.
Uji Reliabilitas.
Uji reliabilitas adalah
uji untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan
variabel/konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang ter- hadap pernyataan adalah
konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Untuk
mengetahui
uji ini menggunakan nilai Cronbach
Alpa, jika Menurut Nunnaly
nilai Cronbach Alpa lebih besar dari 0,6 maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel (Ghozali,2011).
c. Uji
Asumsi Klasik
Uji
Normalitas
Uji normalitas
bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi,
variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau
mendekati normal.
Untuk menguji
distribusi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Jika
data
menyebar di sekitar garis diagonal
dan
mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Dan jika data menyebar jauh
dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Santoso, 2003).
Uji
Multikolinearitas
Uji asumsi multikolinearitas artinya antara variabel bebas tidak boleh ada korelasi. Untuk menguji adanya kolinearitas digunakan uji
VIF dan Tolerance. Jika hasil
perhitungan nilai Varian Inflation Factor (VIF) dibawah 10% dan tolerance variabel bebas
diatas 10%.
Maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tersebut tidak ada multi- kolinearitas dalam penelitian (Ghozali, 2011). Uji Heteroskedasitas Uji asumsi heteroskedasitas artinya bahwa variabel bebas tidak berubah dari satu sampel ke sampel lain, sebab variabel bebas akan
diukur pengaruhnya terhadap variabel tergantung.
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedasitas dilihat
dari grafik scatter plot titik menyebar secara acak serta tersebar baik
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedasitas pada model regresi
tersebut (Ghozali, 2011).
Uji Autokorelasi Uji auto korelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada perode t-1 (sebelumnya).
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu
ber- kaitan satu sama lainnya. Masalah
ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada data
runtut waktu (time series).
Untuk menguji adanya
auto- korelasi dipergunakan
Uji Durbin Watson batas
atas dan batas bawah (d1 atau du). Bila hasil perhitungan ter- letak antara selang batas atas dan batas bawah, maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2011).
4.
Pengujian
Hipotesis
Uji Hipotesis dalam
penelitian ini
menggunakan teknik regresi. Hipo-
tesis pertama dan kedua digunakan
untuk mengetahui pengaruh kompen-
sasi dan kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja.
Model analisis yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah berbentuk persamaan
regresi linier sederhana. Bentuk
persamaan regresi yang digunakan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Y = bo + b1 X1
+ e
Hipotesis 2 : Y = bo + b2 X2
+ e
Di mana :
Y : Kepuasan Kerja
X1 : Kompensasi
X2 : Kepemimpinan
X3 : Lingkungan Kerja
Hipotesis ketiga dan keempat digunakan untuk mengetahui peran variabel lingkungan dalam hubungan
kompensasi
dan kepemimpinan te-r
hadap kepuasan kerja. Analisis
yang digunakan adalah regresi
dengan variabel moderator. Dari
berbagai teknik yang ada, dalam penelitian
ini akan digunakan teknik uji
residual. Secara matematis langkah-langkah tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis 3: a. X3 = bo + b1
X1 + e1
b. e1 = bo + b Y + e
Hipotesis 4: a. X3 = bo + b2
X2 + e2
b. e2 = bo + b Y + e
Dalam
hal ini jika terjadi kecocokan
antar variabel independen (nilai
residual kecil atau nol) yaitu jika
variabel
independen meningkat dan variabel
moderating juga meningkat maka
variabel terikat juga akan meningkat.
HASIL
PENELITIAN
1. Uji
Validitas
Uji validitas dalam
penelitian ini dilakukan
dengan cara mengkorelasi masing-masing
butir item dengan nilai totalnya.
Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment.
Pedoman yang digunakan adalah jika hasil perhitungan r hitung > r tabel, maka
kuesioner tersebut adalah
valid atau sahih. Nilai r tabel
pada
tingkat signifikansi alpha 5% untuk
degree of freedom (df) = n-2 = 82-2 =
80 dan a = 0,05 didapat nilai sebesar
0,217.
Dengan demikian, item akan dinyatakan valid jika memiliki nilai rhitung lebih dari
0,217. Hasil uji
validitas menunjukkan bahwa angket
Kepuasan Kerja (Y) memiliki rhitung bergerak dari 0,320-0,670, angket Kompensasi (X1)
memiliki r hitung
bergerak dari 0,453-0,819, angket
Kepemimpinan (X2) memiliki
r
hitung dari 0,801-0,887, dan angket
Ling-
kungan
Kerja memiliki nilai r hitung
bergerak dari 0,519-0,805. Dengan
demikian, oleh karena seluruh item
memiliki nilai r hitung di atas
nilai
r tabel (0,217), maka dapat
disimpulkan
bahwa seluruh item dinyatakan
valid.
2. Uji
Reliabilitas
Uji reliabilits
dilakukan untuk mengetahui
keterandalan angket. Teknik
analisis yang digunakan adalah teknik
Cronbach Alpha. Pedoman yang digunakan adalah sebagai
berikut: Angket dikatakan reliabel jika
memberikan
nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali,
2011).
Hasil pengujian
reliabilitas angket Kepuasan
Kerja (Y) memper- oleh hasil koefisien
alpha sebesar 0,6409 dengan catatan
item nomor 1 dikeluarkan dari analisis.
Hasil pengujian
reliabilitas angket
Kompensasi (X1) diperoleh
koefisien
alpha sebesar 0,6046 dengan
catatan item nomor 4 dikeluarkan
dari analisis.
Hasil pengujian reliabilitas angket Kepemimpinan (X2) yang
ter- diri dari 5
item valid diperoleh hasil koefisien
alpha
sebesar 0,8918.
Hasil pengujian reliabilitas angket Lingkungan
Kerja (X3) yang terdiri dari
10 item valid diperoleh
hasil koefisien alpha sebesar 0,8531.
3. Uji
Asumsi Klasik
a. Uji
Normalitas, Uji normalitas ber- tujuan untuk
menguji
apakah dalam sebuah model regresi,
variabel
dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distri- busi normal
ataukah tidak. Ber- dasarkan hasil
perhitungan diper-
oleh hasil bahwa data (titik) menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, sehingga
memenuhi asumsi norma-
litas.
b. Uji
Autokorelasi, Uji autokorelasi digunakan
untuk
mengetahui apa- kah ada korelasi
serial
(korelasi antara data dalam satu variabel). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dalam penelitian ini digunakan uji Durbin Watson (DW). Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,954. Pada taraf signifikansi 5% dan degree of freedom (df) sebesar 3 (jumlah variabel independent)
di peroleh nilai dl sebesar 1,561
dan du sebesar 1,716. Dengan demi-
kian, model regresi memiliki nilai
DW
di antara du sampai 4-du, sehingga
dinyatakan
tidak ada masalah autokorelasi.
c. Uji
Multikolinearitas, Uji multi- kolinearitas bertujuan untuk meng- uji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2011). Hasil uji multikolinearitas menunjukkan, bahwa ketiga variabel bebas yang digunakan memiliki nilai VIF kurang dari 5 dan nilai toleransi lebih dari 0,00001. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas pada variabel
yang digunakan.
d. Uji
Heterokedastistas, Uji heteroke- dastisitas digunakan untuk menge- tahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke
peng- amatan lainnya. Hasil uji heteroke-
dastisitas menunjukkan bahwa
pada model regresi diketahui titik-titik
menyebar baik di atas maupun
di bawah nilai 0 pada sumbu mendatar.
Titik-titik tersebut tidak membentuk pola yang
teratur. Sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi tidak terjadi masalah heterokedastisitas.
4. Uji
Hipotesis
a. Uji
Hipotesis Pertama. Hipotesis pertama yang hendak diuji
adalah: diduga terdapat pengaruh
positif kompensasi terhadap kepuasan
kerja aparatur Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya. Dari perhitungan
uji regresi diperoleh nilai t
hitung sebesar 2,3434 dengan
signifikansi
sebesar 0,0216. Oleh karena
signifikansi < 0,05 maka maka
Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya
variabel
kompensasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan kerja.
b. Uji
Hipotesis Kedua. Hipotesis kedua yang hendak
diuji
adalah: diduga terdapat pengaruh
positif kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja aparatur Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya. Untuk
menguji hipotesis ini, maka
teknik regresi yang digunakan adalah
regresi sederhana, dengan menggunakan
variabel
kepemimpinan sebagai
variabel
bebas dan kepuasan kerja
sebagai variabel
terikat. Hasil perhitungan uji regresi diperoleh nilai t hitung
sebesar 6,267 dengan
signifikansi sebesar 0,000. Dengan
demikian, maka Ho ditolak dan
Ha diterima, artinya variabel kepemim-
pinan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan kerja.
c. Uji
Hipotesis Ketiga. Hipotesis ketiga yang hendak diuji
adalah: di duga pengaruh positif
kompensasi
terhadap kepuasan kerja aparatur Kantor Pelayanan Pajak Majalaya
diperkuat oleh lingkungan kerja
yang baik. Untuk
menguji hipotesis ini, maka
teknik regresi yang digunakan adalah
teknik regresi dengan menggunakan
variabel moderator. Berdasar
perhitungan yang telah dilakukan
diperoleh nilai thitung
sebesar
-3,718 dengan signifikansi sebesar
0,000. Oleh karena signifikansi kurang dari 0,05 maka disimpulkan, bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pengaruh positif kompensasi ter- hadap kepuasan kerja aparatur Kantor Pelayanan Pajak Majalaya
diperkuat oleh
lingkungan kerja yang baik.
d. Uji
Hipotesis Keempat. Hipotesis keempat yang hendak diuji
adalah: diduga pengaruh positif kepemim-
pinan berpengaruh terhadap kepu-
asan kerja aparatur Kantor
Pela- yanan Pajak Majalaya diperkuat
oleh
lingkungan kerja yang baik. Untuk
menguji hipotesis ini, maka teknik
regresi yang digunakan ada- lah teknik
regresi dengan meng- gunakan variabel
moderator. Dari
uji regresi diperoleh nilai thitung yang diperoleh adalah -3,951 dengan signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena signifikansi < 0,05
maka Ho diterima, artinya variabel
lingkungan kerja
memoderasi hubungan kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja.
Adanya pengaruh positif
kompensasi terhadap
kinerja karyawan di Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya disebabkan
karena karyawan merasakan pendapatan
yang diterima setiap bulannya
meskipun tidak sebesar harapannya,
tetapi karyawan sudah merasa
kompensasi yang diterimanya sudah
cukup dan layak bila dilihat dari
kebutuhan
dasar.
Hal ini membuat persepsi karyawan terhadap
kompensasi yang
diterimanya berada pada kategori
sedang. Persepsi positif terhadap
kompensasi menunjukkan adanya
kepuasan kerja pada karyawan, hal
ini sesuai dengan pendapat Siagian dalam Olivia (2004) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah cara pandang seseorang yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaanya, tentunya hasil pekerjaan berupa kompensasi tidak bisa dilepaskan
dari pekerjaan itu sendiri.
Berpengaruh positifnya
kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja karyawan
di Kantor Pelayanan Pajak Majalaya
disebabkan karena adanya pandangan
positif dari karyawan terhadap
pimpinan yang disebabkan karena
pimpinan mampu mempengaruhi karyawan
dengan cara memberikan arahan
tugas, menghargai prestasi,
menentukan promosi jabatan berdasarkan aturan, memberikan keteladanan
dan
memperingatkan sanksi dengan
tegas. Kesemuanya ini menjadikan
karyawan merasa puas terhadap
pimpinan dan kemudian kepuasan
terhadap pimpinan ini mampu
meningkat kan kepuasan kerja karyawan.
Setelah diketahui bahwa
kompensasi berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja, maka pada pengujian hipotesis ketiga tentang peran
variabel lingkungan kerja sebagai variabel
moderasi
menunjukkan bahwa lingkungan kerja
yang baik terbukti secara statistik
memperkuat pengaruh kompensasi
terhadap
kepuasan kerja.
Artinya kompensasi yang
dianggap layak
didukung dengan adanya lingkungan
kerja yang baik akan menjadikan
karyawan semakin puas dengan
pekerjaanya. Lingkungan
kerja dapat memperkuat
pengaruh kompensasi terhadap
kepuasan kerja karyawan Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya disebabkan karena karyawan merasa puas
dengan keadaan lingkungan kerjanya.
Rasa puas ini mampu membentuk persepsi yang baik pada diri karyawan yang ditunjukkan oleh 82% responden memiliki persepsi yang tinggi pada keadaan lingkungan
kerja. Hal ini merupakan indikasi baiknya persepsi karyawan terhadap
indikator-indikator lingkungan
kerja internal seperti
kebersihan, penarangan/ cahaya, suara,
tata ruang, udara, dan tatawarna.
Demikian juga dengan
indikator lingkungan
kerja eksternal seperti suasana
kerja, hubungan interpersonal, dan
ketersediaan fasilitas. Seluruh keadaan
ini mampu memperkuat hubungan kompensasi dengan kepuasan
kerja.
Setelah diketahui bahwa
kepemimpinan berpengaruh
positif terhadap kepusan
kerja, maka pada pengujian
hipotesis keempat tentang peran
variabel lingkungan
kerja sebagai variabel moderasi menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang baik terbukti secara statistik
memperkuat pengaruh
kepemimpinan terhadap kepuasan
kerja.
Artinya persepsi yang baik pada diri karyawan terhadap pimpinan didukung dengan adanya lingkungan kerja yang baik akan menjadikan karyawan semakin puas dengan pekerjaanya. Kemampuan lingkungan kerja memperkuat pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pelayanan Pajak Majalaya disebabkan karena karyawan merasa puas dengan keadaan lingkungan
kerja yang baik.
Baiknya lingkungan
kerja ini tidak lepas dari peran
pemimpin, yang
mampu menjalankan kepemimpinannya.
Kepemimpinan
yang berjalan dengan
baik, akan mendorong karyawan dan seluruh elemen kantor turut
menciptakan dan menjaga lingkungan
kerja.
Di samping itu dengan adanya arahan dan keteladanan dari pimpinan, menjadikan karyawan tidak merasa rendah. Lingkungan kerja
yang terjaga kebersihannya, kerapian,
dan keindahannya membuat karyawan lebih betah dan senang dengan lingkungan dan pekerjaanya. Rasa puas ini mampu membentuk persepsi yang baik pada diri karyawan
danakan meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
positif kompensasi dan kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja
aparatur Kantor Pelayanan Pajak Majalaya. Pengaruh signifikan positif kepemimpinan terhadap kepuasan kerja aparatur Kantor Pelayanan Pajak Majalaya
diperkuat oleh lingkungan kerja
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Christ,
R.,
& Jackson Keith (2012): Manajemen
Sumber Daya Manusia (Terjemahan), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Greenberg,
J & Baron, R.A. (1995): Behaviour In
Organization Understanding and Managing The Human Side Of Work. 5th ed.
Englewood Cliffts, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Ghozali,
I.
(2011): Aplikasi Analisis Multivariate
dengan Program SPSS, BP. Universitas Diponegoro, Semarang.
Hasibuan,
M.,
(2002): Manajemen Sumber Daya Manusia,
Edisi Revisi kedua, Penerbit BPFE- UGM, Yogyakarta.
Hadi,
S.,
1993, Metodologi Riset,
Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta.
Munandar,
A.S. (2001): Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Olivia,
P. (2004): Hubungan Diantara Kepuasan Kerja, Kepuasan Imbalan, Kepuasan Keadilan
Imbalan dan Kepuasan Hidup pada Karyawan.
Skripsi (tidak diterbitkan)
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Santoso,
S.,
(2003): SPSS versi 10, Mengolah Data
Statistik Secara Profesional, Cetakan ke empat Elex Media, Komputindo,
Jakarta.