Tentang SosioHumanitas Unla

SosioHumanitas Unla merupakan Jurnal Ilmu-ilmu Sosial & Humaniora Universitas Langlangbuana.

Sosiohumanitas berisi karya ilmiah hasil penelitian atau pemikiran berdasarkan kajian literatur yang dimuat dalam bentuk media cetak oleh LPPM Universitas Langlangbuana Bandung.

Materi yang dibahas mencakup masalah dan isu-isu yang aktual mengenai aspek sosial budaya dan kemanusiaan lainnya.

ISSN 1410-9263.

Literatur Review: Strategi Mempertahankan Pelanggan yang Loyal dalam Era Pasar Modern pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi


Oleh: 
Siti Rosimah
JurusanTeknik Industri Universitas Langlangbuana Bandung
e-mail: RosimahSiti@gmail.com



ABSTRAK

Dalam era pasar modern di mana pelanggan sebagai inti dari bisnis perusahaan dan persaingan antar perusahaan sejenis sangat ketat, loyalitas pelanggan menjadi perhatian utama karena pelanggan yang loyal akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan daripada harus mencari pelanggan
baru. Pada perusahaan jasa telekomunikasi faktor pembentuk loyalitas pelanggan adalah kepuasan pelanggan atas layanan yang diterima, kepercayaan pelanggan kepada provider, dan hambatan peralihan serta performans operasional pelayanannya. Masing-masing faktor tersebut mempunyai dimensi yang sangat berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, dan hal ini perlu strategi yang tepat agar pelanggan tidak beralih ke provider lain.
Kata kunci: loyalitas pelanggan, perusahaan jasa telekomunikasi


ABSTRACT

The era of market globalization emphasized that customer satisfaction will be the center of company objectives. Therefore customer loyalty become the first attention in the business company because customer loyalty will give mostly benefit better then get new customer. In the  Telecommunication company, the customer loyalty factors distinguished customer satisfaction, customer trust, switching barrier and operations performance. Each of the factors has dimension that very inffuence to customer loyalty. Hence, the Telecommunication company must use to appropriate strategy for barrier costomer to switch another company
Keywords: customer loyalty, telecomunication company.





PENDAHULUAN
Industri telekomunikasi di Indonesia pada tahun ini terus mengalami pertumbuhan. Ini ditandai dengan pesatnya pertumbuhan sejumlah operator telekomunikasi (Maspem, 2010). Menurut  Fitch Rating (dalam  Usman, 2011) jumlah pelanggan seluler di Indonesia saat ini 70% dari total populasi, 237 juta penduduk Indonesia dan data operator telepon seluler menunjukkan jumlahnya sudah 90% dari total populasi. Pelanggan Telkomsel merupakan pelanggan terbesar yang mencapai 99 juta pelanggan pada kuartal I 2011 (Ika & Iqbal, 2011) diikuti pelanggan Xl yang mencapai 40,4 juta pelanggan pada akhir kuartal III 2010 (Agustian, 2011)  dan Indosat  mencapai 40 juta pelanggan pada November 2010 (Malang Post, 2010) kemudian sisanya pelanggan provider lain para pendatang baru.
Menurut Guntur Siboro seorang pengamat Telekomunikasi (Bisnis, 27 Maret 2011) industri telekomunikasi merupakan industri padat modal, sehingga kemampuan perusahaan meraih pendanaan menjadi sangat penting. Investasi merupakan kunci bagi perusahaan meraih pelanggan lebih banyak lagi, apalagi industri telekomunikasi diyakini akan terus tumbuh seiring pertumbuhan perekonomian Indonesia ke depan. Sedangkan Fitch Rating berpendapat (dalam Usman, 2011) tahun 2011 adalah tahun terakhir bagi industri seluler di Indonesia tumbuh dengan 20-30 juta pelanggan baru dan akan terjadi penurunan pada 2012. Hal ini sejalan dengan pendapat Jhonny Swandi Sjam (dalam Arianti, 2011) tingginya jumlah operator di Indonesia, membuat pasar telekomunikasi Tanah Air mencapai titik jenuh. Menurut data yang dimiliki Kamar Dagang Indonesia (KADIN), penetrasi telekomunikasi di Indonesia pada 2010 lalu sudah mencapai 84,3 persen.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mulai saat ini industri telekomunikasi di Indonesia sudah mencapai titik jenuh yang diakibatkan banyaknya provider yang bermunculan dan persaingan yang semakin ketat dalam memperoleh pelanggan baru. Meskipun disediakan investasi yang besar untuk meraih pelanggan baru akan sangat sulit untuk melakukannya apalagi saat ini para pelanggan jasa telekomunikasi sangat cerdas dalam memilih layanan jasa telekomunikasi, bahkan sekarang para pelanggan bisa membandingkan satu jasa layanan dengan jasa layanan telekomunikasi lainnya secara langsung. Hal ini terbukti dari tidak sedikit pelanggan telekomunikasi menggunakan jasa layanan lebih dari satu provider. Dengan keadaan tersebut maka perusahaan sudah saatnya menjalankan bisnisnya yang berorientasi kepada pelanggan agar pelanggan yang dimilikinya loyal karena pelanggan yang loyal akan menguntungkan perusahaan, sensifitas terhadap harga rendah dan mengurangi energi untuk mendapatkan pelanggan baru (Boora, et.al, 2011) karena usaha untuk mendapatkan pelanggan baru jauh lebih mahal daripada mempertahankan pelanggan yang loyal (Dick & Basu, 1994; dalam Wahab, et.al, 2011). Oleh karena itu perlu dibina hubungan jangka panjang yang dapat mempererat hubungan pelanggan dan penyedia jasa yang saling menguntungkan (Chiou & Droge, 2006; dalam Rosimah, 2007).
Loyalitas dan kepuasan pelayanan dari suatu provider dalam sektor telekomunikasi sangatlah berpengaruh seperti halnya hasil penelitian sektor telekomuniasi di Turky. Menurut hasil penelitian Zaim, et.al (2010) Customer satisfactoin dibangun oleh customer expectation, perceived value, perceived quality, image of the company dan yang  sangat berpengaruh adalah image of the company dan perceived quality. Sedangkan customer loyalty sangat dipengaruhi oleh customer satisfaction,  perceived value dan  perceived quality memiliki pengaruh yang kuat.  Hal ini didukung pula hasil penelitian Rosimah, 2007 pada Telkomsel di Indonesia bahwa customer loyalty  sangat dipengaruhi oleh customer satisfaction, yang terbentuk oleh pricing structure, call quality, customer support dan value added service. Pada perusahaan Telekomunikasi di India (Seth, et.al, 2008) struktur dari service quality adalah reliability, assurance, tangibles, empathy, responsiveness, convenience, and customer perceived network quality, dan service quality ini sangat dipentingkan pelanggan untuk terbentuknya customer loyalty. Sedangkan hasil penelitian Akbar & Parvez, 2009 pada sektor telekomunikasi di Bangladesh bahwa customer satisfaction hanyalah faktor mediasi dari service quality tehadap customer loyalty meskipun hal itu memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap customer loyalty bila dibandingkan customer trust.
Kepercayaan pelanggan sebagai elemen kunci dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan memelihara posisi pasar perusahaan (Urban, et.al 2000 dalam  Graf R dan Perrien, 2005; dalam Rosimah, 2007) walaupun secara empirik pada jasa layanan Telekomunikasi di Indonesia hasil penelitian Rosimah, 2007 menunjukan hubungan yang positif terhadap terbentuknya customer loyalty walaupun pengaruhnya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan customer satisfaction hal ini sejalan dengan di Bangladesh (Akbar & Parvez, 2009) bahwa customer satisfaction dan customer trust membentuk customer loyalty akan tetapi customer trust memiliki pengaruh negatif terhadap customer satisfaction (Rosimah, 2007). Customer trust hasil penelitian Alsajjan B A, 2010 pada UK celluler provider yang membentuk  lima jenis karakter personal yaitu  Agreeableness, Openness, Neuroticism, Extraversion, Conscientiousness, dan menguji hubungannya  dengan dimensi trust yang dibentuk oleh competence, benevolence dan integrity. Hasilnya kelima jenis karakter personal tidak berpengaruh terhadap competence. Akan tetapi Neuroticism dan Conscientiousness memiliki pengaruh yang kuat terhadap benevolence dan integrity.
Selain customer satisfaction dan customer trust yang berpengaruh terhadap customer loyalty, switching barrier juga memilik andil yang cukup berarti untuk terbentuknya customer loyalty apalagi dalam lingkungan persaingan yang ketat dalam perolehan pelanggan. Hasil penelitian pada pelanggan Telkomsel di Indonesia (Rosimah, 2007) switching barrier secara simultan dengan customer satisfaction dan customer trust membentuk customer loyalty, dan switching barrier dipengaruhi dimensi attractive alternative, economic switching cost, prosedur switching cost. Sedangkan di Nigeria (Oyeniyi & Abiodun, 2010) Customer satisfaction mempunyai hubungan yang positif dengan customer retention, switching cost mempunyai hubungan yang signifikan terhadap customer retention sebagai dimensi mediasi terhadap customer loyaltySwitching behaviour pada layanan jasa telepon seluler di Chenai India (Sathish, et.al, 2011) Call rate merupakan faktor utama penyebab customer beralih ke provider lain diikuti faktor-faktor Network coverage, value added service, Consumer care dan advertisement sedangkan Customer service, service problem, usage cost, family dan friend.
Selain faktor diri customer dan lingkungannya, customer loyalty juga dipengaruhi oleh operations performance yang datang dari providernya (Kumar, et.al, 2011) Performans pelayanan sering kita kenal dengan istilah service delivery system, yang terdiri dari kualitas (quality), waktu tunggu untuk dilayani (lead time)  dan kecepatan waktu pelayanan (arrival at first promise) saat ada pesanan (customer order). Arrival at first promise berpengaruh terhadap customer loyalty akan tetapi customer loyalty sangat dipengaruhi oleh quality. Hal ini berarti  service delivery system akan membentuk customer loyalty jika pelayanan yang diberikan berkualitas dan sesuai dengan yang dijanjikan
Dari uraian tersebut di atas dapat kita lihat bahwa customer loyalty pada pelayanan sektor telekomunikasi sangat dipengaruhi banyak faktor baik faktor yang secara langsung maupun tidak langsung. Semua faktor-faktor tersebut perlu dilakukan pengkajian atas program-program loyalitas pelanggan yang telah ada untuk kemudian disusun strategi baru yang mampu memenangkan persaingan dalam era pasar modern yang kompetitif. Hal ini telah dilakukan oleh Kolaric, et.al (2011) pada bisnis telekomunikasi di serbia. Menurut Kolaric, et.al (2011) pelayanan jasa telekomunikasi  dimasa yang akan datang harus menjamin ketersediaan pelayanan dalam jumlah besar dan bisnis modern diberbagai elemen yang difokuskan pada desain organisasi dengan menerapkan prinsip-prinsip bisnis modern dan efektif yang menempatkan pelanggan sebagai inti bisnis perusahaan. Untuk menempatkan pelanggan sebagai inti bisnis perusahaan maka lingkungan internal perusahaan dalam hal ini karyawan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan harus memiliki kapasitas dan kemampuan bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip CRM.
Kondisi yang ada saat ini (Kolaric, et.al, 2011) telah terjadi kesenjangan dalam pelayanan antara pelaksanaan dengan performans yang di desain organisasi, pelatihan-pelatihan yang dilakukan tidak sesuai, kurangnya informasi tentang perusahaan, komunikasi vertikal dan horizontal sering tidak sesuai dengan yang seharusnya, terjadi refleksi negatif antar karyawan customer service dalam hal pencapaian kerja serta sistem evaluasi kerja mengakibatkan demotivasi karyawan yang berada di customer service. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka perusahaan harus memberikan pelatihan yang beragam guna meningkatkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, terjalinnnya komunikasi dua arah yang jelas dan tepat antara managemen, karyawan dan koleganya, dilakukannya pertemuan setiap hari pada akhir waktu kerja untuk mengevaluasi kinerja karyawa, pemberian penilaian prestasi kerja dan penghargaan dilakukan secara objektif dengan mempertimbangkan efektivitas dan performans kerjanya.
Demikian halnya yang telah dilakukan Heggde& Kumar (2011) dengan menggali strategi yang tepat guna mempertahankan  hubungan baik jalur komunikasi antara perusahaan dengan relasinya pada sektor telekomunikasi seluler di India. Dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan perusahaan telekomunikasi di India tersebut program investasi, performans, distribusi produk dan jasa perlu ditinjau ulang dan diaudit.  Selain itu juga perlu dilakukan dalam pembelian dan penjualan produk perlu adanya pengetahuan yang memadai saat memasuki pasar termasuk didalamnya memahami tempat, pelanggannya, produknya serta bisnisnya secara keseluruhan. Apabila hal itu telah dilakukan maka perlu meningkatkan sistem monitoring kebijakan harga, keuntungan, produk, peluncuran produk baru, pelayanan, dan teritorial operasional dan penjualan
Berbeda dengan yang dilakukan Troshani & Rao (2007) pada perusahaan telekomunikasi di Australia bahwa peran dan integrasi stakeholder dan transaksi biaya ekonomi dalam difusi dan inovasi pelayanan telepon seluler bidang ekonomi sangat berperan dalam perubahan kondisi lingkungan pelayanan jasa telekomunikas akibat perubahan industri dan pasar yang sangat cepat. Perubahan yang sangat cepat tersebut meliputi ketidakpastian dan kompleksitas permintaan pasar, perubahan dengan cepat akan aset-aset yang spesifik dibutuhkan. Berbagai fasilitas dan instrumen yang dimiliki stakeholder seperti pembentukan dan penyebaran pengetahuan, subsidi, mobilisasi, setting standar dan petunjuk inovasi sebagai penggerak dalam adopsi dan penyebaran pelayanan telepon seluler
Strategi mempertahankan loyalitas pelanggan di negara Serbia (Kolaric, et.al, 2011), India (Heggde & Kumar, 2011) dan Australia (Troshani & Rao, 2007) lebih kepada investigasi empirik yang mungkin tidak bisa diterapkan secara generik di berbagai negara pada perusahaan telekomunikasi. Lain halnya dengan yang dilakukan (Erfani, et.al, 2010) yang mencoba membangun model knowledge management implication (KMI) pada industri telekomunikasi di Iran untuk meningkatkan kemampuan bersaing dan membuat konsep perbaikan berkelanjutan yang menguntungkan termasuk melakukan evaluasi, merencanakan, melaksanakan, memeriksa dan mengembangkan. Model yang di bangun berisi tentang langkah-langkah yang tepat dalam mengidentifikasi nilai tambah dari pengetahuan organisasi sebagai dasar dalam pengembangan organisasi yang kompetitif untuk memenangkan persaingan dan bila model ini diterapkan dalam organisasi maka indeks produktivitas organisasi akan meningkat.

STUDI LITERATUR
1.1.   Customer Satisfaction
Customer satisfaction adalah sebuah konsep yang biasa digunakan dalam bidang marketing, riset pelanggan, psikologi ekonomi, kesejahteraan dan ekonomi (Akbar & Parvez, 2009). Customer satisfaction diintrepretasikan sebagai rasa hasil evaluasi dari suatu proses pelayanan yang diterima dengan yang diharapkan seperti keputusan untuk membeli dan keingina untuk membeli suatu produk (Armstrong & Kotler, 1996, dalam Akbar & Parvez, 2009). Sedangkan menurut (Bitner & Zeithaml, 2003 dalam Akbar & Parvez, 2009) customer satisfaction adalah evaluasi pelanggan atas produk atau  jasa yang dibutuhkan sesuai dengan yang diharapkan, (Boselie, et.al, 2002; dalam Akbar & Parvez, 2009) penilaian positif terhadap semua aspek yang berhubungan dengan produk atau jasa yang dibutuhkan

1.2.   Customer trust
Menurut Akbar & Parvez, (2009) kepercayaan dalam bisnis dilihat sebagai satu kesatuan serta kolabarasi dari berbagai hubungan yang mempengaruhinya dan esensinya untuk membangun dan menjaga hubungan jangka panjang (Rousseau, Sitkin, Burt, & Camerer, 1998; Singh & Sirdeshmukh, 2000). Morgan and Hunt (1994) kepercayaan hanya ada karena saling mengakui reliabilitas dan integritas masing-masing sedangkan Lau and Lee (1999) jika kepercayaan telah terlahir dari satu pihak maka akan melahirkan sikap percaya pihak lain.
Menurut Alsajjan (2010) rasa percaya dan mempercayai berdasarkan pada  interaksi hubungan interpersonal dan sebagai sikap refleksi adanya hubungan emosional. (Wu and Chen, 2005) fungsi dan kontribusi kepercayaan pada perspektif ekonomi sebagai kerangka hubungan sosial. Untuk itu kepercayaan difokuskan pada integrity, benevolence, competence dan predictability. Ada 3  jenis kepercayaan yang saling melengkapi bisnis telepon seluler yang didefinisikan (Alsajjan, 2010) sebagai berikut:
1.    Competence adalah pelanggan percaya provider bisa memberikan kenyamanan pelayanan
2.    Integrity adalah pelanggan percaya bahwa provider dapat memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
3.    Benevolence adalah pelanggan percaya jika provider akan memberikan keuntungan pada pelanggan

Ada 5 dimensi personal yang bisa melahirkan kepercayaan, yaitu:
1.    Agreeableness yaitu sikap rasa senang, bersahabat, keseuais sosial, penuh kasih sayang, penuh kelembutan, percaya, sopan, hormat, fleksibel, kooperatif, pemaaf dan toleransi. 
2.    Conscientiousness yaitu sikap intelek, berprestasi, imaginatif, artistik, cerdas, terbuka dengan hal-hal baru dan lain-lain.
3.    Neuroticism adalah sikap kombinasi kestabilan emosional misalnya rasa gelisah, takut, sedih, tegang dll.
4.    Extraversion (surgency) adalah sikap energik baik secara sosial, senang berteman, senang bercanda,  tegas dan lain-lain.
5.    Openness adalah sikap terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.

1.3.  Switching barrier
Menurut Fornel 1992 dalam Kim, et.al, (2004) hambatan peralihan adalah kesulitan yang akan dirasakan pelanggan untuk beralih ke provider lain jika didapatkan ketidakpuasan pada provider yang ada atau beban finansil, sosial dan psikologi yang dirasakan pelanggan ketika beralih ke provider lain. Oleh karenanya semakin tinggi hambatan peralihan yang dirasakan pelanggan akan membuat pelanggan tetap loyal. Berdasarkan studi sebelumnya hambatan peralihan menimbulkan biaya peralihan (switching cost), berbagai alternatif menarik dari perusahaan pesaing (attractive of alternative) dan hubungan interpersonal (interpersonal relationship).
Switching costs adalah biaya yang dikeluarkan pembeli karena berakhirnya hubungan transaksi atau biaya karena adanya membina hubungan baru (Oyeniyi & Abiodun, 2010). Sedangkan menurut  Lee &Murphy, 2005 dalam Satish (2011), keinginan pelanggan untuk beralih ke provider lain dalam bisnis telepon seluler  diakibatkan oleh price,  technical service quality, functional service quality, switching costs, dan kebanyakan disebabkan karena faktor biaya.

1.4.  Operations Performance
Operations performance dalam bidang jasa menurut (Roth & Van der Velde, 1991 dalam Kumar et.al,2011) adalah pelayanan yang sopan, hubungan dan konsistensi pelayanan dengan  dan konsistensi bisa terjadi jika reliability atau dependability. Reliability (Slack et.al., 2004 dalam Kumar et.al, 2011) adalah kemampuan provider untuk memberikan pelayanan secara akurat sesuai dengan yang dijanjikan sedangkan dependabilityof services merupakan bagian dari kualitas (Wheelwright, 1984; Nemetz and Fry 1988; Weikum 1999; Avizˇienis et.al. 2001). Berdasarkan uraian tersebut maka hubungan operation perormance dengan customer loyalty dapat dilihat pada Gambar 1.





Gambar 1. Hubungan Operations Performance Dengan Customer Loyalty
(Sumber: Kumar V, et.all, 2011)




1.5.  Customer loyalty
Menurut (Akbar & Parvez, 2009) customer loyalty terbentuk oleh sikap dan prilaku pelanggan (attitudes dan behaviour). Loyalitas dalam sikap adalah keinginan untuk membeli kembali produk atau jasa perusahaan yang sama dan keinginan untuk merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli jasa atau produk tersebut. Sedangkan perilaku loyal adalah mewujudkan keinginannya untuk membeli produk atau jasa dari perusahaan yang sama.

1.6.  Strategies for Sustainable
Untuk menjaga kontinuitas distribusi kebutuhan dan menjaga performansinya ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan diantaranya motivasi anggota anggota jaringan, sikap positif dari semua anggota jaringan, adanya pengetahuan pasar, fasilitas kredit yang kondusif, komunikasi yang agresif secara konstan dan efektif (Heggde & Kumar, 2011).
Menurut Heggde & Kumar (2011) pada Industri telekomunikasi yang sangat kompetitis untuk memenuhi kepuasan pelanggan maka semua sasaran yang dimiliki harus sama dalam hal jalur komunikasi untuk tidak terjadi kesalahan komunikasi dan informasi antar relasinya maka diperlukan:
·      Program investasi dilakukan penelitian /pengkajian antara partner
·      Performans distribusi harus lebih efisien.
·      Dalam pembelian dan penjualan produk perlu adanya pengetahuan yang memadai saat memasuki pasar termasuk didalamnya memahami tempat, pelanggannya, produknya serta bisnisnya secara keseluruhan.
·      Dalam situasi ketidakseimbangan dalam hal distribusi perusahaan harus segera diselesaikan dan jika performans proses distribusi dan penjualan sudah memuaskan perlu dilakukan audit.
·      Meningkatkan sistem monitoring kebijakan harga, keuntungan, produk, peluncuran produk baru, pelayanan, dan teritorial operasional dan penjualan.

ANALISIS
Perusahaan telekomunikasi merupakan perusahaan yang padat modal dan menggunakan teknologi tinggi, yang perubahannya sangat cepat mengikuti pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dunia. Sebagai perusahaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dan komunikasi maka perusahaan dalam menjalankan bisnisnya harus berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan pelanggan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat penggunanya sebagai pelanggan agar pelanggan yang dimiliki tidak beralih ke perusahaan pesaing. Untuk itu perusahaan harus memiliki model strategi yang tepat dan dapat mengikuti perubahan teknologi yang sangat cepat untuk mempertahankan pelanggan yang loyal, karena mempertahankan pelanggan yang loyal jauh lebih murah daripada mencari pelanggan baru. Apalagi saat ini (Akbar &  Parvez, 2009) pelanggan tidak hanya loyal kepada satu provider tertentu, oleh karena itu provider harus mampu menciptakan hal-hal mendasar yang dapat mempertahankan pelanggan yang loyal agar dapat memenangkaan persaingan. Oleh karena itu (Sharp & Sharp, 1997; Akbar & Parvez, 2009) perusahaan telekomunikasi harus merealisasikan berbagai hasil penelitian tentang kebutuhan pelanggan seperti service quality, switching cost, trust, corporate image, dan customer satisfaction) dan pengaruhnya terhadap customer loyalty, dengan demikian diharapkan perusahaan mampu mengembangkan hal-hal mendasar untuk mempertahankan pelanggan.
Menurut (Fornell, 1992 dalam Zaim et.al, 2010) kunci untuk memenangkan persaingan dalam persaingan pasar yang kompetitif adalah dengan memberikan kepuasan kepada pelanggannya, karena pelanggan yang puas akan loyal dan melakukan pembelian kembali produk atau jasa yang ditawarkan serta akan menceritakan pengalamannya kepada masyarakat lainnya. Zaim et.al, (2010) berpendapat begitu banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang tinggi akan membangkitkan customer satisfaction, customer loyalty, permintaan untuk menjadi pelanggan baru, meningkatkan produktivitas dan performans finasial perusahaan (Lewis, 1993; Andereson et.al., 1994), kepuasan pelanggan sebagai syarat untuk mempertahankan pelanggan yang loyal (Hackl et.al, 2000). Memuaskan pelanggan merupakan tujuan utama dalam setiap bisnis, karena menjaga dan mempertahankan pelanggan yang ada jauh lebih menguntungkan daripada mendapatkan pelanggan baru, dalam teori managemen marketing menggaris bawahi bahwa kepuasan pelanggan merupakan kunci sukses  suatu bisnis (McColl-Kennedy & Schneider, 2000; Reichheld & Sasser, 1990 dalam Naik, et.al, 2010).
Menurut (Corbitt, Thanasankit, dan Yi, 2003 dalam Akbar & Parvez, 2009) pada sektor telekomunikasi customer trust mempunyai pengaruh yang kuat untuk terbentuk customer loyalty,  sedangkan menurut Kumar et.al, (2011) hubungan customer trust dan customer loyalty adalah (Chiou, 2004) persepsi customer  trust berpengaruh secara langsung kepada  customer satisfction dan customer loyalty, (Lin & Wang, 2006) kepercayaan dan keyakinan pelanggan akan menciptakan customer satisfaction dan kemudian menciptakan customer loyalty,  (Andreassen & Lindestad, 1998a; Javalgi and Moberg, 1997).
Selain customer satisfaction dan customer trust yang berpengaruh terhadap customer loyalty, pada perusahaan jasa yang banyak pesaingnya adalah switching barrier juga berpengaruh terhadap customer loyalty. Switching cost merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan loyalty (Zeithaml, 1981; Gronhaug and Gilly, 1991; Heide & Weiss, 1995 dalam Kumaret, al., 2011) dan bertendensi untuk merekomendasikan kepada pelanggan lain  (Lam et.al. 2004 dalam Kumar et.al., 2011). Switching sebagai investasi waktu, uang dan usaha secara psikologi dan hal ini bisa menghambat pelanggan untuk beralih ke perusahaan pesaing yang memberikan produk/jasa yang sama (Guiltinan, 1989; Dick & Basu, 1994; dalam Kumar et.al, 2011).
Pada bisnis sektor jasa performans pelayanan diukur konsistensi dari reliability service atau dependability customer (Roth & Van der Velsahde, 1991 dalam Kumar et.al, 2011). Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa waktu tunggu dalam pelayanan delivery system merupakan berpengaruh terhadap customer satisfaction/loyalty (Taylor, 1994; Pryun and Smidts, 1998; Antonides et.al. 2002; Bielen and Demoulin, 2007 dalam Kumar et.al, 2011). Menurut Bielen and Demoulin (2007) dalam Kumar et.al., (2011) waktu tunggu merupakan keseimbangan antara capasitas dan permintaan. Performance of service delivery berpengaruh positif terhadap customer satisfaction (Stank et.al. 1999 dalam Kumar et.al., 2011), sedangkan hasil pelitian (Kumar et.al., 2011) Arrival at first promise berpengaruh terhadap customer loyalty dan customer loyalty yang sangat dipengaruhi oleh quality service. Pada sistem delivery system (Slack, 2004 dalam Kumar et.al., 2011) kehandalan dan kepercayaan pelanggan menjadi bagian  penting dari performansi pelayanan dalam pelayanan yang berkualitas.
Pada sektor bisnis telekomunikasi untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan memberikan kepuasan kepada pelanggan dan kepuasan dapat diberikan kepada pelanggan jika seluruh hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan perusahaan kepada pelanggan dapat dipertahankan kualitasnya. Hal-hal yang berhubungan tersebut (Heggde & Kumar, 2011) adalah Setting distribution objectives, Channel design, Logistics, Image Building, Inventory management, Channel management, Payment & credit, Promotional assistance, Setting targets, Coverage frequency.
Kualitas hubungan antara perusahaan penyedia jasa dan pelanggannya sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan, oleh karena itu kualitas pelayanan sebagai kunci keberhasilan operasional, pemasaran dan manajemen sumber daya manusianya. Hubungan dengan pelanggan  sebagai kunci keberhasilan tidak hanya hubungan antara top manajemen dan stafnya tetapi juga seluruh karyawan yang terlibat dalam pelayanan tersebut. Bisnis telekomunikasi sebagai bisnis modern yang mengalami perubahan dalam teknologi telekomunikasi, teknologi informasi, teknologi penyiaran dan teknologi komputer yang sangat cepat dan akan melahirkan sejumlah produk dan pelayanan baru. Hal ini akan berpengaruh kepada provider telekomunikasi, suplai jasa, efesiensi internal perusahaan, penelitian dan pengembangan, kecepatan menerima teknologi baru, keaktifan manajemen untuk memonitoring kebutuhan pelanggan. Semuanya itu sebagai indikator keberhasilan perusahaan dalam pasar nasional dan internasional (Kolaric et.al., 2011).

KESIMPULAN
Industri telekomunikasi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan persaingan antar provider dalam meraih pelanggan semakin ketat. Banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai provider untuk meraih pelanggan dan mempertahankan pelanggan yang telah dimiliki. Upaya meraih pelanggan baru biaya jauh lebih besar daripada mempertahankan pelanggan yang telah dimiliki. Strategi mempertahankan pelanggan yang loyal harus menjadi perhatian utama manajemen karena pelanggan menjadi faktor kunci suksesnya keberhasilan perusahaan. Mempertahankan pelanggan yang loyal harus memperhatikan kebutuhan dan faktor internal pelanggan serta membangun dan memperbaiki sistem pelayanan yang telah dilakukan perusahaan. Selain itu juga harus melihat dan memperhatikan strategi pesaing dalam perolehan dan mempertahankan pelanggannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arianti D, 2011, Telekomunikasi Mulai Jenuh, Kompetisi Terus Lanjut, Rabu, 16 Maret 2011-12:44wib, Techno Telecommunication, Okezone, http://techno.okezone. com/read/2011/03/16/54/435445/
Akbar M M, Parvez N, 2009, impact of service quality, trust, and customer satisfaction on customer loyalty, ABAC Journal Vol. 29, No. 1 (January-April 2009, pp.24-38)
 Alsajjan B A, 2010, How the Big Five Personality Dimensions Influence Customers Trust in UK Cellular Providers?  International Journal of Global Business, 3 (1), 102-116, June 2010
Ika A & Iqbal  M, Pelanggan Telkomsel Mencapai 99 Juta, Telecommunication, Wednesday, 13 04 2011, http://www.Indonesiafinancetoday.Com
Boora K K, Singh H, 2011, Customer Loyalty and its Antecedents: A Conceptual Framework, APJRBM Volume 2, Issue 1 (JANUARY 2011) ISSN 2229-4104, Sri Krishna International Research & Educational Consortium http:// www.skirec.com
Erfani S Z,  Akhgar  B, Ramin F, 2010, A Novel Knowledge Management Implementation Model for Mobile Telecommunication Industry, World Applied Sciences Journal 11 (1): 29-37, 2010,ISSN 1818-4952, © IDOSI Publications, 2010
Heggde G, Kumar S, 2011,, Strategies for Sustainable Channel Relations in Mobile Telecom Sector,Welingkar Institute of Management Development and Research, Bangalore, India, Journal of Economics and Behavioral Studies, Vol. 2, No. 1, pp. 7-18, Jan 2011
Kim M-K, Park M-C, Jeong D-H, 2004, The Effect of Customer Satisfaction And Switching Barrier on Customer Loyalty in Korean Mobile Telecommunication Services, Telecommunication Policy 28 (2004), Pg 145-159
Kolaric B, Nešic L P And Radojcic S, 2011, The Challenges of the Customer Services for Modern Market Requests: A Case Study of Telecom Serbia¨, African Journal of Business Management Vol. 5(1), Pp. 156-167, 4 January, 2011, Available Online At Http://Www. Academicjournals.Org/AJBM, ISSN1993-8233 ©2011 Academic Journals
Kumar V , Batista L, and Maull R, 2011,  The Impact of Operations Performance on Customer Loyalty, Service Science 3(2), pp. 158-171, © 2011 SSG
Maspem, 2010, Pelanggan Seluler Masih Tumbuh, Dec - 28 – 2010, http://planetpulsa.com/2011-pelanggan-seluler-masih-tumbuh/
Naik C N K, Gantasala S B , Prabhakar G F, 2010, Service Quality (Servqual) and its Effect on Customer Satisfaction in Retailing, European Journal of Social Sciences – Volume 16, Number 2 (2010)
Nazir M, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor
Oyeniyi J O, Abiodun J A, 2010, Switching Cost and Customers Loyalty in the Mobile Phone Market: The Nigerian Experience, Business Intelligence Journal - January, 2010 Vol. 3 No.1
Rosimah S, 2007, Tesis, TMI, ITB Sathish M., Kumar K S, Santhosh K, Naveen K J, Jeevanantham V, 2011, A Study on Consumer Switching Behaviour in Cellular Service Provider: A Study with reference to Chennai, Far East Journal of Psychology and Business, Vol. 2 No 2, February 2011
Seth A, Momaya K, Gupta, 2008, Managing the Customer Perceivedservice Quality for Cellular Mobiletelephony: An Empirical Investigation, Vikalpa,  Volume 33,  No 1,  January - March 2008
Troshani I and Rao S, 2007,  The Diffusion of Mobile Services in Australia: an Evaluation Using Stakeholder and Transaction Cost Economics Theories, IADIS International Journal Vol. 5, No. 2, pp. 40-57, ISSN: 1645 – 7641, http://www.iadisportal.org/digital-library
Usman M S, 2011, Fitch: 2011 Tahun Terakhir Pertumbuhan Tinggi Seluler di Indonesia, Telecommunication, Monday, 17- 01- 2011, Http://Www. Indonesiafinancetoday.Com
Wahab S,  Zahari A S M,  Al Momani K,  Nor N A, 2011, The influence of perceived privacy on customer loyalty in mobile phone services: An Empirical Research in Jordan, IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Vol. 8, Issue 2, March 2011 ISSN (Online) : 1694-0814, www.IJCSI.org
Zaim S, Turkyilmaz A, Tari M, Ucar B, Akkas O, 2010, Measuring Customer Satisfaction in Turk Telekom Company Using Structural Equation Modeling Technique, Journal of Global Strategic Management | 07 | 2010, June
.…….,Indosat Diyakini Mampu Raih Pendanaan Besar, Bisnis | March 27, 2011 at 15:23
……, Pelanggan Seluler Indosat Capai 40 Juta, Malang Pos, Sabtu, 06 November 2010 14:09, http://malang-post.com