Oleh:
Dadin Mahmudin1) dan
Pamungkas Daud2)
1) Pusat Penelitian Elektronika
dan Telekomunikasi – LIPI, Bandung
2) Fakultas Teknik Elektro Universitas Langlangbuana (UNLA) Bandung
Email: daddin@gmail.com;
pmkdaud@gmail.com
ABSTRAK
Microring
Resonator adalah salah satu komponen yang penting dalam suatu
sistem komunikasi optik masa depan. Makalah ini bertujuan untuk mendisain Single Microring Resonator (SMR) dengan
menggunakan metoda transfer matrix
yang digabungkan dengan metoda signal
flow graph untuk melihat karakteristik dan mendapatkan nilai optimum dari
struktur SMR melalui sebuah simulasi komputer. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
untuk mendapatkan disain SMR yang optimum, nilai K1 (=K2)
harus lebih kecil dari 0.2.
Kata
Kunci :
Single Microring Resonator, transfer
matrix method, signal flow graph method
ABSTRACT
Microring
resonators will be one of the most important components of the next generation
of optical communications. This paper addresses to design Single Microring
Resonator by using transfer matrix method and signal flow graph method to find
characteristics and optimum values of SMR structure by a
simulation using computer program. Simulation work indicates to obtain
the best performance of SMR design, the K1 (=K2) value has to less than 0.2.
Key words: Single Microring Resonator, transfer
matrix method, signal flow graph method
PENDAHULUAN
Microring Resonator
(MRR) merupakan filter optik yang sangat potensial untuk dikembangkan. Di
jaringan komunikasi optik yang berbasis DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing), MRR dapat dijadikan
sebagai OADM atau multiplexer (MUX
dan DEMUX). Sebagai contoh, di jaringan FTTH, MRR dapat ditempatkan di rumah
pelanggan yang akan memungkinkan pelanggan dengan (panjang gelombang) tertentu dapat menerima
dan mengirimkan informasi dari dan ke jaringan backbone, sehingga MRR berfungsi sebagai OADM (Gambar 1). Sedangkan
di tingkat provider (penyedia
layanan), MRR akan berfungsi sebagai MUX yang selanjutnya hasil multiplexing tersebut akan dikirimkan ke
pelanggan melalui jaringan backbone fiber
optik (Gambar 1b). Hanya MRR dengan channel
spacing (jarak antar kanal) lebar (100 GHz) yang
dapat digunakan sebagai OADM dan MUX/DEMUX. Sedangkan MRR yang mempunyai jarak
antar kanal yang sempit (<100 GHz), dapat digunakan sebagai interleaver.
(a)
(b)
Gambar 1: (a)
Microring-resonator sebagai OADM dan (b) Microring-resonator sebagai MUX [1]
SINGLE MICRORING-RESONATOR (SMR)
SMR merupakan
struktur yang paling sederhana dari Microring-Resonator.
Struktur ini terdiri dari satu buah ring dengan jari-jari r yang dikopling ke saluran waveguide.
Output-1 merupakan output
antiresonansi dan output-2 merupakan
output resonansi. Diagram skematik dari SMR dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah
ini. Publikasi mengenai struktur ini antara lain terdapat
di Robus (2002), Chin & Ho (1998), Manolatou et al. (1999).
Gambar 2:
Diagram skematik SMR
METODA-METODA
ANALISA MICRORING-RESONATOR
Metoda-metoda yang digunakan dalam menganalisa suatu
struktur MRR dapat dilakukan dalam dua cara yaitu secara analitik dan secara
numerik. Untuk struktur yang sederhana seperti struktur satu ring atau dua ring
(paralel maupun serial), cara analitik masih bisa dipergunakan (Manfred et al., 2000). Tetapi, untuk struktur
yang kompleks, seperti struktur Asymmetric
Parallel-Cascaded Microring-Resonator (APCMR), maka akan sulit untuk
menggunakan cara analitik. Secara numerik, MRR dapat dianalisa dengan
mengunakan metoda Finite Diffrerence Time
Domain (FDTD). Metoda FDTD telah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti
dan sudah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal internasional [5]-[7]. Dengan
ditemukannya struktur-struktur baru dari MRR yang lebih kompleks, maka metoda
FDTD menjadi tidak efektif karena memakan waktu untuk perhitungan dengan banyak
persamaan. Di makalah ini, digunakan metoda transfer
matrix yang digabungkan dengan metoda
signal flow graph. Kedua metoda ini
telah digunakan pada desain Multi-Path
Ring-Resonator (MPRR). Transfer
matrix yang merupakan bentuk sederhana dari scattering matrix, dalam beberapa literatur juga disebut sebagai ABCD matrix atau transmission matrix. Metoda signal
flow graph digunakan untuk mencari bentuk akhir transfer matrix dari struktur MRR yang akan menghasilkan transfer function dari MRR tersebut.
Metoda signal flow graph untuk mencari bentuk transfer matrix MRR yang digunakan ini lebih sederhana dari metoda chain
matrix seperti yang dijelaskan pada Barbarossa et al. (1995). Transfer
matrix dan signal flow graph yang
digunakan pada makalah ini, sama seperti yang digunakan pada rangkaian optik
(Kashima, 1995; Poon et al., 2004) dan
gelombang mikro (microwave engineering).
Keuntungan yang didapat dengan menggunakan kedua metoda tersebut antara
lain :
1.
Lebih
mudah dalam menganalisa struktur yang kaskade (lebih dari satu ring), karena
masing-masing ring dapat dimodelkan secara terpisah dengan signal flow graph dan transfer
matrix total dapat dicari dengan cara perkalian transfer-transfer matrix dari masing-masing ring.
2.
Tidak
memerlukan banyak persamaan dan perhitungan yang rumit. Keseluruhan struktur
MRR hanya perlu dibagi-bagi menjadi jaringan kutub-4 (2 input dan 2 output)
sehingga bisa dicari transfer matrix-nya.
3.
Hasil
analisa MRR dapat dengan mudah disimulasikan dengan menggunakan program komputer
yang sederhana.
ANALISIS
SMR
Respon frekuensi dari SMR dapat diketahui dengan terlebih
dahulu mencari persamaan transmitansi dari SMR. Untuk mencari persamaan
transmitansi, maka SMR dibagi menjadi dua buah komponen yaitu komponen kopling
(HK1 dan HK2) dan komponen single delay-line (R) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
(a)
(b)
Gambar 3: (a) Diagram blok
SMR (b) Diagram blok kopling
Transfer
matrix dari kopling [Hkn] dan persamaan single delay-line R adalah :
Persamaan (1) diformulasikan dengan menganggap pada kopling
tidak terjadi pantulan dan kedua kopling mempunyai loss daya yang sama yaitu γ. Berdasarkan Gambar 3(b), maka transfer matrix dari masing-masing kopling adalah:
a. Untuk kopling
1
b. Untuk kopling 2
Dari Gambar 3(a) dapat dilihat bahwa input SMR adalah a1K1 sedangkan output-1 dan output-2 adalah b1K1
dan b1K2, sehingga SMR
mempunyai transfer matrix:
Berdasarkan transfer
matrix SMR di persamaan (4) maka transmitansi dari output antiresonansi (Tar) dan output resonansi (Tr) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Selanjutnya digunakan metoda signal flow graph sehingga didapatkan bentuk akhir dari H11, H12, H21, dan H22
yaitu:
(7)
HASIL SIMULASI SMR
Setelah persamaan transmitansi untuk output antiresonansi dan output
resonansi didapatkan, maka untuk mengetahui respon frekuensi dari SMR digunakan
simulasi komputer. Asumsi yang digunakan dalam
simulasi komputer ini antara lain:
Ø Nilai
FSR sebesar 100 GHz.
Ø Indeks
bias efektif (neff): 1.64.
Ø
Nilai
K1 dan K2 besarnya sama.
Ø
Variasi
nilai K1(=K2) yang digunakan yaitu
sebesar 0.01, 0.05, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, dan 0.7.
Untuk semua konfigurasi nilai K1(=K2) didapatkan ripple ratio yang sama yaitu sebesar 0
dB (tidak ada ripple di puncak
spektrum). Grafik hubungan antara nilai K1(=K2) terhadap nilai crosstalk dan bandwidth seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin besar nilai K1(=K2) maka akan didapatkan crosstalk yang semakin besar dan bandwidth yang semakin lebar. Untuk mendapatkan nilai crosstalk yang optimum maka nilai K1(=K2) harus < 0.2. Tetapi hal tersebut akan membuat bandwidth yang dihasilkan akan semakin
sempit pula yaitu < 7.2 GHz. Untuk mendapatkan bandwidth yang lebar, maka crosstalk
harus bernilai -20 dB. Dengan menganalisis Gambar 3.3 maka akan didapatkan
nilai K1(=K2) sebesar 0.185 yang
mempunyai crosstalk sebesar -20 dB.
Nilai K1(=K2) tersebut akan menghasilkan bandwidth sebesar 6.5 GHz (Gambar 4).
Gambar 4:
Karakteristik crosstalk dan bandwidth SMR
KESIMPULAN
Dari hasil simulasi untuk struktur SMR di atas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan mengenai struktur SMR antara lain :
1. Untuk mendapatkan disain SMR yang optimum, maka nilai K1(=K2) harus < 0.2. Nilai
K1(=K2) tersebut akan menghasilkan bandwidth sebesar < 7.2 GHz.
2. Berdasarkan
grafik respon fekuensi SMR, bandwidth
dan crosstalk yang optimum akan
didapat pada nilai K1(=K2) = 0.185 (crosstalk = - 20 dB, bandwidth = 6.5 GHz).
3.
Nilai
K1(=K2) = 0.185 akan mendapatkan risetime sebesar 127 ps dan settling
time sebesar 370 ps.
DAFTAR
PUSTAKA
Barbarossa,
G.; Matteo, A.M.; Armenise, M.N; (1995), Theoretical Analysis of Triple-Coupler
Ring-Based Optical Guided-Wave Resonator, IEEE
Journal of Lightwave Technology, Vol. 13, No. 2, Februari.
Chin,
M.K. & Ho, S.T., (1998), Design and Modelling of Waveguide-Coupled
Single-Mode Microring Resonators, IEEE
Journal of Lightwave Technology, Vol. 16, No. 8, Agustus
Hagness,
S.C., (1998), FDTD Computational
Electromagnetics Modelling of Microcavity Lasers and Resonant Optical
Structures, Dissertation, Electrical Engineering, Northwestern University
Evanston Illinois.
Hagness,
S.C.; Rafizadeh, D.; Ho, S.T; Taflove,
A., (1997), FDTD Microcavity Simulations: Design and Experimental Realization
of Waveguide-Coupled Single-Mode Ring and Whispering-Gallery-Mode Disk
Resonator, IEEE Journal of Lightwave
Technology, Vol. 15, No. 11, November.
Hidayat,
I.S., (2003), A Study on Optical
Microring-Resonator for Optical Wavelength Filter, Dissertation, School of Natural Science and
Technology Okayama University, Japan
Kashima,
N., (1995), Passive Optical Components
for Optical Fiber Transmission, Artech House, Boston
Manfred
H.; Hiremath, K.R.; Stoffer, R., (2000), Analytical
Approaches to the Description of Optical Microresonator Devices, MESA
Research Institute University of Twente, The Netherlands.
Manolatou,
C.; Khan, M.J.; Fan, S.; Villeneuve, P.R.; Haus, H.A.;
Joannopoulos, J.D, (1999), Coupling of Modes Analysis of Resonant
Channel Add-Drop Filters, IEEE Journal of
Quantum Electronics, Vol. 13, No. 9, September.
Poon,
J.K.S; Scheuer, J.; Mookherjea, S.; Paloczi, G.T.; Huang, Y,; Yariv, A., (2004)
“Matrix Analysis of Microring Coupled-Resonator Optical Waveguides”, Optics Express, Vol. 12, No. 1,
Januari.
Rabus,
D.G., (2002), Realization of Optical
Filters Using Ring Resonator With Integrated Semiconductor Optical Amplifiers
in GaInAsP /InP, Dissertation, Heinrich-Hertz-Institut fur
Nachrichtentechnik Berlin GmbH. Germany.