Tentang SosioHumanitas Unla

SosioHumanitas Unla merupakan Jurnal Ilmu-ilmu Sosial & Humaniora Universitas Langlangbuana.

Sosiohumanitas berisi karya ilmiah hasil penelitian atau pemikiran berdasarkan kajian literatur yang dimuat dalam bentuk media cetak oleh LPPM Universitas Langlangbuana Bandung.

Materi yang dibahas mencakup masalah dan isu-isu yang aktual mengenai aspek sosial budaya dan kemanusiaan lainnya.

ISSN 1410-9263.

Kualitas Pelayanan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan


Oleh :
Nining Harnani
Universitas Winaya Mukti Sumedang

 
ABSTRAK

Memasuki pasar bebas menjadikan persaingan dalam mendapatkan pelanggan saat ini semakin ketat. Pelanggan dapat dengan bebas memilih barang dan jasa yang sesuai dengan harapan dan keinginan mereka. Perkembangan pemasaran barang dan jasa tidak dapat dipisahkan, hal ini karena keberadaan pemasaran jasa diawali dengan semakin berkembangnya tingkat kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap keberadaan barang serta pelayanan pendukung. Kualitas pelayanan yang dikelola dengan tepat akan berkontribusi positif terhadap terwujudnya kepuasan dan loyalitas pelanggan. Kualitas pelayanan yang baik dan memuaskan dapat memberikan nilai tambah berupa motivasi khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Pada gilirannya, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Dalam kondisi demikian perusahaan dituntut untuk mampu memberikan pelayanan berkualitas untuk dapat merebut konsumen potensial.

Kata kunci: kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan


ABSTRACT

Enter the free market made the rivalry in getting current customers is increasingly tight. Customers can freely choose the goods and services in accordance with their wishes and expectations. The development of the marketing of goods and services cannot be separated, it is because of the existence of the service marketing begins with the growing level of need and desire of society to the existence of the goods as well as services supporting. The quality of service that is managed properly will contribute positively to the realization of customer satisfaction and loyalty. Good quality and satisfactory service can provide added value in the form of a special motivation for customers to establish mutually beneficial relationship bonds in the long run with the company. This kind of emotional bond enables companies to understand thoroughly the specific expectations and needs of customers. In turn, companies can increase customer satisfaction, where the firm maximizes pleasant customer experience and minimize or negate the customer experience less enjoyable. In such circumstances the company is required to provide a quality service to be able to seize potential consumers.

Keywords: service quality, customer satisfaction, customer loyalty





PENDAHULUAN
Pelanggan yang loyal merupa- kan asset penting bagi perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan dituntut dapat memberian kualitas terbaik dalam pelayanan maupun barang yang diberikan. Selain itu ada juga faktor kebiasaan, seseorang yang telah terbiasa menggunakan suatu merek atau perusahaan tertentu maka kemungkinan untuk berpindah ke pilihan yang lain akan semakin kecil. Kualitas pelayanan merupakan kunci untuk mempertahankan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Kualitas pelayanan merupakan hal yang paling penting bagi pelanggan daripada hal-hal lain yang dianggap sebagai pemenuh kepuasan.
Saat ini pelanggan  semakin kritis  dalam memilih jasa maupun barang yang benar-benar sesuai dengan harapan mereka. Oleh karena itu.pihak perusahaan harus tetap memperhatikan dan mempertahankan kualitas mutu jasa layanannya baik dari internal maupun faktor eksternal dari sisi eksternal, perusahaan dihadapkan pada tuntutan dari masyarakat yang semakin kritis atas seluruh jasa pelayanan yang diterimanya. Perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan pelayanan baik di bidang jasa maupun dalam kualitas produk yang ditawarkannya. Sedangkan dari sisi internalnya, perusahaan dihadapkan pada kemampuan sumber daya manusia meliputi kompetensi  yang dituntut dapat mengikuti perkembangan teknologi.
Penilaian kualitas suatu jasa adalah ketika pelanggan membandingkan dengan suatu standar internal yang ada sebelum mengalami jasa tersebut. Standar internal untuk menilai kualitas tersebut biasa disebut sebagai harapan pelanggan. Hal ini menyebabkan perusahaan dituntut dapat memberikan kualitas pelayanan yang prima terhadap para pelanggannya.
Menurut Parasuraman et al. dalam Sunyoto. (2013) disebutkan bahwa hal yang menjadi unsur dalam meningkatkan kualitas pelayanan bagi suatu perusahaan jasa adalah 5 macam, yaitu tangible (bukti fisik), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan emphaty (empati).
Selain itu, Goeth dan Davis dalam Sunyoto (2013) juga menyatakan bahwa kualitas adalah sebuah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kualitas pelayanan yang baik dan memuaskan akan dapat menjaga loyalitas pelanggan. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan  adalah selalu memperbaiki kualitas jasa layanan yang diberikan kepada para pelanggannya baik dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dalam rangka memberikan pelayanan prima maupun meningkatkan kualitas yang lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kualitas pelayanan
Pelayanan adalah suatu tindakan atau kinerja yang diberikan oleh perusahaan, baik kepada karyawan- nya maupun langsung kepada pelanggannya. Kualitas pelayanan yang baik (dapat memenuhi harapan pelanggan), akan meningkatkan kepuasan para penggunanya.
Menurut Zeithaml, Bitner & Dwayne (2006) mendefinisikan bahwa: “kualitas pelayanan adalah sebuah fokus evaluasi yang merefleksikan persepsi pelanggan tentang kualitas layanan reabilitas, kualitas jaminan, kualitas tanggung jawab, kualitas empati, dan kualitas fisik”.
Sugiarto dalam Sunyoto (2013) menyatakan bahwa kualitas atau mutu dalam industri jasa pelayanan adalah “suatu penyajian produk atau jasa sesuai ukuran yang berlaku ditempat produk tersebut diadakan dan penyampainnya setidaknya sama dengan yang diinginkan dan diharapkan konsumen”.
Menurut Zemke, Ron and Schaff, Dick dalam Fandy (2003) mengemukakan arti dari kualitas jasa atau kualitas pelayanan yaitu “membandingkan harapan mereka atas suatu pelayanan dengan kenyataan ataupun pengalaman yang mereka dapatkan atas pelayanan tersebut.”
Kotler (2012) menyatakan bahwa definisi kualitas adalah totalitas fitur dan karateristik atau jasa yang bergantung pada kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat”
Menurut Kotler (2004) pelayanan adalah "setiap kegiatan yang tergantung dalam suatu kumpulan atau atau kesatuan yang menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik".
Sedangkan Lukman (dalam Sinambela, 2006) berpendapat bahwa pelayanan adalah "suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang tertuju dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan meyediakan kepuasan pelanggan". Pendapat lain mengenai pelayanan dikemukakan oleh Granross (dalam Ratminto dan Winarsih, 2006).
Sehubungan dengan kualitas jasa atau pelayanan, Gronroos (dalam Arief, 2007) mengidentifikasikan adanya dua komponen dasar dalam kualitas jasa, yaitu kualitas teknis dan kualitas fungsional. Kualitas teknis adalah elemen yang relatif mudah untuk diukur secara objektif, baik oleh konsumen maupun oleh perusahaan sebagai penyedia jasa. Komponen ini menjadi dasar dalam menilai kualitas jasa, akan tetapi karena adanya interaksi langsung antara konsumen dengan produsen maka kualitas fungsional seperti lingkungan tempat mengantri sangat mempengaruhi penilaian konsumen terhadap kualitas jasa yang diterimanya.
Dari definisi diatas dikataan bahwa kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan konsumen, yaitu adanya kesesuaian atas harapan dengan persepsi manajemen, adanya kesesuaian antara persepsi atas harapan konsumen dengan standar kerja karyawan, adanya kesesuaian antara standar kerja karyawan dengan pelayanan yang diberikan, adanya kesesuaian antara pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dijanjikan dan adanya kesesuaian antara pelayanan yang diterima dengan yang diharapkan konsumen, (Sunyoto, 2013).
Dan berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampainnya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

Model Kesenjangan Kualitas Layanan
Parasuraman et al. dalam Sunyoto (2013) mengemukakan model kualitas layanan yang menyoroti beberapa syarat utama untuk memberikan kualitas layanan yang diharapkan. Dalam penelitian tersebut, diidentifikasikan lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian layanan, yaitu:
1.      Kesenjangan antara harapaan konsumen dan persepsi manajemen, di sini manajemen tidak selalu memahami benar yang menjadi keinginan pelanggan.
2.      Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas layanan, disini manajemen mungkin benar dalam memahami keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan standar pelaksanaan yang spesifik.
3.      Kesenjangan antar spesifikasi kualitas layanan dan penyampaian layanan, dimana para personil mungkin tidak terlatih baik dan mampu memenuhi standar.
4.      Kesenjangan penyampaian layanan dan komunikasi eksternal bahwa harapan konsumen dipengaruhi oleh pertanyaan yang dibuat para wakil dan iklan perusahaan.
5.      Kesenjangan antara layanan yang di terima dan layanan yang diharapkan, hal ini terjadi bila konsumen mengukur kinerja perusahaan dengan cara yang berbeda dan memiliki persepsi yang keliru mengenai kualitas layanan.


Dari beberapa batasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa kualitas layanan, seperti yang diterima atau dirasakan oleh konsumen, berasal dari perbandingan apa yang dirasakan perusahaan jasa tawarkan dengan persepsi mereka atas kinerja perusahaan yang menyediakan jasa.

Dimensi Kualitas Pelayanan
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan Parasuraman et.al dalam Sunyoto (2013) ditemukan 10 dimensi kualitas pelayanan atau service quality, yaitu:
1)      Reability, mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi kinerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama. Selain itu juga berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati.
2)      Responsibility, yaitu kemauan dan kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
3)      Competence, setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan agar dapat memberikan jasa tertentu.
4)      Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ni berarti lokasi terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi.
5)      Courtesy, meliputi sikap sopan sanun, respek, perhatian dan keramahan yang dimiliki para contant personel (misal resepsionis, operator telepon).
6)      Communication, memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengar- kan saran dan keluhan pelanggan. Hal ini berarti lokasi fasilitas yang mudah dijangkau, waktu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi.
7)      Credibility, sifat jujur dan dapat dipercaya, kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi dan interaksi dengan pelanggan.
8)      Security, aman dari bahaya, resiko atau keragu-raguan, aspek ini meliputi keamanan secara fisik, keamanan finansial dan kerahasiaan.
9)      Understanding (knowing the customer), untuk memahani kebutuhan pelanggan.
10)  Tangibles, yaitu bukti langsung dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, reputasi fisik dari jasa.

Dari 10 dimensi kualitas tersebut dalam perkembangan selanjutnya Parasuraman, et.al dalam Nasution (2004) merangkum menjadi 5 dimensi pokok kualitas pelayanan, yaitu:
1)      Tangibles (bukti langsung), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi.
2)      Reability (keandalan), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3)      Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4)      Assurance (jaminan), mencakup pengetahuan, kemampuan kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
5)      Emphaty (empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Menurut Gronroos dalam Arief (2007), terdapat tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa yaitu outcome-related (berhubungan dengan hasil), dan image related criteria (berhubungan dengan citra jasa). Ketiga kriteria tersebut masih dijabarkan menjadi enam yaitu :
1.      Professionalism and skills (profesionalisme dan ketrampilan)
Kriteria ini merupakan outcome-related criteria di mana pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem operasional dan sumber daya fisik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional.
2.      Attitudes and behavior (sikap dan prilaku)
Kriteria ini termasuk process-related criteria, pelangganmerasa bahwa karyawan perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka dan berusaha membantu dalam memecahkan masalah mereka secara spontan dan senang hati.
3.      Accessibility and flexibility (kemudahan pencapaian dan penyesuaian pelayanan)
Kriteria ini termasuk process-related criteria, pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, karyawan dan sistem operasional- nya dirancang dan dioprasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah. Selain itu, juga dirancang agar bersifat fleksibel dalam keinginan pelanggan.
4.    Reliability and trustworthninees (keandalan dan kepercayaan)
     Kriteria ini termasuk process-related criteria, pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi mereka bisa mempercaya- kan segala sesuatunya kepada penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya.
5.    Recovery (pengendalian situasi dan pemecahaan masalah)
     Kriteria ini juga termasuk process-related criteria, pelanggan menyadari bahwa apabila ada kesalahan dan bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan maka penyedia jasa akan segera segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencaari pemecahaan yang tepat.
6.    Reputation and credibility (nama baik dan dapat dipercaya)
Kriteria ini termasuk process-related criteria, Pelanggan meyakini bahwa oprasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan dapat memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan pengorbanan.

Definisi Loyalitas Pelanggan
Loyalitas menurut Oliver (1996) mengungkapkan bahwa “customer loyalty is deefly held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistenly to the future, despite situational influences and marketing efforts havieng the potential to cause switching behavior”, (Hurriyati, 2011).
Dari definisi di atas terlihat bahwa loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk barang/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku, (Hurriyati, 2011).
Menurut Griffin (2002), “Loyalty is defined as non random purchased expressed over time by some decision making unit”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukkan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih, (Hurriyati, 2011).
Loyalitas pelanggan adalah hubungan antara sikap relatif (relative attidute) terhadap entitas (merk/- layanan/toko/penjual) dengan perilaku berlangganan. Menurut Oliver (1996) loyalitas pelanggan adalah komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk yang diminati secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perilaku berpindah (Hurriyati, 2011).
Loyalitas pelanggan juga bisa berarti sebagai niat (intention) pelanggan untuk tetap bertahan menggunakan layanan dari penyedia layanan berdasarkan pengalaman masa lalu dan harapan masa datang.
Definisi Loyalitas menurut Kotler (2005), menyebutkan bahwa loyalitas pelanggan adalah suatu pembelian ulang yang dilakukan oleh seorang pelanggan karena komitmen pada suatu merek atau perusahaan. Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi suatu pelanggan untuk loyal, antara lain faktor harga: seseorang tentu akan memilih perusahaan atau merek yang menurutnya menyediakan alternatif harga paling murah diantara pilihan-pilihan yang ada.

Tingkatan loyalitas pelanggan
Menurut Hill dalam Hurriyati (2011), loyalitas pelanggan dibagi menjadi enam tahapan, yaitu :
1)   Suspect
Meliputi semua orang yang diyakini akan membeli (membutuhkan) barang/jasa, tapi belum memiliki informasi tentang barang/jasa perusahaan.
2)   Prospect
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu, dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Dan pada tahap ini, mesipun mereka belum melakukan pembelian tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi pihak lain (word of mouth).
3)   Customer
Pada tahap ini, pelanggan sudah melakukan hubungan transaksi dengan perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif terhadap perusahaan, dan loyalitas pada tahap ini belum terlihat.
4)   Clients
Meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang dibutuhkan dan ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini berlangsung lama, dan mereka telah memiliki sifat retention.
5)   Advocates
Pada tahap ini Clients secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli barang/jasa diperusahaan tersebut.
6)   Partners
Pada tahap ini telah terjadi hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara perusahaan dengan pelanggan, pada tahap ini pula pelanggan berani menolak produk/jasa dari perusahaan lain.

Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana yang diungkapkan Griffin (2002). Dan pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)      Melakukan pembelian secara teratur (makes regular repeat purchases).
2)      Membeli diluar lini produk/jasa (purchases across product and service lines).
3)      Merekomendasikan produk lain (refers other).
4)      Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of competition).

Relevansi antara kualitas dengan loyalitas
Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan perusahaan untuk memahani dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Pada gilirannya, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenang- kan. Selanjutnya, kepuasan pelanggan berontribusi pada terciptanya rintangan beralih (switching barriers), biaya beralih (switching cost), dan loyalitas terhadap pelanggan Tjiptono (2008).
Perusahaan khususnya di bidang jasa, diharuskan untuk semakin kreatif dan inovatif dalam melayani konsumen dengan memberikan pelayanan dan fasilitas yang semakin baik. Berbagai keinginan dan kebutuhan konsumen harus terus dipenuhi oleh perusahaan.
Kualitas pelayanan merupakan kunci untuk mempertahankan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Kualitas pelayanan merupakan hal yang paling penting bagi pelanggan daripada hal-hal lain yang dianggap sebagai pemenuh kepuasan.

KESIMPULAN
Dari bahasan di atas tersebut di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa kualitas pelayanan memiliki peranan penting dalam meningkatkan loyalitas pelanggan selain kualitas produk, emosional pelanggan, harga dan biaya, hal ini dikarenakan kualitas pelayanan, seperti yang diterima atau dirasakan oleh konsumen, berasal dari perbandingan apa yang dirasakan perusahaan tawarkan dengan persepsi mereka atas kinerja perusahaan yang menyediakan jasa.
Oleh sebab itu, perusahaan harus selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumennya sehingga dapat penjadi pelanggan tetap yang loyal terhadap perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. & Tantri F., (2012). Manajemen Pemasaran. Depok: Raja Grafindo  Persada.

Arief, (2007). Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Malang: Bayu Media Publishing.

Daryanto& Abdullah, (2013). Pengantar Ilmu Manajemen dan Komunikasi. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Griffin, J., (2002), Customer Loyalty. Jakarta :  Erlangga.

Hurriyati, R. (2011). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta.

Iqbal, H. (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:  Ghalia Indonesia.
Kotler, P. & Keller. (2012). Marketing Manajemen. Edisi 14. Global Edition. Pearson Prentice Hall.

Kotler, P. (2004). Manajemen Pemasaran: Analisis, perencanaan, implementasi, dan control, Edisi II, alih bahasa, Hendra Teguh. Jakarta:  PT. Prenhallindo.

Kotler,  P., (2005). Manajemen Pemasaran, Jilid 2. Jakarta. PT. Indeks  Kelompok  Gramedia.

 Nasution, M.N., (2004). Manajemen Jasa Terpadu. Cet. 2. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nitisusastro, M., (2012). Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Oliver, R.L., (1996). Satisfactian A Behavioral Perspective on the Customer. New York. McGraw Hill. Companies, inc.

Rahmayanty, N. (2010). Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ron, Z. (2003). Total Quality Service, Terjemaahan Fandy Tjiptono & Anastasia Dianan. Yogyakarta : Andi.

Sinambela, P.L. (2006). Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Aksara.

Sunyoto, D. (2013). Teori, Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tjiptono, F., (2008) Service Management, Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta: CV. Andi