(Studi Kasus Pengusaha Anyaman
Bambu Kota Tasikmalaya)
Oleh:
Widjajani, Dede Siti
Rohmah
Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung
ABSTRAK
Industri kecil
(IK) telah dikenal mempunyai peran yang cukup signifikan dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat. Untuk itu perlu diketahui bagaimana proses IK dalam mengelola usahanya
sehingga dapat berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan perilaku pengusaha
IK yang berhasil dalam mengelola usahanya. Perilaku yang dimodelkan hanya perilaku
strategis, yaitu perilaku yang dapat mengarah ke pembangunan keunggulan kompetitif
sesuai dengan teori resource-based view (RBV).
Pengusaha yang dimodelkan adalah pengusaha yang paling unggul di klaster IK
anyaman bambu di Kota Tasikmalaya. Metodologi pemodelan yang digunakannya itu menggunakan
soft system methodology (SSM). Model
yang dihasilkan merupakan empat model yaitu model perilaku menentukan strategi;
model perilaku melaksanakan produksi; model perilaku melaksanakan penelitian,
pengembangan dan inovasi; serta model perilaku melaksanakan pemasaran.
Kata kunci: industry kecil, perilaku strategis, resource-based view, soft
systems methodology.
ABSTRACT
Small industries has been known to have a significant role in improving the people's economy. Therefore it is important to know how the process of the owner managers manage their business in order to succeed. This study aims to model the behavior of a successful small industry’s businessman in managing their business. Only strategic behavior are modeled, i.e behavior that can lead to the development of competitive advantages in accordance with the theory of resource-based view (RBV). Owner manager
who modeled is the most successful entrepreneurs in woven bamboo cluster in Tasikmalaya, Indonesia. Modeling methodology used is soft systems methodology (SSM). The resulting model consist of four behavioral models
those are: behavioral
model to determine the strategy; behavioral model to implement
production; behavioral model of conducting research, development and innovation; and behavioral model of marketing.
Keywords: small
industries, strategic behaviour, resource-based view, soft system methodology.
PENDAHULUAN
Industri kecil (IK) merupakan motor penggerak ekonomi masyarakat, tidak saja
di Negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Peran IK telah terbukti
dapat menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat krisis ekonomi di tahun 1997.
Pemulihan
krisis ekonomi Indonesia
berjalan selama tujuh tahun dan beberapa studi telah menunjukkan bahwa IK mempunyai peranan yang cukup besar. IK
terbukti mempunyai ketahanan relatif lebih baik dibandingkan dengan usaha skala
lebih besar (Scarborough
& Zimmerer, 2005).
IK memiliki peranan
yang sangat strategis dan penting ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jumlah
industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi; potensinya yang besar dalam
menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi
yang sama pada usaha dengan skala lebih besar; serta kontribusi IK dalam peningkatan pendapatan masyarakat yang cukup
signifikan. Selain itu
IK memiliki sumbangan kepada devisa negara dengan nilai
ekspor yang cukup stabil. Oleh karena peranan IK yang cukup besar dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat, maka perlu diupayakan untuk membangun sebanyak-banyak-
nya IK yang berhasil sehingga
dapat bermanfaat maksimal dalam men- sejahterakan rakyat Indonesia.
IK mempunyai kinerja yang berbeda-beda. Ada IK yang sejak berdirinya hingga
berpuluh tahun kemudian walaupun tetap berjalan hanya saja dengan ukuran dan kondisi
hamper sama dengan saat berdirinya. IK seperti itu dinyatakan IK yang survive. Tingkatan berikutnya adalah IK
yang berkembang dan tumbuh (growth)
dari waktu ke waktu. Perkembangannya terlihat signifikan dan dapat teridentifikasi
secara jangka panjang. Tingkatan di atasnya ialah IK yang tidak hanya tumbuh tetapi
juga berhasil menjadi paling unggul di antara para pesaingnya. IK seperti itu
yang dinyatakan sebagai IK yang berkeunggulan kompetitif (competitive advantage).
Widjajani (2008) telah meneliti mengenai IK yang berkeunggulan kompetitif
di sentra-sentra IK Kota Bandung. Karena IK dikarakterisasi dengan “one man one management” (Staley dan
Morse, 1965), maka dalam penelitiannya tersebut Widjajani (2008) memodelkan perilaku
strategis pengusaha IK yang disebut sebagai manajer pemilik IK. Menurut Widjajani
(2008) perilaku strategis manajer pemilik IK adalah perilaku yang dilakukan oleh pemilik IK dalam menjalankan
perusahaannya sehingga berhasil mendapatkan keunggulan kompetitif dengan
mendayagunakan sumber daya strategis yang dimilikinya. Sumber daya strategis
yang dimiliki oleh manajer pemilik IK
tersebut berupa kompetensi entrepreneurial
yang dimilikinya, yaitu kombinasi dari beberapa kemampuan yang diperlukan
oleh manajer pemilik agar bisa mengelola usahanya dengan berhasil (Widjajani,
2008).
Hasil penelitian Widjajani (2008) berupa model yang dapat menggambarkan
perilaku pengusaha IK yang berkeunggulan kompetitif dalam bentuk proses. Proses
tersebut dapat menggambarkan bagaimana strategi usaha yang ditetapkan oleh
manajer IK dan bagaimana implementasi strategi tersebut ke dalam bagian-bagian
fungsional organisasi usahanya.
Penelitian Widjajani (2008) merupakan penelitian proses perilaku pengusaha
IK yang berhasil dengan konteks pengusaha IK yang berada di sentra IK di Kota
Bandung. Untuk mengetahui bagaimana proses perilaku pengusaha IK yang berhasil pada
konteks yang berbeda dapat dilakukan penelitian replikasi dari penelitian Widjajani
(2008).
Kota Tasikmalaya
termasuk salah satu kota yang memiliki ciri khusus sebagai Kota Industri Kecil
Kerajinan Tangan. Potensi Industri Kecil ini berkembang pesat, sampai akhir
tahun terdapat 2.640 unit usaha yang tersebar di 130 sentra dengan nilai
investasi sebesar Rp. 175.673.426.000,--; nilai produksi Rp. 1.081.091.447.000,-- dan mampu menyerap tenaga kerja
kurang lebih 28.311 orang (www.tasikmalaya.go.id). Komoditi yang
dihasilkan mencapai 23 komoditi
yang tersebar di berbagai sentra IK.
Salah satu sentra IK yang cukup dikenal ialah Sentra
IK Anyaman Bambu. Produk utama para pengrajin anyaman bambu barang-barang
perabot rumah tangga kebutuhan sehari-hari. Kerajinan bambu juga makin menarik minat
mancanegara, selain berkesan eksotis juga lebih ramah lingkungan. Pohon bambu
yang mudah dibudidayakan bukan saja mengurangi resiko terjadinya perambahan hutan
tetapi juga budidayanya mampu menyuburkan alam di sekitar lingkungan. Di Kota Tasikmalaya
tercatat ada 78 usaha IKM yang bergerak dalam produksi kerajinan bambu, dan pada
tahun 2010 mampu menciptakan hasil produksi senilai Rp 5,163 milyar.
Dari sekian banyak pengusaha IK anyaman bambu, tidak semua pengusaha dapat
berhasil membangun usahanya dengan baik. Untuk dapat mempelajari bagaimana pengusaha
IK anyaman bambu Tasikmalaya dapat berhasil dan lebih unggul dari pesaing-pesaingnya,
maka perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana proses pengusaha IK anyaman bambu
tasik yang unggul dalam menentukan strategi usahanya dan meng- implementasikan strategi
tersebut ke dalam keputusan-keputusan dalam operasional usahanya. Proses tersebut
dapat digambarkan dalam bentuk model perilaku strategis pengusaha IK anyaman bambu
yang berhasil dalam menjalankan usahanya.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini ialah membuat model perilaku strategis pengusaha
IK anyaman bambu di Tasikmalaya yang berkeunggulan kompetitif.
PEMBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini
dibatasi pada:
1.
Pengusaha IK yang dimodelkan ialah pengusaha
IK yang paling unggul di sentra IK anyaman bambu Tasikmalaya yang
diidentifikasikan pada saat penelitian ini dilakukan.
2.
Keunggulan dinyatakan dengan omzet, yaitu pengusaha
IK anyaman bambu yang mempunyai omzet paling tinggi di antara pesaing-pesaingnya
paling sedikit kurun satu tahun terakhir.
3.
Proses pemodelan mengikuti metodologi pemodelan
perilaku sesuai Widjajani (2008).
STUDI LITERATUR
Perilaku Strategis (Strategic
Behavior) dan Keunggulan Kompetitif
Perilaku strategis didefinisikan sebagai sekumpulan tindakan
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi lingkungan pasar sedemikian
sehingga dapat meningkat- kan keuntungan (Huschelrath, 2003). Lingkungan pasar
meliputi semua faktor yang mempengaruhi market
outcome (harga, kuantitas, keuntungan, kesejahteraan), termasuk
kepercayaan dari konsumen dan pesaing, jumlah pesaing aktual dan potensial,
teknologi produksi dari setiap perusahaan, dan biaya atau kecepatan pesaing
memasuki pasar (Widjajani, 2008). Perilaku
strategis menurut teori keunggulan kompetitif berbasis sumber daya (resource-based view) yaitu perilaku yang
dilakukan dengan mengidentifikasikan, men- dayagunakan dan mengembangkan sumber
daya strategis untuk dapat memperoleh keunggulan kompetitif (Fahy, 2000).
Keunggulan kompetitif (competitive advantage – CA) adalah
suatu faktor atau kombinasi dari faktor-faktor yang membuat suatu organisasi
menjadi lebih berhasil dari organisasi lainnya dalam lingkungan yang kompetitif
(Hayden, 1986) dan tidak dapat dengan mudah ditiru oleh pesaingnya (Widjajani, 208).
Teori keunggulan kompetitif berbasis sumber daya atau resource-based view (RBV) mengasumsikan bahwa setiap organisasi
merupakan kumpulan dari sumber daya dan kapabilitas unik yang memberikan dasar
bagi strateginya dan merupakan sumber utama dari pendapatannya (Widjajani,
2008). Akar teori dari model berbasis sumber daya adalah karya Penrose (1959)
yang mengkonseptualisasikan bisnis suatu perusahaan sebagai sekumpulan sumber
daya yang produktif, baik fisikal maupun manusia, serta melihat pertumbuhan
perusahaan sebagai proses dalam penggunaan sumber daya ini untuk
mengeksploitasi “kesempatan produktif” perusahaan dan meningkatkan basis sumber
daya perusahaan.
Tidak semua sumber daya bersifat kritis dalam menciptakan keunggulan
kompetitif (Peteraf, 1993), tetapi hanya sumber daya strategis, yaitu sumber daya yang dapat memberikan
manfaat terbesar berkelanjutan dalam menghadapi persaingan. Fahy (2000)
menyatakan bahwa sumber daya strategis merupakan sumber daya yang bersifat
bernilai, mempunyai hambatan untuk duplikasi dan dapat menyesuaikan diri.
Suatu IK merupakan usaha yang dikarakterisasi dengan ”one man one management”, artinya bahwa pengambil keputusan adalah
manajer pemilik IK tersebut. Oleh karena itu sumber daya strategis IK adalah
sumber daya yang dimiliki oleh manajer pemilik usaha tersebut. Sumber daya yang
dimiliki oleh seorang manajer pemilik IK adalah kompetensi entrepreneurial dari manajer pemilik tersebut (Widjajani, 2008).
Kompetensi
entrepreneurial merupakan karakteristik tingkat tinggi yang
meliputi asal usul personal, ketrampilan dan pengetahuan sehingga dapat dilihat
sebagai kemampuan total entrepreneur
untuk dapat melaksanakan peran dalam tugas-tugasnya dengan berhasil (Man et al., 2002; Lau et al., 1999). Para peneliti mengklasifikasikan kompetensi entrepreneurial menjadi berbagai jenis.
Widjajani (2008) mengkelompokkan kompetensi entrepreneurial
ke dalam enam jenis yang dapat dilihat di Tabel 1.
Konsep kompetensi entrepreneurial
mengasumsikan bahwa kepemilikan kompetensi begitu saja tidak dapat dengan serta
merta membuat seorang entrepreneur kompeten.
Kompetensi hanya dapat ditunjukkan oleh perilaku dan tindakan-tindakan
seseorang yang berhubungan dengan karakteristik kedinamisan dan keunggulan
kompetitif (Widjajani, 2008). Oleh karena itu dalam menginvestigasi bagaimana
proses seorang pengusaha IK yang berhasil memperoleh keunggulan kompetitifnya perlu
dilakukan pemodelan perilaku strategis pengusaha IK tersebut.
Perilaku strategis yang dimodelkan disini ialah perilaku yang menggunakan
sumber daya yang strategis, dalam hal ini perilaku entrepreneurial yang memenuhi kriteria sumber daya strategis yang
telah dijelaskan oleh Fahy (2000).
Tabel 1. Jenis-jenis Kompetensi
Entrepreneurial (Widjajani, 2008)
Jenis Kompetensi
|
Uraian
|
1. Kapabilitas Manajemen Rantai Pasok
|
Merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan rantai suplai terutama pemasaran dari produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, meliputi:
-
kemampuan untuk
mengenali peluang dan kebutuhan pasar;
-
kemampuan untuk
mengembangkan peluang pasar;
-
kemampuan untuk
mengidentifikasikan preferensi pasar spesifik yang dapat dilayani;
-
kemampuan untuk
mendesain rantai suplai dan memilih saluran distribusi;
-
kemampuan untuk
mendefinisikan produk yang ditawarkan;
-
kemampuan untuk
dapat memasarkan dan menjual produknya secara efektif dan efisien;
-
kemampuan untuk
dapat melakukan sensing dan linking pada pasar yang terfokus di
luar organisasi;
-
kemampuan untuk
melakukan integrasi aktivitas pemasaran, ketrampilan dalam segmentasi dan
penentuan target, dan melakukan pengefektifan program penentuan harga dan
iklan.
|
2. Kapabilitas Hubungan
|
Merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan pembangunan hubungan antarpersonal, meliputi:
-
kemampuan untuk melakukan kerjasama;
-
kemampuan untuk mendapat kepercayaan;
-
kemampuan untuk
mencari dan memelihara kontak dan koneksi;
-
kemampuan untuk
mempengaruhi orang (persuasif);
-
kemampuan untuk
berkomunikasi secara terampil;
-
kemampuan untuk membangun hubungan
interpersonal.
|
3. Kapabilitas Konseptual
|
Merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pengertian
(kognisi), menyerap informasi, mengartikannya, serta dapat mengolahnya untuk
menciptakan suatu konsep yang bermanfaat bagi perusahaan, meliputi:
-
kemampuan dan keterampilan dalam pengambilan
keputusan;
-
kemampuan dalam
menyerap dan mengerti informasi yang kompleks;
-
kemampuan mendayagunakan pengetahuan mengenai
konsumen dan pengetahuan mengenai pesaing;
-
kemampuan untuk
mendesain dan mengorganisasikan proses-proses manajemen.
|
4. Kapabilitas Mengorganisasi-kan
|
Merupakan kemampuan dalam mencari,
mengidentifikasikan dan mengorganisasikan sumber daya internal maupun
eksternal untuk dapat melaksanakan operasi perusahaan, meliputi antara lain:
-
kemampuan untuk mengorganisasikan sumberdaya
internal maupun eksternal;
-
kemampuan untuk mengidentifikasikan jenis
sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi;
-
kemampuan untuk menciptakan desain organisasi
yang efektif;
-
kemampuan yang
dapat mengkonfigurasikan dan mengintegrasikan sumber daya;
-
kemampuan untuk
memproduksi dan mengirimkan produk ke konsumen dengan dapat meyakinkan
prioritas kompetitif seperti kualitas, fleksibilitas, lead time, biaya, dependability;
-
kemampuan untuk
melakukan efisiensi proses produksi, reduksi biaya, meningkatkan konsistensi
dalam delivery, dan meningkatkan
keunggulan kompetitif;
-
kemampuan untuk
mengintegrasi sistem logistik, mengendalikan biaya, mengelola sumber daya
finansial dan manusia, meramalkan pendapatan, dan mengelola perencanaan
pemasaran.
|
5. Kapabilitas
Strategi
|
Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan perencanaan,
evaluasi dan implementasi strategi perusahaan, meliputi antara lain:
-
kemampuan untuk menentukan strategi masa
depan;
-
kemampuan untuk
mengevaluasi strategi yang sudah dilaksanakan;
-
kemampuan untuk
mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan.
|
6. Kapabilitas Komitmen
|
Merupakan kemampuan yang berhubungan
dengan komitmen untuk tetap ingin terus belajar, bergerak maju, berinovasi,
meliputi antara lain:
- kemampuan untuk bergerak maju dalam bisnisnya;
-
kemampuan untuk menciptakan jalur tindakan baru;
-
kemampuan untuk menciptakan sumber daya baru;
- kemampuan untuk menyeimbangkan jalur masa lalu dan masa
depan;
-
kemampuan untuk berinovasi;
- kemampuan untuk mengembangkan produk dan proses baru,
dan mendapatkan kinerja teknologikal dan atau manajemen yang sangat baik
(superior);
- kemampuan untuk menyeimbangkan dalam memelihara kondisi
saat ini dengan menanam untuk masa depan;
- kemampuan untuk mengidentifikasikan kesenjangan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk dapat mengeksploitasi peluang
pasarnya;
- kemampuan untuk mengadakan atau mengakses,
mengkonfigurasi dan mendayagunakan rantai sumber daya untuk mengungkit (leverage) produk yang ditawarkan agar
mampu menciptakan nilai pada pasar yang ditargetkan oleh perusahaan;
- kemampuan dan keberanian dalam mengambil risiko.
|
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi sebagian dari penelitian
Widjajani (2008) dengan konteks yang berbeda. Oleh karena itu metodologi
penelitian yang dilakukan mengikuti metoda penelitian dari Widjajani (2008)
yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut:
1.
Pendekatan
metodologikal yang dilakukan adalah metodologi penelitian kualitatif dengan
pendekatan eksploratori.
2.
Manajer pemilik IK
yang diteliti adalah manajer pemilik IK yang paling unggul (mempunyai omzet
terbesar) dari semua IK yang ada di dalam sentra dan telah berdiri lebih dari
satu tahun.
3.
Data yang diambil
berupa data aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan oleh manajer pemilik
tersebut, dengan menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Widjajani
(2008).
Pemodelan dilakukan dengan menggunakan soft
system methodology (SSM) sesuai dengan Gambar 1. Proses pemodelan hanya dilakukan sampai dengan tahap 3 saja, yaitu
pembandingan model dengan dunia nyata (verifikasi model) dan kemudian dilakukan
perbaikan model jika terdapat ketidaksesuaian dengan dunia nyata.
Gambar 1. Proses
pemodelan dengan SSM (Checkland dan Scholes
dalam
Widjajani, 2008)
HASIL PENELITIAN
Pengusaha
yang paling unggul di Sentra IK Anyaman Bambu adalah Bapak DA. Bersama kedua adiknya
ia mendirikan perusahaan produsen anyaman bambu PH dengan sasaran pasar dalam negeri
maupun pasar ekspor.
Pada saat ini
PH memperkerjakan sebanyak 44 orang yang terbagi menjadi 2 (dua) sistem yaitu pekerja
borongan dan permanen. Pekerja borongan digunakan hanya sesekali jika ada pesanan
yang banyak dengan waktu yang relatif pendek, sedangkan pekerja permanen adalah
yang rutin membuat aneka produk kerajinan walaupun tidak ada pesanan. Kebanyakan
pengrajin adalah ibu-ibu rumah tangga.
Produk yang
dihasilkan oleh PH ini adalah tetenong (cake
box), kotak laundry, picnic box, tudung
saji, tempat parsel, keranjang buah-buahan, dengan harga sekitar Rp 10.000,-- –
Rp 150.000,--. Pada saat ini omzet perusahaan mencapai Rp 40 juta – Rp 60 juta
per bulan atau sekitar Rp 500 juta – 800 juta rupiah per tahun dengan pasar
lokal beberapa kota besar di Indonesia (Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bandung,
Solo dan Yogyakarta) dan pasar manca Negara seperti Singapura, Australia, Uni Emirat
Arab, Kuwait dan Arab Saudi.
Model Perilaku Strategis dari bapak Dedi dapat dilihat pada Gambar 2 sampai
dengan Gambar 5.
KESIMPULAN
Model Perilaku Strategis Pengusaha IK Anyaman Bambu yang berhasil terdiri
empat model yaitu Model Perilaku Menentukan Strategi, Model Perilaku
Melaksanakan Produksi, Model Perilaku Melaksana- kan Litbang dan Inovasi, Model
Melaksanakan Pemasaran.
Model Perilaku Menentukan Strategi merupakan model perilaku yang menjadi
payung atau dasar dari proses-proses bisnis secara keseluruhan. Dari model
menentukan strategi dapat dilihat adanya proses belajar dari pengalaman yang
kemudian menjadi dasar untuk menentukan produk dan pasar yang dimasuki.
Setelah penentuan produk dan pasar tersebut cita-cita usaha dapat
ditentukan. Selain cita-cita usaha maka untuk menjaga keunggulannya maka
manajer pemilik juga harus menentukan strategi membangun kapabilitas yang oleh
Widjajani (2008) disebut sebagai Strategi Kapabilitas Bersaing. Untuk manajer
pemilik anyaman bambu strategi kapabilitas bersaingnya dilakukan dengan membuat
atau merancang sendiri komponen kritis yang menentukan kualitas produk.
Strategi dalam menentukan produk dan pasar kemudian diterjemahkan ke dalam
strategi-strategi fungsional yaitu strategi pemasaran, strategi finansial,
strategi sumber daya manusia, strategi teknologi informasi, strategi litbang
dan strategi operasi.
Dalam proses implementasi bisnis maka ada tiga model perilaku pelaksanaan,
yaitu model perilaku melaksanakan operasi, model perilaku melaksanakan litbang
dan inovasi serta model perilaku melaksanakan pemasaran. Model pelaksanaan ini
dilakukan dengan mengikuti arahan strategi yang sudah ditetapkan di proses
menentukan strategi.
DAFTAR PUSTAKA
Checkland, P. dan Scholes, J. (1990): Soft Systems Methodology in Action. John
Wiley dan Sons Ltd., Chichester.
Fahy, J.
(2000): The Resource-Based View of The Firm: Some Stumbling-Blocks on The Road
to Understanding Sustai- nable Competitive Advantage, Journal
of European Industrial Training,vol. 24, issue 2/3/4, 94-104.
Hayden, C.
L. (1986): The Handbook of Strategic
Enterprise, The Free Press, New York, NY.
Huschelrath,
K. (2003): Strategic Behavior of
Incumbents Rationality, Welfare, and Antitrust Policy, WHU Graduate School
of Mana- gement Institute for Industrial
Organization, Vallendar.
Lau, T., Chan, K. F., dan Man, T. W. Y.
(1999): Entrepreneurial and Managerial Competencies: Small Business Owner
Managers in Hongkong, dalam: Fosh, P., Chan, A.W., Chow, W.W. S., Snape, E. dan
Westwood, R. (eds.), Hongkong Management
and Labour: Change and Continuity. Routledge, London.
Man, T. W. Y., Lau, T. dan Chan, K.F.
(2002): The Competitiveness of Small and Medium Enterprises: A Conceptuali- zation
with Focus on Entrepreneurial Competencies, Journal
of Business Venturing, 17, 123-142.
Penrose, E.
T. (1959): The Theory of the Growth of
The Firm, third edition, John Wiley, New York.
Scarborough,
N.M. & T.W. Zimmerer. 2005, Essentials
of Entre-preneurship and
Small Business Management, Fourth Edition, New Jersey: Prentice-Hall.
Staley, E. dan
Morse, R. (1965): Modern Small Industry
for Developing Countries, McGraw Hill, New York.
Widjajani,
(2008): Perilaku Strategis Industri Kecil
untuk Mem- bangun
Keunggulan Kompetitif di Sentra Industri Kecil Kota Bandung dengan Pendekatan
Berbasis Sumber Daya,
Disertasi, ITB.