Tentang SosioHumanitas Unla

SosioHumanitas Unla merupakan Jurnal Ilmu-ilmu Sosial & Humaniora Universitas Langlangbuana.

Sosiohumanitas berisi karya ilmiah hasil penelitian atau pemikiran berdasarkan kajian literatur yang dimuat dalam bentuk media cetak oleh LPPM Universitas Langlangbuana Bandung.

Materi yang dibahas mencakup masalah dan isu-isu yang aktual mengenai aspek sosial budaya dan kemanusiaan lainnya.

ISSN 1410-9263.

Aplikasi Biometrik untuk Identifikasi Iris Menggunakan Glcm (Gray Level Co Matrix) dan Hough Transform


Oleh:
Andriana, Zulkarnain
Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung

 
ABSTRAK

Biometrik adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari identifikasi dan verifikasi individu berdasarkan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia, salah satunya dengan menggunakan iris. Penelitian ini menyajikan metode pengolahan citra untuk identifikasi iris dengan teknik non-intrusif. Tahapan umum yang dilakukan pada biometrik identifikasi iris adalah akuisisi citra, segmentasi citra, ekstraksi ciri dan pencocokan citra. Metode Hough Transform merupakan tahap segmentasi mencari lingkaran iris dan Gray Level Co Matrix (GLCM) merupakan tahap segmentasi untuk mencari pola, dengan menghitung nilai rata-rata, intensitas, entropi, homogenitas dan energi sebagai parameter proses ekstraksi dan jarak Euclidean pada tahap pencocokan citra. Hasil perhitungan disimpan ke dalam akumulator. Selisih nilai terkecil pada proses pencocokan merupakan iris yang dikenali pada proses uji. Hasil dari pengujian sistem menunjukkan metode GLCM dan Hough Transform dapat mengidentifikasi iris mata dengan tingkat akurasi 100% dan tingkat keberhasilan dengan kategori baik.

Kata kunci: Biometrik, GLCM,  Hough Transform, jarak Euclidean


ABSTRACT

Biometrics is a field of science that studies the identification and verification of individuals based on physical or behavioral characteristics of human beings, one of them by using the iris. This study presents a method of image processing for iris identification with non-intrusive techniques. Common steps taken in biometric iris identification is image acquisition, image segmentation, feature extraction and image matching. Hough Transform method is a stage of searching for a circle iris segmentation and Gray Level Co Matrix (GLCM) is a segmentation stage to look for patterns, by calculating the average value, intensity, entropy, homogeneity and energy as a parameter extraction process and the Euclidean distance on stage image matching. The calculation result is stored into the accumulator. Difference smallest value in the process of matching the iris which is known to test the process. Results of the testing system shows GLCM and Hough Transform method can identify the iris with a 100% accuracy rate and the success rate with both categories.

Keywords: Biometrics, GLCM, Hough Transform, Euclidean Distance


PENDAHULUAN
Biometrik adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari identifikasi dan verifikasi individu berdasarkan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia. Biometrik yang berdasarkan tingkah laku berhubungan dengan perilaku seseorang seperti tanda tangan, mengetik, gaya berjalan atau pola suara. Sedangkan biometrik berdasar karakteristik fisik berhubungan dengan bentuk tubuh manusia seperti sidik jari, wajah, suara, bentuk geometri tangan dan mata. Biometrik yang baik memiliki karakteristik ciri yang unik yaitu tidak ada kemungkinan dua orang memiliki ciri yang sama, stabil yaitu tidak termakan oleh perubahan waktu, mudah didapatkan dan memiliki tingkat kesalahan yang kecil dalam merepresentasikan ciri tersebut. Saat ini Iris merupakan biometrik handal yang banyak digunakan untuk kebutuhan identifikasi.
Oleh karena itu berbagai macam pendekatan dikembangkan agar dapat mengenali Iris. Salah satunya adalah dengan teknik instrusif dan non-instrusif. Teknik instrusif mengharus- kan subjek menggunakan perangkat tertentu seperti lensa kontak khusus agar dapat mengenali mata. Sedangkan teknik non-instrusif disisi lain tanpa memerlukan perangkat khusus. Dalam penelitian ini teknik non-intrusif dipilih dalam proses identifikasi Iris. Teknik ini sangat cocok untuk tujuan Identifikasi Iris karena tidak harus bergantung pada perangkat khusus tertentu.
Selanjutnya Metode (Gray Level Co Matrix) GLCM dan hough transform dipilih sebagai metode untuk dapat mengenali pola iris. GLCM dipilih karena pada umumnya banyak digunakan untuk pendeteksian objek dengan pola mean, intensity, entropy, homogenity dan energy. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang Iris menggunakan teknik non-instrusif dan metode GLCM dan hough transform sebagai algoritma pengenalan pola iris.

Tinjauan Pustaka
Biometrik
Biometrik adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari identifikasi dan verifikasi individu berdasarkan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia.Teknologi biometrik menjadi dasar dari identifikasi yang aman dan solusi untuk verifikasi pribadi. Teknologi biometrik sebaiknya dipertimbangkan dan dievaluasi dengan karakterisitik sebagai berikut:
·         Universality, setiap orang harus memiliki karakterisik.
·         Uniqueness, pada umumnya tidak ada 2 orang yang memiliki karakteristik identik.
·         Permanence, karakteristik seharus- nya tidak bergantung terhadap waktu. Sebagai contoh wajah seseorang akan berubah saat mengalami penuaan.
·         Collectibility, karakteristik harus mudah didapat dan terukur.
·         Performance, metoda yang digunakan harus memberikan hasil yang akurat dalam keadaan lingkungan yang bervariasi.
·         Acceptability, masyarakat harus menerima rutinitas pengumpulan sampel.
·         Circumvention, teknologi yang digunakan seharusnya sulit untuk dikelabui.

Biometrik menawarkan beberapa keunggulan unik dalam meng- indentifikasi manusia. Biometrik bekerja cepat, mudah digunakan, akurat, dapat diandalkan, dan memiliki biaya yang relatif murah untuk berbagai aplikasi. Sistem biometrik dapat dioperasikan dengan dua metode berikut:
1.      Verifikasi; perbandingan antara satu biometrik yang ditangkap dengan satu template yang ada digunakan untuk memverifikasi bahwa individu tersebut adalah benar orang yang diklaimnya.
2.      Identifikasi; membandingkan biometrik dengan database biometrik dalam upaya mengidentifikasi individu yang tidak diketahui.

Karakteristik biometrik dibagi dalam dua kelas utama:
·         Fisiologis, berhubungan dengan bentuk tubuh
·         Behavioral, berkaitan dengan perilaku seseorang

Mata
Mata adalah salah satu organ tubuh manusia yang memiliki fungsi yang sangat vital yaitu untuk mengetahui apakah suatu lingkungan terang atau gelap sehingga manusia bisa melihat. Mata disusun oleh organ-organ dalam seperti kornea, sklera, pupil, iris, retina dan lensa.
Selain memiliki fungsi yang vital, mata memiliki keistimewaan tersendiri jika dilihat dari sisi keilmuan. Tingkat randomness dan keunikan pola yang dimiliki mata manusia merupakan suatu terobosan besar dalam dunia identifikasi manusia secara otomatis. Biometrik sebagai bidang ilmu yang mempelajari identifikasi dan verifikasi individu berdasarkan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia, menjadikan mata (Iris) sebagai salah satu biometrik handal yang banyak digunakan saat ini.
Pernyataan diatas dikuatkan oleh hasil studi yang dilakukan oleh John Daugmann dan Cathryn yang menunjukkan bahwa lebih dari dua juta pasang mata manusia dalam gambar yang diambil oleh relawan di Inggris, Amerika Serikat dan Jepang tidak ada dua pola mata yang sama bahkan sepertiga dari bentuk mata mereka. Bahkan wajah yang identik secara genetik (misalnya kembar) memiliki pola mata yang berbeda. Bila dibandingkan dengan biometrik lain seperti sidik jari, wajah, suara, geometri tangan maka Iris dianggap biometrik yang paling handal yang banyak digunakan oleh organisasi-organisasi besar seperti bank, maskapai penerbangan dan imigrasi yang mencari sistem keamanan yang lebih efektif.

Segmentasi
Iris didasarkan pada fakta bahwa iris mata manusia berisi fitur unik yang benar-benar membedakan seseorang. Tujuan sebenarnya dalam penelitian ini dapat ditemukan dalam pola mata. Dengan demikian, langkah pertama dalam menerapkan sistem biometrik adalah mengisolasi wilayah mata dari bagian lain dari citra yang tidak memiliki relevansi. Dengan demikian, dalam langkah ini sistem harus mampu mendeteksi batas-batas tepi dan mengisolasi bagian di dalam gambar. Dalam penelitian ini proses segmentasi dilakukan dengan proses deteksi tepi menggunakan operator Prewitt dan metode GLCM.

Deteksi Tepi Prewitt
Deteksi tepi adalah tool dasar yang digunakan di sebagian besar aplikasi pengolahan citra untuk mendapatkan informasi dari frame sebagai langkah pendahulu untuk segmentasi objek dan ekstraksi ciri. Proses ini mendeteksi garis dari sebuah objek dan batas-batas antara objek dan latar belakang dalam gambar. Filter deteksi tepi juga dapat digunakan untuk meningkatkan citra masukan yang kabur akibat noise. Dasar dari operator deteksi tepi adalah operator gradien daerah matriks yang menentukan tingkat varian antara piksel yang berbeda. Operator deteksi tepi dihitung dengan membentuk matriks yang berpusat pada piksel yang dipilih sebagai pusat area matriks. Jika nilai daerah matriks ini berada diatas ambang tertentu, maka piksel tengah diklasifikasikan sebagai sebuah tepi. Contoh detektor tepi berbasis gradien adalah detektor tepi Roberts, Prewitt, Sobel dan operator. Semua algoritma berbasis gradien memiliki operator kernel yang menghitung kekuatan lereng ke arah yang orthogonal satu sama lain, biasanya vertikal dan horizontal. Kemudian, kontribusi dari berbagai komponen dari lereng digabungkan untuk memberikan nilai keseluruhan dari kekuatan tepi.

Hough Transform
Hough Transform merupakan teknik segmentasi yang digunakan pada pengolahan gambar untuk menemukan bentuk (garis/kurva) dengan menggunakan sistem suara terbanyak (voting). Secara umum Hough Transform dapat dilakukan untuk pendeteksian objek seperti garis, lingkaran atau elips pada citra yang telah dilakukan pemrosesan awal (pra-processing). Namun hasil pemrosesan awaldapat menyebabkan hilangnya beberapa piksel atau malah menimbulkan noise. Saat terjadi penurunan kualitas pada gambar, Hough Transform dapat diterapkan dengan cukup baik. Hal ini dikarenakan Hough Transform toleran terhadap celah dalam deskripsi batas tepi dan relatif tidak terpengaruh oleh noise. Masukan Hough Transform adalah berupa piksel-piksel dalam sistem koordinat tertentu.


GLCM (Gray Level Co Matrix) 
GLCM merupakan proses segmentasi untuk Ekstraksi ciri yaitu suatu proses pengambilan ciri dari suatu bentuk yang nantinya nilai yang diperoleh akan dianalisis untuk proses selanjutnya. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah dengan menghitung nilai mean, intensitas, entropy, homogenitas dan energi.

Euclidean Distance
Dalam matematika, jarak euclidean atau euclidean metrik adalah jarak antara dua titik yang satu dengan yang lain yang dapat diukur dengan menggunakan penggaris, pada perhitungan jarak euclidean digunakan formula Pythagoras. Dengan meng- gunakan formula ini sebagai jarak, ruang euclidean menjadi ruang metrik. Pada perhitungan euclidean distance nilai yang didapatkan adalah nilai positif. Similaritas yang dihitung dengan menggunakan Euclidean distance diperoleh dengan mendapat- kan nilai terendah. Dua hal yang dibandingkan dan dihitung dengan menggunakan euclidean distance dapat dikatakan mirip jika nilai yang didapatkan adalah nilai paling rendah bahkan mendekati 0. Hasil ekstraksi ciri akan digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemiripan terhadap hasil ekstraksi ciri pada data uji coba.

Metode Penelitian
Analisis Kebutuhan Sistem
Untuk mencapai tujuan penelitian dalam membangun sebuah aplikasi biometrik dalam mengenali  Iris dengan menggunakan metode GLCM dan Hough Transform, maka dilakukan analisis kebutuhan sistem untuk memahami apa saja yang dibutuhkan dan yang harus dicapai dalam setiap tahapan-tahapan proses.
1.      Tahap Akuisisi Citra
Sistem harus mampu menghasil- kan citra masukan yang optimal dengan menggunakan perangkat yang ada.
2.      Tahap Pemrosesan Awal
Sistem melakukan proses Grayscalling dan Smoothing untuk mengurangi derau (noise) pada citra masukan.


3.      Tahap Segmentasi Citra
Sistem harus mampu men- segmentasi wilayah mata dari wilayah lain yang tidak dibutuhkan oleh sistem.
4.      Tahap Ekstraksi Ciri
Sistem harus mampu menghasilkan ciri dari mata dengan menghitung nilai-nilai pembanding.
5.      Tahap Matching Citra
Sistem harus mampu meng- identifikasi citra hasil pelatihan dengan citra uji dan menghasilkan keputusan akhir.

Berikut ini adalah blok diagram dari setiap tahapan-tahapan proses  Iris (Lihat Gambar 1)


Gambar 1. Blok Diagram Proses  Iris

Dalam mengolah keseluruhan proses, dimanfaatkan fungsi-fungsi dalam software MATLAB R2012A yang dioperasikan dibawah sistem operasi Windows 8.

Metodologi Pengembangan Sistem
Metodologi waterfall dipilih dalam melakukan analisis pengembangan sistem pengenalan pola iris mata. Metodologi ini sangat sesuai dengan sistem yang akan dibangun, dikarenakan dalam pengembangannya metode waterfall memiliki tahapan yang runut. Keluaran dari tahap sebelumnya merupakan masukan untuk tahap berikutnya. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam metode waterfall :
1.      Analisis Kebutuhan Sistem
Pertama-tama dilakukan analisis kebutuhan dalam perancangan sistem yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu Software dan Hardware.
2.      Desain Sistem
Dalam tahap ini yang dimaksud dengan desain sistem adalah desain arsitektur perancangan dan desain GUI (Graphical User Interface).
3.      Implementasi Kode Program
Tahapan selajutnya dilakukan pemrograman sistem. Pembuatan Software dipecah menjadi modul-modul yang nantinya akan digabungkan menjadi satu kesatuan.
4.      Pengujian Sistem
Dalam tahap ini modul-modul yang yang sudah digabungkan akan diuji untuk mengetahui apakah modul sudah memenuhi fungsi yang diinginkan atau belum.
5.      Pemeliharaan Sistem
Software yang sudah jadi dijalankan serta dilakukan pemeliharaan sistem. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan sistem yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya.

Perancangan Sistem
Setelah dilakukan analisis kebutuhan sistem, langkah selanjutnya adalah merancang tahapan-tahapan aplikasi biometrik dalam melakukan  Iris. Berikut ini adalah flowchart sistem yang dibangun (Lihat Gambar 2)


Gambar 2. Flowchart Sistem

Tahap Ekstraksi Ciri dengan GLCM
Penghitungan nilai-nilai tersebut dilakukan untuk mendapatkan parameter pembanding. Parameter hasil perhitungan dijadikan ciri yang akan digunakan untuk proses matching citra. Berikut ini adalah flowchart dan tampilan antarmuka dari proses ekstraksi ciri (Lihat Gambar 3).



Gambar 3. Flowchart Ekstraksi Ciri

Tahap Matching Citra
Tahap akhir dalam pengenalan pola iris mataadalah verifikasi. Seperti yang sudah dijelaskan dalam sub bab perancangan sistem, dalam tahap ini terdapat 2 jenis citra yaitu citra uji dan citra latih. Citra uji memiliki tahapan yang sama dengan citra latih namun yang membedakan adalah pada akhir proses. Citra latih disimpan ke dalam database, sedangkan citra uji akan diverifikasi atau dibandingkan dengan citra latih yang sudah disimpan kedalam Database. Berikut ini adalah flowchart proses verifikasi kode biner iris (Lihat Gambar 4)




Gambar 4.  Flowchart Verifikasi Kode Biner Iris

Hasil dan Pembahasan
Pengujian Sistem
Pengujian merupakan bagian penting dalam proses pengembangan aplikasi ke depan. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian dari tujuan awal dan untuk mengetahui apakah aplikasi mampu menjalankan fungsi-fungsi sesuai dengan yang diharapkan. Data hasil pengujian nantinya akan digunakan untuk analisis aplikasi sehingga user bisa mengembangkan aplikasi lebih baik lagi. Metode pengujian yang digunakan adalah metode Blackbox.
Metode Blackbox merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak berfungsi dengan benar, dengan tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Pengujian sistem yang dilakukan terdiri dari proses akuisisi citra, pemrosesan awal, segmentasi citra, ekstraksi ciri dan matching citra.

Pengujian Akuisisi Citra
Pengujian akuisisi citra dilakukan dengan mengakuisisi 10 sampel berbeda. Total 10 citra latih disimpan ke dalam folder lokal. Sedangkan proses akuisisi citra uji dilakukan dengan mengakuisisi salah satu dari 10 sampel sebanyak 1 kali akuisisi.

Pengujian Pemrosesan Awal
Pemrosesan awal melakukan pengolahan citra pada citra masukan hasil akuisisi citra. Langkah pertama adalah dengan melakukan konversi layer RGB menjadi layer graylevel (derajat keabuan). Setelah itu dilakukan penghalusan pada citra hasil Grayscale dengan menggunakan fungsi Gaussian Smoothing.

Pengujian Segmentasi Citra
Segmentasi yang dilakukan adalah deteksi tepi menggunakan operator Prewitt dan deteksi lingkaran menggunakan GLCM. Deteksi tepi mendeteksi setiap tepi pada citra dengan operator kernel yang menghitung kekuatan gradien ke arah vertikal dan horizontal. Kontribusi dari berbagai komponen dari lereng digabungkan untuk memberikan nilai keseluruhan dari kekuatan tepi. Hasil deteksi tepi digunakan GLCM untuk mendeteksi lingkaran dengan cara menghitung nilai radius setiap piksel yang terdeteksi. Hasil perhitungan disimpan kedalam accumulator.
Untuk mengetahui presentase keberhasilan Hough Transform dalam mendeteksi lingkaran maka dilakukan pengambilan parameter-parameter nilai hasil perhitungan dari 10 sampel citra latih. Parameter nilai maxval menjadi tolak ukur kategori keberhasilan Hough Transform dalam mendeteksi lingkaran.Maxval adalah jumlah piksel yang menyusun lingkaran mata pada citra. Jika suatu citra latih memililki nilai maxval diatas 20 maka dapat disimpulkan lingkaran mata terdeteksi dengan baik. Berikut ini adalah tabel presentase keberhasilan Hough Transform (Lihat Tabel 1).

Tabel 1. Tingkat Keberhasilan Hough Transform
Parameter
Nilai
Tingkat Keberhasilan
Keterangan
Maxval ≥ 20 piksel
Baik
Garis lingkaran dan bentuk mata bulat sempurna
20≥ maxval ≥ 10 piksel
Sedang
Garis lingkaran mata putus-putus
Maxval ≤ 10 piksel
Kurang
Mata tidak terdeteksi (kosong)

Dari total 30 citra latih yang disimpan dalam folder lokal, 28 citra latih memiliki tingkat keberhasilan baik (nilai maxval diatas 20 piksel). Sedangkan 2 citra latih memiliki nilai dengan tingkat keberhasilan sedang (nilai maxval di antara 20 piksel dan 10 piksel). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan dari 30 citra latih hasil akuisisi sistem dapat mengenali lingkaran dari mata dengan tingkat akurasi mencapai 100% dan tingkat keberhasilan dengan kategori baik.

Pengujian Ekstraksi Ciri
Pengujian ekstraksi dilakukan dengan pengambilan ciri dari citra latih dan citra uji yaitu dengan menghitung nilai pembanding nya. Berikut ini adalah tabel nilai parameter dari 10 sampel citra latih proses akuisisi ke-1 (Lihat Tabel 2)
Tabel 2. Parameter Nilai Pembanding



Hasil Pengujian Sistem
Dalam pengujian ini dilakukan beberapa pengujian modul yang terdapat dalam aplikasi biometrik  Iris. Berikut ini adalah tahapan dan hasil pengujian yang telah dilakukan.



Hasil Pengujian Akuisisi Citra
Berikut ini hasil pengujian proses pengambilan citra (Lihat Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Pengujian Akuisisi Citra
Akuisisi Citra
Data Masukan
Yang Diharapkan
Pengamatan
Kesimpulan
Mata sampel
Menghasilkan input berupa citra menggunakan kamera
Pengambilan sampel mata berhasil
[X] Diterima
[   ] Ditolak


Hasil Pengujian Pemrosesan Awal
Berikut ini hasil pengujian pemrosesan awal citra masukan (Lihat Tabel 4)

Tabel 4. Hasil Pengujian Pemrosesan Awal
Pemrosesan Awal
Data Masukan
Yang Diharapkan
Pengamatan
Kesimpulan
Citra hasil akuisisi
Mengkonversi citra kedalam bentuk graylevel dan image smoothing
Konversi graylevel dan image smoothing berhasil
[X] Diterima
[   ] Ditolak


Hasil Pengujian Segmentasi Citra
Berikut ini hasil pengujian segmentasi citra (Lihat Tabel 5).



Tabel 5 Hasil Pengujian Segmentasi Citra
Segmentasi Citra
Data Masukan
Yang Diharapkan
Pengamatan
Kesimpulan
Citra hasil pemrosesan awal
Mensegmentasi wilayah mata dari wilayah lain yang tidak dibutuhkan oleh sistem.
Citra mata berhasil disegmentasi
[X] Diterima
[   ] Ditolak


Hasil Pengujian Ekstraksi Ciri
Berikut ini hasil pengujian ekstraksi ciri (Lihat Tabel 6).
Tabel 6 Hasil Pengujian Ekstraksi Ciri
Ekstraksi Ciri
Data Masukan
Yang Diharapkan
Pengamatan
Kesimpulan
Citra hasil segmentasi
Menghasilkan nilai pembanding dengan menghitung nilai mean, intensity, entropy, homogeneity dan energy
Penghitungan nilai mean, intensity, entropy, homogeneity dan energy berhasil
[X] Diterima
[   ] Ditolak


Hasil Pengujian Matching Citra
Berikut ini hasil pengujian Matching citra (Lihat Tabel 7).
Tabel 7 Hasil Pengujian Matching Citra
Matching Citra
Data Masukan
Yang Diharapkan
Pengamatan
Kesimpulan
Nilai hasil ekstraksi ciri
Mencocokan citra latih dan citra uji dengan menghitung nilai pembanding citra latih dan citra uji
Penghitungan nilai pembanding berhasil namun kecocokan antara citra latih dan citra uji tidak sesuai
[   ] Diterima
[X] Ditolak

Hasil pengujian identifikasi pola  iris dapat dilihat pada Gambar 5.



Gambar 5. Hasil pengujian  Identifikasi pola iris

KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah dilakukan di dalam penelitian ini, sistem berhasil membangun tahapan-tahapan yang menjadi kebutuhan utama aplikasi biometrik untuk Iris. Tahapan dari aplikasi biometrik meliputi tahap akuisisi, pemrosesan awal, segmentasi, ekstraksi ciri dan  matching data. Berikut ini adalah poin-poin kesimpulan yang didapat dari setiap tahapan :
·         Pada tahap pemrosesan awal sistem berhasil melakukan konversi layer RGB kedalam derajat keabuan dan melakukan penghalusan citra dengan meng- gunakan Gaussian Smoothing.
·         Pada tahap segmentasi citra yang terdiri dari proses deteksi tepi dan deteksi lingkaran, detektor tepi Prewitt dan Hough Transform berhasil diterapkan dengan baik dalam mendeteksi batas tepi dan objek penelitian yang berbentuk lingkaran yang terdapat dalam mata.
·         Pada tahap ekstraksi ciri dengan GLCM walaupun sistem berhasil melakukan pengambilan ciri dari citra mata dengan menghitung nilai dari mean, intensity, entropy, homogeneity dan energy dengan baik, namun metode ini dianggap penulis kurang maksimal dikarenakan nilai hasil perhitungan yang dihasilkan tidak dapat merepresentasikan ciri dari mata itu sendiri dan menghasilkan rentang nilai yang kecil yang tidak valid untuk masukan proses selanjutnya.
·         Pada tahap identifikasi atau matching citra menggunakan Euclidean Distance, sistem berhasil menghitung nilai jarak antara citra latih dan citra uji, namun sistem belum mampu menemukan kecocokan data antara citra latih dan citra uji dikarenakan rentang nilai hasil ekstraksi ciri yang terlalu kecil dan juga kurangnya ketepatan logika pemrograman pada sistem pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
Ernastuti. 2012. “Implementasi Metode Hough dan Jarak Mahalanobis pada Sistem Biometrik Pengenalan Telinga Dengan Menggunakan Library Open CV”.

Fahmi. 2007. “Perancangan Algoritma Pengolahan Citra Mata Menjadi Citra Polar Iris Sebagai Bentuk antara Sistem Biometrik”. Universitas Sumatera Utara.

J. Daugman and Cathryn, 2008. “Effect of Severe Image Compression on Iris Recognition Performance”.

Khoirunnisak, Dzikrina. 2011. “Analisis Perbandingan Algoritma Hough Transform dan Algoritma Transformasi Radon untuk Deteksi Tepi Objek Planar Segi-N Berbasis Pengolahan Citra Digital”. IT Telkom.

Kumar, Kaushal and Kumar, Aswin Tigga. 2009. "Iris Using Varients ofHough Transform". National Institute of Technology Rourkela.
Munir, Rinaldi. 2004. “Pengantar Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritma”.

Perdana, Andika Ahmad. 2013. “Deteksi Iris Mata dan Perhitungan Kedipan Mata Menggunakan Circular Hough Transform untuk Mencegah Computer Vision Syndrome”. IT Telkom.

Wayman, James. 2005. Biometric Systems Technology, Design and Performance Evaluation. Springer London.